C. 22

152 105 86
                                    


Mata bisa dibutakan dengan paras, tetapi hati bisa dibutakan dengan cinta yang sebenarnya, sebab sebaik-baiknya mata memandang, hati takkala hebat dalam menentukan pilihan untuk menetap.
.
.
.

SMA 8 SEMARANG, mulai disibukkan dengan ujian semester yang akan datang, para pejuang nilai mulai menghabiskan waktunya di kelas yang sebelumnya jadi pengisi kantin.
Namun ini tak berlaku bagi seorang lelaki yang sudah memiliki otak terbilang cerdas, di saat semua orang berlomba mengisi kolom kosong pada nilainya, dia hanya menikmati suasana damai yang menjadi tempat favoritnya. Dengan menyenderkan tubuhnya, telinga yang tertutup oleh peredam suara, dan mata yang dipejamkan memberikan kenikmatan tersendiri untuknya.

"Woy!"

"Geby." Wanita yang sudah berada di hadapan Geby, berusaha menyadarkan untuk diketahui kedatangannya.

"Gebyy!!" Teriaknya yang masih belum ada respon dari Geby, mulai merasa teriakannya tak berpengaruh, diapun menarik tali headset yang menutup telinga Geby.

"Lo apa-apaansih?" Kesal Geby.

"Gue udah dari tadi di sini manggil-manggil lo, tapi lo nggak respon yaudah gue tarik aja tuh headset lo."

"Lo ngapain di sini?"

"Cue mau nagih janji lo."

"Janji apaan?"

"Lo tuh ya, masih muda tapi udah pikun, kasihan banget gue."

"Gue emang nggak pernah buat janji kak Salsa." Ucapnya dengan nada sinis.

"Wah, ternyata lo juga bisa sopan yah."

"Udah buruan, ngomong apaan."

"Kemarin lo udah janji, ngasih keputusan buat gabung osis, jadi sekarang gue mau nagih, gue harap lo mau gabung."

"Kalo gue nggak mau?" Tanya geby dengan gaya entengnya.

"Yah lo harus mau, pokoknya bentar gue tunggu lo keruangan gue." Akhir dari ucapannya, Salsa meninggalkan taman belakang yang dikuasai oleh Geby selama ini.

Setelah kepergian Salsa, Geby kembali melakukan kegiatannya yang sempat terganggu, namun lagi-lagi dia benar-benar terganggu dengan kedatangan ketiga sahabatnya.

"Hei bang Geby." Dengan gaya yang dibuatnya Andre menyapa Geby.

"Jijik Ndre" Ketusnya.

"Eh Geb, tadi gue ketemu kak Salsa, dia dari sini?" tanya Gilang.

"Iya."

"Ngapain, jangan bilang lo agi pdkt an wah gila lo, Ingat Elin Geb." Serunya, dengan gaya dramastis yang melekat pada diri Wira.

"Sembarangan lo, dia tadi cuman minta gue gabung osis." Jelas Geby, pada sahabatnya yang super ngawur.

"Jadi lo mau gabung osis Geb?" Gilang kini menatap Geby dengan serius.

"Iya."

"Jadi kapan lo keruangan osis?"

"Bentar istirahat kedua."

gilang hanya menjawab dengan anggukan, mendengar pernyataan dari sahabatnya itu.

"Eh lo pada ngga mau kekantin nih, laper gue habis ngerjain tugas dari 2 bulan yang lalu, mana pada panjang banget lagi." Cerocos Wira, sambil memegangi perutnya yang lapar.

"Makanya kalo ada tugas tuh dikerjain, bukan diliatin, lo kira tuh tugas bisa selesai sendiri, yakali kalau lo melihara jin." Protes Andre.

"Eh lo bicara pake kaca, gue enak 2 bulan. Lah elo? Dari masuk sekolah nggak ada tuh tugas yang lo kumpulin, kerjaannya cuman morotin cewek yang bohay lo." Wira tak mau kalah, ia membalas ucapan Andre.

GHAEBRYL ✓ ( Terbit )Where stories live. Discover now