C.7

515 368 173
                                    

Membuat mu bahagia kewajibanku, kamu hanya mengatakan apa yang harus kuperbaiki untuk bisa kamu miliki
.
.
.

Langit sedang mengeluarkan matahari dengan menginginkannya untuk bersinar, memanaskan bumi beserta isi-isinya.

"Eh aku duluan yah Lin," izin yesi, yah dia Yesi Amalia Grahan, teman bangku ku yang super aktif.

"Aku sama viona juga balik duluan yah Lin." Pamit liona.

Viona Keyra Brahmanta, dan Liona Keysa Brahmanta dia temanku yang sudah dari awal dekat dengan ku. Mereka berdua kembar jika sekilas, namun hal tersebut ditentang oleh mereka. Mereka berdua memang terpaut usia 1 tahun tetapi mereka masih sama- sama menginjakkkan tingkatan sekolah yang setara.

Aku sudah menunggu kedatangan lelaki yang akan menjemputku. Cukup lama aku menunggunya dengan lamunan memandang kendaraan yang berlalu lalang, dengan langit yang membiru diteragi oleh matahari dengan cahaya silau.

"Elin!" Sapaan itu memecahkan lamunanku dan menoleh kepadanya.

"Eh kenapa kak Juna?" Dia Juna Wrendy Alren, kakak kelas di sekolahku yang aku kenal dimasa MPLS minggu lalu.

"Lo belum balik?" Tanyanya sambil duduk di sampingku.

"Belum kak."

"Lo balik sama gue aja, sekolah udah sepi, yah takutnya ada apa-apa."

"Dia balik sama gue." Sahut lelaki yang sedari tadi aku tunggu, aku beranjak berdiri dan pamit kepada kak Juna.

"Yaudah aku duluan yah kak, makasih tawarannya." Tak ingin berkepanjangan, aku pun mengajak Geby untuk pergi dari tempat itu.

"Maaf telat." Tutur Geby.

"Iya ngga papa."

"Dia siapa?" Tanyanya dengan suara terkesan dingin.

"Yang tadi?" aku berusaha untuk memastikan.

"Iya."

"Dia kak juna, aku kenal dia karena waktu MPLS dia selalu bantuin aku." Jawabku berusaha untuk tidak salah ucap.

"Hmm."

Dengan langkah gontai dia membukakan pintu untukku. Yah itu membuatku merasa sedikit aman dan senang. Kami berdua telah berada di dalam mobil.

Hening cukup lama menghiasi kami berdua, akupun berusaha memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Geb.."

"Geby," Masih belum ada sahutan , apakah dia benar-benar marah?

"Biby" panggilku dengan nada sedikit kesal.

"Iya sayaang" ketiga kali, dia membalasnya dengan lembut. Namun balasan tersebut membuatku sedikit blushing lalu berhasil membuatku terdiam.

"Kenapa Ay? Tadi manggil kok sekarang malah diam." Tanyanya, sambil mengalihkan tangannya kewajahku dan mengusapnya lembut.

"Kamu marah by?" Yah pertanyaan itu yang sedari tadi menghantuiku.

"Buat?" Singkat, balasan singkat itu membuatku merasa tambah risih. Akupun berusaha untuk sedikit merasa kebingungan itu.

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now