True

2.4K 85 5
                                    

Cassey mengerjabkan kedua matanya, sejenak dia bingung. Bukankah seharusnya dia bertemu malaikat pencabut nyawa? Tapi kenapa dia malah berada di ruangan yang seperti rumah sakit?

Hingga rasa sakit menghantam kepala Cassey, ketika hendak memegang kepala Cassey baru merasakan jika ada jarum infus yang menancap di tangannya.

Cassey tercenung, salah. Ini salah, Cassey seharusnya tidak berada di rumah sakit. Dengan panik Cassey mencabut infus itu, ketika hendak berdiri sepasang tangan kokoh menahan bahunya.

"KAU GILA?!"

Cassey mendongak, menemukan Zack dengan wajah kacaunya. Kedua kantong matanya menghitam, bibir merah mudanya berubah menjadi pucat dan pecah-pecah, serta wajahnya yang terlihat tak bercukur beberapa hari.

Seketika itupula tangis Cassey pecah, tubuhnya meluruh ke bawah yang langsung di dekap Zack.

"Kenapa kau menyelamatkanku!" Cassey memukul kedua bahu Zack protes, menatap Zack dengan pandangan putus asanya. Tangis pilu Cassey terdengar sangat menyesakkan bagi siapapun yang mendapati keadaan Cassey saat ini.

Zack memeluk Cassey dengan erat, menyalurkan seluruh emosi yang berkelumit di otak dan hatinya selama dua minggu menunggu Cassey sadar. Banyak hal buruk yang terus berkecamuk dalam benak Zack selama itu, hingga kepala Zack ingin meledak. Menyalahkan dirinya, menyalahkan Cassey, menyalahkan semua orang tetang hal yang membuat Cassey sampai menelan pil laknat itu.

Namun seluruh amarahnya menguap begitu saja setelah Cassey berada di pelukannya dengan isakannya saat ini, hingga tanpa sadari air mata Zack juga ikut meluruh beserta hilangnya beban itu.

"Kau egois, sangat egois ingin pergi tanpa seizinku." suara serak Zack membuat gerakan memberontaknya Cassey terhenti, Cassey membalas pelukan Zack tak kalah erat. Tangis Cassey terus pecah,

***

Cassey masih berada dalam pelukan hangatnya Zack, hanya saja mereka tidak lagi berdiri seperti sejam yang lalu. Mereka berbaring diatas brankar rumah sakit yang cukup untuk menampung tubuh bongsornya Zack serta Cassey itu, tangan Zack terus mengusap-usap kepala Cassey walaupun tangisnya sudah reda.

"Maaf," cicit Cassey pelan dengan suara seraknya, Zack menarik Cassey semakin kedalam pelukannya. Menenggelamkan kepala Cassey di ceruk lehernya.

"Kau masih belum bisa mempercayai aku? Kau tak sendi Cassey, kau punya aku yang selalu akan ada di pihakmu." Cassey terdiam, bingug hendak mengatakan hal yang terus berkecamuk dikepalanya.

Cassey mendongakkan kepalanya menatap Zack,

"Sekalipun aku orang jahat? aku memasukkan bibiku ke rumah sakit jiwa? Sekalipun aku telah membunuh seseorang juga?" tubuh Zack langsung menegang mendengar penuturan yang tak Zack kira akan diakui langsung dari bibirnya Cassey,

Cassey tersenyum kecut, sudah dia duga. Semua akan berjalan sesuai tebakannya berawal dari berita tentang bibinya, Cassey melepaskan pelukannya dari Zack hendak menjauh. Namun gagal karena Zack malah kembali memeluk Cassey lebih erat dari yang sebelumnya,

"Aku yakin kau memiliki alasan untuk melakukannya, aku mengerti dirimu Cassy." Cassey diam, tak membalas lagi pelukan Zack.

"Orang bisa berubah seiring berjalannya waktu, Zack."

Zack menggeleng, menenggelamkan wajahnya di ceruk wajahnya Cassey.

"Dan aku yakin orang yang berubah memiliki alasan, termasuk untuk melindungi dirinya sendiri dari orang lain." Cassey balas memeluk Zack dengan erat, membenarkan perkataan Zack dalam hatinya.

