C. 23

158 115 142
                                    

Percayalah apa yang kau tanam itu yang kau tuai, semua usaha yang sudah dilakukan akan membuahkan hasil. Meski itu tak sesuai harapan namun, di balik semua itu ada keindahan yang siap datang menyapa
.
.
.


Di lain tempat, seorang wanita dengan rambut yang tergerai lurus sedang bercengkrama riang dengan sahabatnya.

“Eh bentar lagi kan kita ujian, gimana kalo gita belajar bareng.” Saran Yesi,  yang merupakan salah satu sahabat Elin.

“Nah iya benar, tapi di mana?” Tanya wanita dengan rambut berwarna coklat, yang tak lain adalah Liona.

“Gimana kalo di cafe aja.” Dengan cepat Viona mengutarakan sarannya.

“Kita mau belajar Vi, bukan mau nongkrong.” Elin menanggapi.

“Yah kan biar kita ngga bosen, sekalian liat cogan-cogan.” Disambut dengan senyuman manis milik Viona.

“Cogan mulu lo, lama-lama tuh otak minta diservis.” Protes Liona pada Adiknya.

“Gimana kalau di rumah gue?” 5awar Yesi.

“Emang boleh?” Elin menatap Yesi untuk meyakinkan.

“Yah boleh dong.”

“Yaudah kita mulainya harinya ini, sepulang sekolah.” Ucap Viona, sambil menopang dagu.

“Oke gue setuju, yaudah yuk balik ke kelas nanti keburu bel.” Ajak Elin pada ketiga sahabatnya.

“Eh tapi kita mampir kemading dulu Lin, liat pengumuman anggota osis.” Tutur Yesi mengingatkan pada Elin.

“Oh iya, tapi kok gue nggak yakin yah.” Lirihnya.

“Masa iya lo nggak lolos, kan dari kemarin udah disiapin mateng-mateng, gue yakin pasti nama lo ada paling atas Lin.” Liona memang cocok untuk jadi penyemangat dalam persahabatan mereka.

“Benar tuh Lin, kemampuan lo tuh nggak bisa diraguin, reporter aja kalah.” Puji Viona pada Elin.

“Bisa aja lo Vi.” Kekeh Elin, dengan senyum yang sedikit terukir.

“Kalian mau ikut liat mading nggak?” Tanya Yesi pada Viona dan Liona.

“Nggak deh, gue langsung masuk kelas aja, soalnya mau ngerjaiin tugas.” Tolak Viona.

“Gue juga.” Sambung Liona.

“Hmm yaudah gue sama elin kemading dulu yah. ” pamit Yesi dan berjalan menuju papan mading.

“Huft, syukur nggak banyak orang.” Elin melihat suasana depan mading yang tak terlalu menampakkan banyak siswa.

“Iya Lin, yaudah kita cari nama yah.” Yesi mulai meliarkan matanya mencari nama lengkap miliknya.

“Nama gue ada di situ nggak Yes?" Tanya Elin dengan perasaan yang sudah tak karuan, sebab namanya tak tampak pada kertas di hadapannya.

“Nih nama gue yeey gue lulus! Gimana Lin nama lo adakan?” Tanya Yesi pada Elin yang sudah menampakkan wajah murung

“Nggak ada Yes.” Lirihnya.

“Masa sih, cari yang benar Lin." Yesi mulai mencari nama sahabatnya itu, namun yah benar nama Elin tak tertera.

“Nggak ada Yes, gue udah baca satu persatu.”

“Eh iya nggak ada Lin, masa bisa sih lo nggak lulus.”

“Yaudeh deh nggak papa, kita balik ke kelas aja Yes.” Elin menahan rasa kecewanya pada diri sendiri.

“Lin lo jangan sedih yah, lo nggak lulus berarti gue juga nggak lulus.”

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now