C. 51

125 117 64
                                    

Bumi begitu sempit bagi orang yang tengah mencari persembunyian, namun bumi begitu luas untuk orang yang sedang mencari sesuatu ataupun seseorang yang tengah dicintainya.
.
.
.


Dengan nuansa yang begitu indah, dan pemandangan terbuka untuk menikmati sunset. Di sinilah mereka tengah terduduk, sambil menunggu lelaki yang menjadi salah satu sahabatnya.

Rencana awalnya untuk mengunjungi taman kini hari berubah, karena penemuan bukit yang cocok untuk menjadi tempat menikmati kembali kebersamaan yang sempat kandas dua tahun yang lalu.

"Sunsetnya keren yah By." Gumam Elin, sambil bertekuk lutut dengan kepala disandarkan di bahu kekasihnya.

"Hmm." Geby bergumam seraya menikmati sunset dengan wanita yang ia cintai.

"Jadi nyamuk nih gue ceritanya." Sindir Salsa.

"Makanya nyari cowok sana." Kali ini Geby membalas ucapan Salsa dengan ketusan.

"Nggak tertarik gue, cowok bisanya bikin sakit hati doang." Ujar salsa.

"Kalau bikin sakit hati doang kenapa temenan sama cowok." Geby kembali mengeluarkan ujaran ketusnya.

"Yeh itu mah beda." Elaknya.

"Si Ian mana nih lama banget lumutan gue." Kini Elin menyahut mengeluarkan kekesalannya seraya menunggu sahabatnya.

"Tau tuh anak emang kodratnya suka bikin orang nunggu." Salsa kini ikutan kesal, ketika sudah bosan untuk menunggu.

"Kalian kenapa bisa sampai sahabat gini?" Tanya Geby membuat Salsa dan Elin saling menatap sambil tersenyum lebar.

"Jadi ceritanya tuh gini...." Belum sempat Elin bercerita kini seorang lelaki datang membuat tiga orang yang semula menatap ke depan kini harus menoleh.

"Woy pada nungguin gue yah." Sahutnya membuat kedua wanita itu terlonjak kaget dan senang akan kedatangannya, sedangkan Geby melotot tak percaya melihat kedatangan lelaki yang selalu saja membuat masalah dengannya.

"By, kenalin dia Bryan tapi aku manggilnya Ian dia sahabat aku waktu SMP." Elin memperkenalkan Bryan kepada Geby.

"Eh lo ngapain di sini?" Tanya Bryan yang tampak begitu tak menerima keberadaan Geby yang merupakan musuh bebuyutannya.

"Nemenin cewek gue." Dengan santai Geby menjawab pertanyaan Bryan.

"Cewek lo siapa, mending lo pergi deh sebelum gue ngasih cap lebam di wajah lo."

"Kalian berdua kenapa sih, kok jadi kayak pengen baku hantam gini." Elin tampak bingung melihat tingkah antara kekasih dan sahabatnya.

"Eh Ian kenalian dia Geby pacar gue." Sambil merangkul lengan Geby.

"Lo pacaran sama si cowok brutal ini?" Emosi Bryan tampak begitu memuncak ketika mengetahui sahabatnya menjalin hubungan dengan lelaki pembuat masalah dengannya.

"Kenapa lo jadi ngataiin dia, gue juga pacaran sama dia baik-baik aja." Elin menyangkal ucapan Bryan yang terdengar begitu menganggu pendengarannya.

"Mungkin sekarang lo baik-baik aja, asal tau dia hampir ngecelakaiin adik gue Lin, dan gue nggak mau itu terjadi sama lo, mulai sekarang jauhin dia, dia itu nggak pantas buat lo." Geramnya.

"Maksud lo apaan tiba-tiba nyuruh gue, lagian yang jalanin itu gue, dan gue jauh lebih tau tentang dia."

"Kenapa pada berantem sih." Salsa mencoba melerai perdebatan antara kedua sahabatnya itu. "Ian, sekarang lo duduk." Perintahnya, membuat Bryan menurut. "Dan lo juga duduk, kita ceritaiin baik-baik, jangan pada main bentak-bentakan, lo nggak sadar orang-orang udah pada ngeliatin kita." Tunjuk Salsa pada Geby. Kemudian mereka beralih mengamati orang-orang yang sedang menatap meraka dengan tatapan terganggu, akibat perdebatan yang terjadi.

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now