C.32

134 108 64
                                    

Dibutuhkan persamaan agar bisa saling mengerti. Tapi perbedaanlah yang membuat kita saling melengkapi kemudian saling menghargai.
.
.
.

Setelah melalui hari yang lumayan menguras tenaga dan pikiran, kini lelaki dengan rambut acak-acakkan, seragam yang sudak tak lagi rapi, berjalan menyusuri koridor kelas, untuk membawa tubuhnya kembali kerumah.

"Hai Geb." Sapa gadis dengan seragam yang sangat mini. Namun Geby hanya berjalan lurus sembari fokus menghampiri mobilnya.

"Geb, temenin aku jalan yah." Rengeknya di lengan Geby.

"Bisa nggak sih lo, nggak usah ganggu gue." Ujarnya dengan memelas.

"Nggak, lagian kamu temenin aku jalan sehari aja itu nggak bakal bikin kamu rugi kok, malahan untung jalan sama cewek kayak aku."

"Gue nggak mau." Putus Geby, membuka pintu mobilnya.

"Kalo kamu nggak mau temenin aku, aku bakal lukain pacar kamu." Kini Aurel mengeluarkan ancamannya.

"Sialan" Umpat Geby. Mendengar ancaman itu, ia beranjak keluar dari mobil

"Masuk!" Titah Geby dengan tegasm

"Gitu dong." Dengan liciknya, Aurel masuk kedalam mobil milik Geby.

Geby menyusul untuk masuk dengan ras berat hati. Hanya Elin kelemahannya, jika sudah berhubungan dengan gadisnya dia akan siap melindungi.

"Dimana?" Tanyanya.

"Mall ratulangit." Dengan riang Aurel menjawab.

"Rumah lo dimana?"

"Pulang kerumahnya nanti aja, kita ke mall dulu."

"Oke."

Geby fokus mengendarai, menatap lurus jalan yang ia lintasi, hingga mobilnya menepi ketempat tujuan yang diminta Aurel.

"Turun!" Tegas Geby.

"Kenapa parkirnya dipinggir jalan?"

"terserah gue, dan sekarang lo turun!"

"Tapi kamu temenin aku shopping kan?"

"Nggak."

"Kok gitu, tapi kamu udah janji."

"Gue cuman nganterin lo, sekarang udah sampai dan silahkan turun." Tatapan Geby masih lurus menatap kedepan, pada jalanan yang masih begitu ramai.

"Nggak mau, aku mau ditemenin kamu." Kini Aurel kembali merengek.

"Tapi gue nggak mau." Geby beralih menatap tajam kearah wanita yang selalu saja membuatnya risih.

"Yaudah kalo gitu, kita pulang aja."

"Sana turun! Di luar banyak taxi." Usir Geby.

"Kamu harus anterin aku." Pintanya.

"Mau lo apasih?"

"Aku mau kita jalan bareng, tapi kamu malah nolak. Yaudah sekarang anterin aku pulang."

"Gue udah ngikutin mau lo buat kesini,  sekarang lo malah minta buat dianterin balik, nggak gue nggak mau." Putusnya.

"Kan kamu yang anterin aku kesini, jadi kamu juga yang anterin aku balik kerumah."

"Sekarang lo turun, dan nih buat bayar taxi!" Geby menyodorkan uang dengan nilai seratus ribu rupiah itu.

"Aku maunya kamu yang anterin aku pulang."

"Lo mau nunggu gue marah buat narik paksa keluar dari mobil gue?"

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now