"Aku yakin kau sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya sehingga lebih memilih untuk kabur seperti ini, tapi kau memiliki aku Cassey. Aku akan menunggumu menceritakan semuanya," tanpa Cassey sadari kedua bibirnya tertarik keatas mendengar ucapan Zack,

Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu setelah ucapan menenangkan dari Zack pada Cassey, Zack yang memang sengaja diam menunggu Cassey menjelaskan semuanya. Dan Cassey yang mempersiapkan diri untuk membuka luka yang telah dia tutupi rapat bertahun-tahun.

"Kau pasti sudah tau jika sebulan setelah kabur dari rumah orang yang membeliku, bibiku masih menggangguku bahkan berbulan-bulan saat aku sempat dirawat di rumah sakit jiwa karena Leon berhasil memasukkan matt kedalam penjara dengan hukuman penjara sangat lama." Zack masih diam, karena Zack sudah mendengar cerita itu dari Leon sendiri. Namun tentunya tidak dengan bibi Cassey yang ternyata masih mengganggu Cassey saat masa penyembuhan.

"Sebenarnya saat itu Leon juga ingin memenjarakan bibi, tapi bibi menghilang begitu saja. Tapi sebenarnya bibi masih berada di sekitarku, dia pula alasan mengapa aku sering kambuh dalam masa pengobatanku di rumah sakit. Tapi aku bersyukur berkat dukungan Leon aku sembuh," senyum tulus Cassey mengembang begitu saja mengingat Leon yang selalu berada disisinya saat itu, Zack melihat senyum itu hatinya terasa teremas dengan kuat.

"Maaf, aku tidak ada saat kau sangat membutuhkan tumpuan saat itu." lirih Zack mengusap rambut Cassey, Cassey menggelengkan kepalanya. Mengatakan seolah itu bukan masalah dan Cassey tak ingin membahasnya.

"Setelah aku sembuh, bibiku masih tetap menggangguku. Tapi setelah keluar dari rumah sakit, aku bukan Cassey yang lemah seperti dulu. Penyembuhan mental di rumah sakit seolah mengubah banyak pola fikirku, membuatku lebih berani. Terlebih seakan tuhan membuka jalan untukku.

Ada seorang suster dari rumah sakit tempatku dirawat dulu mendatangi apartemenku, dia menceritakan jika dia juga memiliki dendam karena bibiku yang secara tidak langsung membuat anak perempuan suster tersebut meninggal. Suster tersebut menawarkan untuk membalas bibiku, dia memberikan rencana yang sudah dia susun cukup lama karena ternyata suster tersebut selalu memantau bibiku menunggu waktu yang tepat.

Aku membantunya, melancarkan jalannya untuk memasukkan bibiku kedalam rumah sakit jiwa sebagai pasien. Bibi memang tidak gila, tapi dengan obat dari Suster Ana, bibi bisa dalam perawatan rumah sakit selama beberapa tahun hingga aku pindah kesini. Aku tidak tau apa yang suster ana lakukan ketika bibi di rumah sakit, tapi aku tau pasti suster ana akan membalas semua perbuatan buruk bibi pada anaknya suster ana."

"Jadi bukan kau yang memasukkan bibimu ke rumah sakit jiwa" Zack terduduk dengan cepat, seolah mendapatkan tenaganya kembali begitu saja.

"Aku akan menghubungi anak buahku agar mencari suster ana." Zack bergegas mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang.

Belum sempat telepon tersambung, Cassey sudah merebut ponsel yang berada di genggaman Zack. Cassey menggeleng,

"Tidak Zack, jangan."

"Tapi kau tidak bersalah, semua akan berakhir jika kita melaporkan suster ana." Cassey kembali menggeleng,

"Aku benar-benar akan bunuh diri jika sampai kau melaporkan suster ana." ancam Cassey yang membuat Zack terdiam menatap Cassey tidak percaya,

Cassey tidak memedulikannya, Cassey kembali berbaring. Memunggungi Zack serta mendekap ponsel Zack erat.

Tidak, Cassey tidak ingin menjadi pembunuh lagi.

Cassey menutup erat kedua matanya, sangat berharap andai yang semua lalui saat ini hanya sebuah mimpi buruk belaka.

TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Lovely Bastard [On Going]Where stories live. Discover now