C.36

124 103 66
                                    

Ajukan tanganmu, langkahkan kakimu, teteskan keringatmu dan capai puncak yang akan kau tuju, itulah bukti dari perjuangan terhadap Negeri mu
.
.
.


Waktu terus berjalan, puncak masih begitu jauh untuk diraih. Dengan usaha yang mereka keluarkan untuk mencapai puncak Gunung Ungaran. Geby yang dan ketiga kawannya itu berada di atas sedangkan keempat wanita masih berada di bawah untuk menyusul dan menyamai posisi dengan keempat lelaki itu.

"Eeliiin!" Teriak Caca.

Geby yang mendengar itu berbalik menoleh ke bawah, dia mendapati Elin yang sudah berpegangan pada rumput untuk bertahan agar tidak terguling kebawah yang penuh dengan bebatuan.

"Ayla..." Lirih Geby tak percaya.

Tapi tak menunggu lama, Geby menggulingkan tubuhnya untuk menghampiri posisi Elin yang sedang bertarung.

"Geb hati-hati." Teriak Gilang memberi peringatan pada temannya yang sedang kepanikan.

Elin dalam posisi setengah sadar, matanya terasa berat untuk dibuka, perlahan rumput yang dipegangnya terlepas dari tanah.

Bruk...

"Aayy!" Dengan cepat Geby menangkap tubuh Elin yang hampir saja terjatuh.

Batu yang tak jauh dari posisinya dijadikan sandaran untuk menahan tubuhnya yang sedang menangkup tubuh Elin agar tak terperosot kebawah.

"Ay bangun Ay." Serunya dengan menepuk lembut pipi Elin untuk menyadarkan.

"Tahan Geb, gua ngambil sesuatu dulu." Ucap Gilang, sembari membuka tas yang berada di pundaknya.

"Lang, Elin gimana nih Lang?" Tanyanya dengan penuh ketakutan.

"Lo jangan panik, dia pasti baik-baik aja." Gilang mencoba menenangkan Geby sambil mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Vi, Elin kenapa?" Tanya Liona.

"Gue juga nggak tahu, kita kebawah aja yuk." Ajak Viona.

"Hati-hati." Wira menyusuli ketiga wanita itu untuk kebawah menghampiri Elin.

"Kamu nggak papakan Ca?" Tanya Andre.

"Iya nggak papa, aku cuma khawatir sama Elin."

"Dia pasti baik-baik aja."

Mereka kini sudah berada di tengah pendakian, dan berusaha menyadarkan Elin.

"Liin banguun." Lirih Liona meneteskan air mata.

"Ay bangun! Bentar lagi kita sampe loh, kamu udah janji sama aku, kita sama-sama sampai di puncak." Dengan sekuat tenaga Geby menahan tangisnya.

"Coba deketin minyak ini ke hidungnya" pinta Gilang pada Geby.

Dia mengambil minyak itu, dan mendekatkan kearah hidung kekasihnya.

"Ay bangun yah, keinginan kamu bentar lagi kesampean loh, puncak Ungaran udah nungguin kamu, bangun yah Ay." Kini nada bicara Geby begitu lemah.

"Uhuk uhhuk..."

"Ay." Tanpa menunggu lama, Geby mengeratkan dekapannya.

"By, lengan aku sakiit." Keluh Elin, yang baru tersadar.

"Hmm, coba aku liat." Geby tak memedulikan tatapan-tatapan dari teman-temannya yang sedari tadi memperhatikan.

"Berdarah, lengan baju kamu juga robek." Ujar Geby, yang melihat bagian lengan baju Elin robek, dan menampakkan darah yang keluar dari lengannya akibat goresan.

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now