Diva dan tia, kini sibuk dengan pasangannya masing-masing. Apalah dengan aku yang jomblo ini, "malam minggu tumben dirumah aja?" tanya bang eza, ia kembali menganggu saat aku sedang menonton serial drama diruang keluarga, "malam minggu kerja aja" ucapku membalikkan kalimatnya.
Mamah di sampingku terkekeh pelan, "nyaut aja lo" balas bang eza dengan wajah masamnya,
"kenalin atuh bang sama mamah cewenya, perasaan di sembunyiin terus" mamah kini ikut menyambung, umur bang eza mamang sudah dikatakan matang sekali diusinya. Pekerjaan selalu jadi nomer satu dalam hidupnya, bahkan sepertinya ia masih kurang berminat untuk mencari pasangan dalam waktu dekat ini, "iya lo bang, jangan-jangan lo" ucapku yang langsung di sahut bang eza."gue normal ya"
Aku terkekeh, "jadi yang lo bawa ke macdi bulan lalu progress nya udah sampe mana" , sempat ku memergokinya saat sedang hangout dengan diva dan tia di macdi. Ada dua pasangan yang salah satu nya lebih tepat si cowonya aku kenal dan ternyata abang aku sendiri. "apa si dek, itu temen sejawat" elaknya, aku dan mamah terkekeh melihat muka bang eza sudah seperti tuan crab.
Tringg
Nada notifikasiku muncul, aku belum mau membukanya karna sedang asik menggoda bang eza. Tapi nada itu tak kunjung berhenti,"tuh ada yang ngechat" ucap bang eza sekaligus mengalihkan dari adegan menggodanya.
Ka yogi
Bill?sibuk ga?
Keluar mau ga?
Lo masi save no gue kan?
Gue ganggu ga? Sorry ya kalo ganggu waktu libur lo
Ka yogi, satu nama yang muncul dilayar hp ku. Tidak ada angin ataupun hujan ia spam chat, sungguh keajaiban yang tak di kira. Sebenarnya aku sudah malas berurusan dengan dia, lebih tepatnya dengan sonya yang kalau kata tia ratu drama. Energi terkuras rasanya jika berurusan dengan dia.
Kenapa ka?
Ka yogi
Sibuk ga hari ini?
Engga
Ka yogi
Mau keluar sama gue ga hari ini? antar gue beli kado yu buat adik gue
Jam berapa ka?
Ka yogi
Sekitar jam 10 an gue jemput ya
Ketemu di tempat aja ya
Ka yogi
Ga bisa, pokoknya gue jemput
Aku sebenarnya takut untuk kembali jalan dengan dirinya, tapi karna dia minta tolong aku bisa apa selain membantu. Bukannya sesama makhluk hidup kita harus saling membantu kan? Hanya itu yang aku fikirkan, terkait rumor putusnya dengan sonya sepertinya semua itu benar, dilihat saat kemarin kami bertemu di taman komplek sudah sedikit menjelaskan hubungannya.
Tepat jam sepuluh pagi ka yogi sudah ada di ruang tamuku, malah kata mamah ia menunggu dari jam setengah sepuluh.
"yuk kak" ajakku, setelanku kali ini memakai dress berwarna hitam selutut dengan dipadukan cardigan berwarna putih, tak lupa tas selempang dan sneakers yang senada.
Entah kebetulan apa yang sedang terjadi, ka yogi pun memakai kaos berwarna putih dan celana hitam yang dipadukan topi dan sepatu senada. Orang lain akan bilang pasti kita janjian, padahal sama-sekali tidak.
"untung gue bawa mobil, tadinya mau bawa motor gatau lo pake rok" ucap ka yogi saat kami sama-sama sudah masuk ke dalam mobilnya, aku hanya tersenyum.
Tujuan kami mencari kado ke daerah mall yang ada di kota bandung, entah mengapa mall sepi tak seperti biasanya. Aku baru ingat ternyata ini bukanlah hari minggu atau hari libur anak sekolah, "menurut lo gue kasih apa ya?" tanyanya
"dia sukanya apa? Feminim banget atau gimana?"
"kemana-mana dia selalu pake dress si, suka make up juga" jawabnya, aku mencoba berfikir keras untuk mencarikan kado anak remaja menuju dewasa. barang yang sekiranya dipake namun tahan lama atau awet, aku tertuju pada satu aksesoris.
"kalo aksesoris mau ga?"
"aksesoris apa?" tanyanya lagi, "semacam kalung atau cincin berlian mungkin"
"wahh boleh juga tuh" katanya langsung menyetujui, kami langsung mencari toko perhiasan, dan lagi-lagi aku yang disuruh milih. Akupun bingung, karna semuanya bagus dan cantik-cantik.
"jadi mau yang mana mas?" tanya pegawai toko, "yang mana bill?" ka yogi malah menanyakannya padaku. Aku langsung mendelikan mata padanya minta kode untuk dia juga ikut memilih, namun sayangnya kode itu tak sampai padanya.
