He?! She?!

2.9K 153 12
                                    

Zack menarik sudut bibirnya, menatap surat kontrak yang sudah dibubuhi tanda tangan oleh desainer barunya. Puas rasanya bisa mendapatkan segala hal yang dia inginkan, yah walaupun harus dengan sedikit ancaman untuk staf baru itu. Namun ancaman seperti hal yang lumrah dalam dunianya. Dunia bisnis, bisnis lebih mengutamakan akal.

Menyebarkan info jika desainer Zie telah masuk dalam perusahaannya mungkin akan membuat dunia entertaiment gempar, pasalnya setelah Zack mencari tahu tentang desainer Zie. Cukup banyak entertaiment yang mencoba mengajak desainer Zie kerja sama, hanya saja mereka tidak berhasil. Zack memang baru mengetahui desainer Zie karena Rey kemarin. Jika tidak mungkin saat ini Zack masih marah-marah memilih desainer pengganti.

Zack mengambil handphonenya,
"Zack? Benarkah ini Zack?!" suara di sebrang sana terdengar terkejut, seakan-akan dia menemukan keajaiban dunia kedelapan di depan matanya.
"Siang nanti datang ke tempat biasa, aku yang traktir." Zack menjauhkan handphonenya dari telinga ketika mendengar Rey memekik. Tanpa menunggu balasan dari Rey, Zack segera mematikan sambungan telefon. Menghindari rentetan pertanyaan yang akan Rey lontarkan,

***

Rey menatap takjub kearah Zack yang sudah duduk tenang sambil memainkan ponselnya, Rey melangkah mendekati Zack. Tanpa mengatakan apapun, Rey menempelkan telapak tangannya pada dahinya Zack. Rey memiringkan kepalanya berfikir, seolah dia dapat mengukur berapa suhunya Zack saat ini.

"Kau sehat?" Rey duduk di depan Zack, Zack berdecih.

"Ucapan terimakasih,"

"Untuk?"

"Desainer itu, aku berhasil mendapatkan kontrak dengannya." Rey menatap Zack tidak percaya, baru seminggu yang lalu dia memberi usul. Dan sekarang Zack sudah mendapatkan kontraknya,

"Bagaimana bisa?" Zack tersenyum pongah, Rey memincingkan matanya.

"Jangan bilang kau mengancamnya," Zack hanya menarik sudut bibirnya keatas, Rey berdecak.

"Kau ini, kebiasaanmu belum juga berubah. Apapun harus kau dapatkan, awas saja. Suatu saat kau akan mendapatkan karmanya."

"Karma?"

"Iya, mungkin kau tidak akan mendapatkan wanita incaranmu, atau semacamnya." Zack hendak protes, namun dia harus menelan kembali ucapannya karena ada panggilan masuk handphonenya.

Zack berdecih ketika melihat nama sekertarisnya yang terpampang di layar handphonenya.

"Bukankah aku sudah bilang jangan ganggu aku dulu," ujar Zack terdengar kesal, namun Zack tetap menyimak apa yang di katakan oleh sekertarisnya setelah itu.

"Aku pergi, kita makan lain kali." Rey heran menatap Zack yang biasanya santai, tapi saat ini terlihat buru-buru.

"Ada masalah apa?"

"Staf yang aku tugaskan untuk membawa desainer itu tidak bisa menjemputnya di bandara, setengah jam lagi pesawatnya akan mendarat."

"Kau yang akan menjemputnya?!" Rey memekik heran seakan tidak percaya, seorang Zack menunggu orang? Zack hanya mengangguk.

"Kenapa tidak suruh staf lain atau sekertarismu, biasanya kau seperti itu."

"Ini lain, dalam kontrak dia minta tidak ada yg tau identitasnya selain aku dan stafku yang sebenarnya adalah temannya dulu. Aku pergi," Rey menggedikkan bahunya, lagipula itu urusan perusahannya Zack. Jadi dia tidak harus ikut campur,

***

Zack melajukan ferarry hitamnya dengan kecepatan penuh, dua puluh menit yang harusnya dia tempuh menuju bandara. Hanya butuh waktu sepuluh menit dia sudah berada di bandara, ketika dia sampai. Wendy, staf yang seharusnya menjemput berlari mendekatinya.

"Saya sangat minta maaf, tapi ibu saya,"

"Tidak apa, pergilah sekarang." Wendi menyerahkan papan nama yang dia pegang,

"Saya benar-benar berterima kasih, saya pamit." setelah mengatakan itu, Wendy langsung berlari keluar.

Zack menatap karton yang dia pegang secara sekilas, dia menghela nafas. Dengan hati dongkol dia berjalan menuju kerumunan orang yang menunggu. Seumur hidupnya, baru kali ini Zack melakukan hal konyol seperti ini. Berdiri dengan memegang selembar karton menunggu orang landing. Dalam hati dia terus menggerutu, dia menatap arloji yang melingkari pergelangan tangannya, masih sepuluh menit lagi pesawat akan mendarat.

Zack mengeluarkan handphonenya, sambil menunggu dia memantau pekerjaannya. Seperti pepatah, waktu adalah uang. Zack tidak pernah sekalipun membiarkan waktunya terbuang sia-sia. Tangan kirinya terus mengangkat kertas karton itu, namun tangan kanan dan fikirannya hanya terfokus pada layar handphonenya.
Zack bahkan tidak menyadari ada seorang wanita sedang kesusahan membawa koper serta tasnya sedang berjalan kearahnya.

"Kau orang yang disuruh menjemputku, bisa bantu aku membawa tas ini." Zack mendongakkan kepalanya, berniat menyemburkan kekesalannya karena dengan seenaknya wanita itu memerintahnya.

Namun semua kata-kata itu tertelan begitu saja setelah melihat wajah wanita yang berdiri di depannya.
Wanita itu belum sadar, dia masih sibuk membenahkan isi tasnya yang hampir tumpah kemana-mana.

"Cassey?!" wanita itu mendongak,

Cassey tak kalah syoknya melihat wajah orang dibalik kertas karton tadi yang menutupinya. Mereka sama-sama terdiam, saling menatap dengan tatap terkejut masing-masing yang tidak bisa disembunyikan.

Rabu, 20 Mei 2020

M

aaf bgt, aku usahain buat sering2 up. MAKASIH BANGET buat para readers yang mau ninggalin jejak 😍😍🐣

 MAKASIH BANGET buat para readers yang mau ninggalin jejak 😍😍🐣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Lovely Bastard [On Going]Where stories live. Discover now