Tanpa aku tanya ia tiba-tiba bercerita tentang masalahnya, tepat masalah yang terjadi dengannya pekan ini dengan sonya. Dengan wajah prustasinya ia mengeluarkan segala kekesalan dan kesedihannya, aku tak berkomentar banyak. Hanya diam dan mendengarkan, aku turut prihatin tentang kehidupannya sekarang, di khianati oleh pacar dan keluarga hancur oleh orang yang ia sayang.
"eh sorry bil, gue malah curcol ke lo"
"santai aja kali ka, gue tau lo kuat. Semangat ya!" ucapku memberi kekuatan.
Memakan waktu setengah jam aku duduk bersamanya di taman, sejak kejadian ia bercerita. Aku selalu menanggapinya dengan singkat, entah mengapa rasanya malas saja.
Kami dekat cukup lama, aku tahu banyak tentang dirinya. Tapi aku selalu menutup diri tentang diriku, ia pun tak bertanya apapun masalahku. Dahulu aku selalu exticed ingin tahu tentang dirinya, lagu yang dia suka, genre musik yang dia suka, hobi yang dia suka sampai apapun yang ia bencipun aku mengetahuinya.
Ia selalu bercerita banyak padaku, dan aku selalu exticed bertanya padanya. Entah mengapa setiap didekatnya aku selalu merasa diriku kurang, yang tak pernah pantas untuk sekedar duduk bersebelahan dengan dirinya.
Ingatanku muncul kembali saat dulu bersamanya, yang setiap malam minggu menyempatkan waktu untuk keluar walaupun sekedar ke pasar malam,
"bill, lo kayaknya kurang cocok deh pake baju warna cerah. Coba pake baju yang warna netral"
Baju-bajuku rata-rata memang berwarna-warna cerah, tak heran aku selalu memakai nya. Namun karna ka yogi, semua bajuku dulu tak pernah aku pakai lagi. Kini aku lebih menyukai baju yang berwarna netral.
"bill, kita nonton music genre ini yuk! Seru tau kayaknya"
Genre music rege, aku tak suka itu. Namun karna ka yogi aku lagi-lagi menyukainya. No bad juga keluar dari zona nyaman mendengarkan lagu yang itu-itu saja. Hari-hari saat bersamanya aku selalu merasa senang, aku mengira ia mempunyai ketertarikan sama denganku, ternyata semua itu angan yang semua.
Saat dalam perjalan dulu, aku bertanya padanya. "kak, lo anggap gue apa?" tanyaku
Balasannya tak sesuai dengan prediksiku, "sorry bill gue lagi gamau pacaran dulu"
"gue ga minta jadi pacar lo kok" ucapku yang mencoba menetral kekesalah, "ya tapikan pernyataan lo mengarah ke sana bill" katanya dengan nada santai, alisku kini mulai terangkat satu dan mulai heran, "loh ? kok lo mikirnya gitu si ka ? gue kan cuman tanya lo anggep gue apa ? sahabat kah? Teman kah ? atau apa?" kesalku, aku diam menunggu balasannya namun ka yogi sama diamnya, " lo ga bisa jawab ya kak? Diam lo berarti kita gada istimewanya setelah dekat cukup lama" ucapku final.
Aku merasa sakit dengan jawabannya, mungkin aku lebay. Sungguh ini benar-benar sakit, aku selalu tutup telinga saat teman-temanku menjelekkan kelakuannya, aku selalu membangga-banggakanya di depan mereka, selama ini ternyata aku salah. Aku membanggakan orang yang tak harus aku banggakan, karna dia notabenya bukan siapa-siapa aku. Semenjak kejadian itu hubungan kami semakin renggang, dan saat dimana aku masuk kampus setelah sakit. Rumor ia jadian dengan sonya membuatku ingin tertawa, dia bilang gamau pacaran tapi sekarang apa? Pacaran juga kan. Memang pada dasarnya ia tak menyukai ku, kehalang rasa tak enak jadi tak bisa menjawabku.
Mengingat tentang dia ternyata masih sesakit itu ya, mana memori otak tak bisa di riset lagi. Mau bagaimana lagi sakitnya senangnya harus diterima dengan lapang dada.
__
Sudah libur semester, rutinitasku kini berubah menjadi seorang pengangguran. Banyak serial drama dari korea yang sudah aku buatkan playlist untuk aku tonton nanti, baru juga satu bulan, tapi rasanya aku sudah mulai bosan dengan semua ini.
YOU ARE READING
INSECURE
Teen Fiction"Dia itu terlalu perfect buat lo, jadi jangan berharap ketinggian lo bukan level dia" langsung baca aja yuk! Copy by kelabukata2020
PART 18
Start from the beginning
