C.9

441 340 110
                                    

Kita sama-sama menghapus masa lalu, berani dengan masa sekarang, dan bersiap di masa yang akan datang
.
.
.

Aku menatap lurus kedepan sembari fokus mengendarai mobil, dengan kecepatan di atas rata-rata tak memedulikan cibiran dari pengendara lain. Lumayan memakan waktu yang cukup lama, sekitar 20 menit aku sudah tiba di depan gerbang dengan tulisan melengkung SMA ANGKASA.

Aku sudah keluar dari mobil dan dia sudah melihatku, berjalan untuk mendekat ke posisiku.

“Hai,” sapanya, sambil mengulum senyum manisnya.

“Hai, kita kerumah yah.” Ajakku sambil mengusap lembut kepalanya.

“Iya.” balasnya, aku berjalan membukakan pintu untuknya. Dan kembali untuk masuk kedalam mobil.
Belum lama aku duduk untuk kembali melajukan mobil, dia langsung memelukku. Aku membalas dengan mengusap punggungnya, agar bisa menenangkan.

“Ay, belum mau pulang nih?” Tanyaku, yang sedari tadi masih dipeluknya.

“Yah mau, kok kamu nggak jalan?” Sambil mengangkat wajahnya menatapku.

“Gimana caranya Ay, kan kamu meluk gini.” Ucapku lembut dengan menyingkirkan rambutnya yang menutup sedikit wajahnya.

“Emang nggak bisa?” Aku terkekeh kecil melihat tingkah polosnya itu.

“Kamu pindah sini, aku pangku.” Aku menepuk pahaku untuk mengajaknya ketas pangkuanku.

“Ih kamu mah” sambil melepas pelukannya, dan memukul pelan lenganku

“Kenapa mukanya merah gitu?” Tanyaku, memengang wajahnya untuk menoleh kepadaku.

“Kamu sih”

“Hahah, yaudah kita jalan yah.” Aku menancap gas mobil, setelah mendapat anggukan darinya.

“Geb selama tiga tahun di sana kamu nggak punya pacar, atau gebetan
gitu?” Tanyanya.

“Aku punya pacar dua tahun yang lalu, tapi aku putus waktu naik kelas tiga smp.”

“Kenapa?”

“Nggak cocok aja.”

“Jadi nggak ada kemungkinan buat kamu nggak balik dong, bisa jadikan nanti kamu kangen, tiba-tiba ngerasa cocok, trus ninggalin aku.” Tutur Elin.

aku bisa mendengar suara dia yang sedikit rendah hampir tak terdengar di kalimat terakhir.

“Nggak lah Ay, aku putus sama dia karena ingat kamu, dan selama aku sama dia aku emang nggak ngerasa cinta yang sebenarnya, kita sama-sama menjalani dengan ikut arus aja, nggak ada rencana buat kedepannya. Menyadari itu, aku memberi pengertian sama dia, dan nunggu buat dia mutusin aku”

“Namanya sheril, dia selalu merasa aman sama aku, yah aku pacaran hanya buat merasa dia terlindungi. Aku yang awalnya akan merasa cinta sama dia, tapi selama satu tahun aku nggak merasakan apapun. Aku mengajaknya bertemu untuk menyelesaikan semuanya. Dan dari itu kita memutuskan untuk sama- sama melepaskan, setelah kejadian itu aku selalu minta sama papa buat pindah kesekolah ke yang kamu tempati, tapi bentar lagi aku lulus, itu yang menjadi alasan papa untuk aku bertahan selama satu tahun lagi, dari setahun itu, aku berusaha untuk menutup hati, menganggap kamu ada di sisiku dan menjaga hati aku buat kamu, aku menganggap setahun itu kita sudah menjalin hubungan,  dengan janji yang dulu aku ucapkan sama kamu.” Aku menjelaskan kepadanya yang terjadi selama tiga tahun silam.

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now