"kalo yang ini gimana?" tanyaku, aku tertuju dengan salah satu kalung dengan desain minimalis. "boleh, yang ini aja ya mba" cetus ka yogi.
Harga yang ditafsir ternyata bukan main-main, kalung minimalis itu berjuta-juta. Aku sempat terpenjat dengan nominal harganya, seharga motor kesayanganku.
Setelah selesai dengan dunia perkadoan, ka yogi mengajakku untuk menonton. Aku tolak, karna film yang sedang tayang aku kurang suka, dan berakhir kita pergi makan.
"makasi ya bill, udah mau pilihin kado buat adik gue. Jujur gue gatau apa yang cewe suka" ucapnya, "iya kak sama-sama" jawabku. Tak lama pesanan kami datang, sambil makan kami berbincang banyak, lebih ke dia yang selalu banyak bertanya. Aku hanya menjawab sebisa ku saja, dan disini aku sangat pasif, aku mengakui itu semua.
Sudah pukul setengah sembilan malam, harusnya aku sudah berada dirumah. Kejadian tak terduga tiba-tiba muncul, saat perjalanan pulang tadi ada kecelakaaan beruntun yang mengakibatkan kemacetan panjang, dan kami terjebak macet hampir 3 jam. Bisa kalian bayangkan seharian berkeliling mall, pas pulang harusnya langsung rebahan namun harus terjebak macet.
"bakal lama nih kayaknya bill, lo kalo ngantuk tidur dulu aja. Nanti pas sampai rumah gue bangunin" ucap ka yogi menawarkan sebuah solusi, aku berfikir keras karna satu sisi aku kasihan padanya harus melawan macet tanpa teman ngobrol dan satu sisi badanku benar-benar lelah sekali ingin memjamkan mata, "udah santai bill, gih tidur dulu aja" sepertinya ka yogi menganalisa raut muka ku yang benar-benar lelah, tanpa suara langsung ku pejamkan mata.
Entah berapa lama aku memjamkan mata, akhinya aku terbangun dengan suara bising. "bagus ya lo. Masih berani nginjek kaki disini, setelah apa yang lo lakuin ke adek gue dan sekarang dengan gampang lo ajak adek gue dan pulang jam dua belas!" suara itu seperti suara bang eza, dengan mata yang masih setengah mengantuk aku langsung turun dari mobil dan melebarkan pupil mata karna takut ini semua masih dalam mimpi.
"sekali lagi maaf bang gue salah, karna sebelumnya ga ngabarin dulu kalau pulang telat" cicit ka yogi dengan menundukkan kepala, aku langsung berlari ke arah mereka berdua. "lo apain adek gue hah!" bang eza mencengkram kerah ka yogi.
"ABANGG!! Lo apa-apaan si, gue tadi kejebak macet dijalan selama tiga jam lebih!" belaku, "hp lo masih berfungsi ga?" tanya bang eza dengan tatapan tajamnya, aku benar-benar takut menghadapi bang eza dengan mode seperti ini, jangan kan melihat muka, berbicara pun rasanya aku tak bisa.
"NABILLA, MASUK KE KAMAR SEKARANG!"perintah bang eza yang membuatku terpelanjat kaget, "makasi ya ka, gue duluan" pamitku langsung berlari masuk ke dalam.
"ada apa dek diluar ko berisik banget?" tanya mamah dengan wajah khas bangun tidurnya, tanpa menjawab aku langsung berhambur ke dalam pelukannya, "loh kenapa ko nangis?" aku lagi-lagi tak menghiraukanya, rasanya sesak didada dengan bentakan bang eza yang tadi di lontarkan.
Semenjak kejadian pekan lalu, aku tak berani lagi jalan atau sekedar ketemu dengan ka yogi. Selain sakit hati dengan perlakukan dia dulu, bang eza juga ikut andil menjauhkan aku dengan ka yogi.
Entah mengapa. Tiap hari tiap menit ka yogi selalu gencar mendekatiku. Entah ini menchat ku tiap satu jam sekali, menelpon jika tak ku balas chatnya dan masih banyak lagi. Aku awalnya kesenengan dengan tingkahnya seperti itu, namun sejak diva mengetahui kejadian ini karna tak sengaja mendenger percakapan kala itu aku mulai tersadar, "lo sebenernya bego atau tolol si bill? Jelas-jelas di udah buang lo, emang lo mau hts an sampe mati?" caci diva dengan raut muka kesal.
Benar juga apa yang dikatakan diva, seharusnya aku sedikit jual mahal padanya karna tak pernah menganggapku ada, namun aku malah terlena dengan tingkah lakunya dan kembali menumbuhkan rasa, sebelum rasa ini sebesar dulu, apakah harus ku sudahi saja?.
ESTÁS LEYENDO
INSECURE
Novela Juvenil"Dia itu terlalu perfect buat lo, jadi jangan berharap ketinggian lo bukan level dia" langsung baca aja yuk! Copy by kelabukata2020
PART 18
Comenzar desde el principio
