Twenty Six

40 10 3
                                    


Sekarang adalah hari ulang tahun Reva, ia berharap Revan dan yang lainnya mengingat hari ulang tahunnya.

Reva baru saja sampai di kampusnya. Ia tidak pergi bersama Revan, ia memilih untuk pergi lebih pagi dan sendiri ke kampusnya.

Yuna datang dan duduk di sebelah Reva.

Yuna tersenyum sambil bertepuk tangan. "Acieee ultahh... Hbd yaaa..."

" Semoga doa doa gue buat lo sama tuhan di kabulin yaa. Ohh iyaa btw kadonya besok yaa... Gue belum bungkus soalnya" lanjutnya.

"Okeyy makasih" Jawab Reva sambil tersenyum.

Beberapa menit berlalu. Kelas mulai di datangin beberapa siswa dan siswi. Revan masuk bersamaan dengan Sohyun.

Yang membuat Yuna dan Reva terkejut adalah, Revan dan Sohyun berpegangan tangan.

"Vann.. Koo loo pegangan sama Sohyun??" Tanya Yuna dengan polos.

Reva hanya melirik mereka.

"Hmmm gue baru jadian sama Sohyun tadi pagi" Jawab Revan dengan ringan tanpa beban.

Jlebb...

Reva menelan salivanya sendiri. Ntah kenapa hatinya mulai sesak dan matanya mulai memanas.

Dengan cepat Reva memasukan Barang barangnya kedalam tas.

"Lo mau kemana??" Tanya Yuna pada Reva.

Reva menoleh "T-tadii pak Kim dosen bahasa korea nyuruh gue datang ke kelasnya jadi sekarang gue kesana dulu yaa.. Btw Vann di tunggu pj nyaa.. Gue pergi dulu"

Ia berlari keluar dari kelas dengan cepat.

Yuna berdiri dan menatap Revan dengan serius "Vann.. Loo ga bercandakan?? Ini bukan Prank buat Reva??"

"Maksud lo apaan?? Gue beneran..." Jawab Revan.

Wajah Yuna berubah drastis. "Vannn... Gilaa loo beneran secepet itu ngelepasin Reva?? Lo bodo Vannn lo ga inget Reva lagi ulang taun sekarang. Ini hari yang seharusnya bikin dia bahagia, tapi lo malah ngumumin tentang itu!! Gue ga habis pikir sama lo van.. Selama ini gue kira lo bener bener sayang sama Reva, tapi nyatanya... Beda"

Yuna berlari keluar menyusul Reva.

Sedangkan Revan sedang merutuki dirinya sendiri. Ia baru ingat sekarang adalah hari ulang tahun Reva.

Ia memberikan kado yang mengecewakan bagi Reva.

Reva berlari ke arah taman di belakang kampusnya. Ia langsung duduk di kursi yang menghadap langsung ke air mancur.

Ia menangis tanpa suara disana. Ia hanya bisa menutup wajahnya menggunakan tas ransel yang ia bawa.

Disana adalah tempat tertenang bagi Reva ketika ia sedang gundah. Bunga, dan dedaunan yang berjatuhan adalah pendengar semua cerita yang di rasakan oleh Reva.

Kecewa, itu yang di rasakan oleh Reva. Bertahun tahun is bersama Revan, ini pertamakalinya Reva merasakan kecewa yang sangat dalam pada sahabatnya.

Di hari ulang tahunnya, Reva harus menanggung rasa sakit yang mendalam.
Ia tidak menyangka bahwa Revan memainkan perasaannya.

Reva mulai melemah. Tangisannya mulai mereda.

Seseorang memberikan tisu pada Reva.

"Ini.. Pake lo pasti lagi butuh" Ujarnya.

Seseorang itu adalah Yeonjae.

Dengan cepat Reva mengambil tisu nya lalu menghapus airmatanya.

Yeonjae duduk di samping Reva"Pasti soal Sohyun yaa?? Tenang aja dia itu ga sebaik yang lo bayangkan. Sahabat lo yang nyakitin lo bakal lebih kesakitan nanti. Liat aja itu pasti bakal terjadi"

Reva menoleh masih dengan mata sembabnya. "Lo peramal yaa?? Kok bisa nebak Revan bakal lebih sakit dari gue nanti??"

Yeonjae tersenyum. "Iyaa gue peramal, dan gue ramal lo pasti butuh pundak. Nihh pundak gue kosong lo pake aja"

Reva hanya terdiam.

Sedangkan Raeyon menarik kepala Reva agar bersandar pada pundaknya.

"Walaupun ini ga senyaman pundak punya sahabat lo, tapi gue yakin lo pasti nyaman juga soalnya kan lagi butuh" Ujar Yeonjae sambil tertawa kecil.

Reva tertawa geli.

"Gausah banyak ngeramal yang engga engga.. Btw thanks buat tisu sama pundaknya" 

Yeonjae tersenyum. "Sama sama.. Kalau lo butuh temen curhat, ke gue aja... Gue bisa jaga rahasia"

"Sebenarnya gue mau... Tapi masalahnya gue ga pernah percaya sama orang yang baru Gue kenal"

Pink BoyWhere stories live. Discover now