eight

38 9 0
                                    


"Revv...tunggu!!" Teriak Revan dari kejauhan.

Reva terus berjalan keluar gerbang seolah olah tidak mendengar apapun. Sedangkan Revan berlari menyusul sahabatnya itu.

"Reva lo kenapa sih?!" Tanya Revan sambil mengatur napasnya.

Reva berkedip.

Lalu menggeleng kecil sambil melanjutkan jalanya dengan tangan yang masih di tarik Oleh Revan.

"Gapeka pliss" batin Reva.

Revan menariknya kebelakang. "Rev lo kenapa?! Bisa dengerin gue dulu ga?! Lo cemburu sama Cewe tadi?! Bilangg!!"

Reva menatapnya dengan terkejut. Ini pertama kalinya Revan bicara dengan kasar padanya.

Sekali lagi Reva hanya diam lalu melanjutkan jalanya.

"REVA ARLETTA SAIZA!!! DENGERIN GUE!!" Teriaknya pada Reva.

Reva menelan ludahnya. Ia benar benar ingin menangis sekarang. Takut, itu yang ia rasakan karna ini pertamakalinya Revan berteriak dengan tegasnya.

"L-LO GAKAN NGERTII VAN!!" jawab Reva sambil menarik tanganya.

"LO CEMBURU?! JUJUR?! LAGIAN KITA CUMAN SAHABATAN GA LEBIH.!" Perjelas Revan yang langsung pergi meninggalkan Reva sendirian.

JLEB.

Sakitt itu yang di rasakan Reva sekarang. Wanita berambut panjang itu menutup wajahnya memakai masker dengan topi dari Hoddienya.

Tetesan air matanya mulai menetes, sesekali sambil berjalan ia menghapusnya.  Ini pertamakalinya Revan berteriak padanya dan sekarang ia selalu teringat bagaimana orangtuanya saat bertengkar. Itu menyakitkan.

Reva sampai di halte bus. Ia duduk sambil menghapus air matanya. Beberapa menit kemudian bus yang ia tunggu sudah ada di hadapanya.

Ia pun segera naik, lalu duduk di bangku paling belakang. Lagi lagi air matanya terjatuh. Banyak sepasang mata menatapnya aneh, tapi ia menghiraukan semuanya.

Ini juga pertama kalinya ia pulang sendiri ke aparterment tanpa Revan, dan ini juga pertama kalinya ia Sendiri di luar tanpa Revan yang menemaninya.

Reva menatap keluar jendela. Sedangkan disebelahnya ada wanita paruh baya yang terus menatapnya.

Nenek itu menepuk pundak Reva yang membuatnya menoleh.

"Ahh kau wanita muda yang kemarin ya? Yang nenek temui di bus kemarin??" Tanya nenek yang berada di sebelahnya.

Reva membuka masker dan topinya.

"Ahh iyaa, nenek masih ingat yaa?? Kok nenek bisa disini?" tanya balik Reva yang dengan suara seraknya.

"Tentu masih ingat, nenek tidak setua yang kau bayangkan ya." Jawabnya kembali yang di jawab dengan senyuman oleh Reva.

"Ah iya mana Anak lelaki sahabatmu itu? Kau baru menangis? Ada masalah dengan sahabatmu itu ya?" Lanjut nenek yang belum Reva ketahui namanya.

Reva menoleh "D-diaa masih di kampus."

Reva menunduk.

"Cerita jangan yaa?? Kalau ceritaa.. Tapi gue ga kenal nenek ini siapa tapi kalau gue ga ceritaa.. Autoo gabisa curhat ke orang lain mana si Yuna mulutnya ember. Hmm yaudah lahh gue cerita aja, lagi pula neneknya mau comel ke siapa juga yakan?? Udah cerita aja vaa" batin Reva meyakinkan dirinya untuk bercerita.

"i-iyaa nekk aku sedang ada masalah"lanjut Reva dengan Ragu.

"Masalah apa hm?? Mungkin nenek bisa bantu, karna nenek juga pernah muda dulu" ujar nenek tersebut.

"D-diaa ga ngertiin perasaan aku. Katanya aku cemburu gara gara liat dia sama Cewe lain. Tapi nekk aku aja gatau perasaan aku gimana" Perjelas Reva sambil menunduk.

"Tadi dia malah marah gara gara aku ga ngejelasin apa masalahnya. Yang salah disini aku atau dia nek??" lanjut Reva yang masih menundukan kepalanya.

Nenek tersebut menggeleng kecil.

"Dasar anak muda. Kau bimbang ya? Cari perasaanmu sekarang nak.. Sebelum terlambat. Nenek tau di hati kecilmu pasti terselip satu jawaban yang pasti. Nenek tau pasti kamu bisa mencarinya" ujar nenek tersebut memberi saran Pada Reva sambil menepuk pundaknya.

Reva tersenyum padanya sambil mengangguk kecil. Tidak terasa ia sudah sampai di halte bus selanjutnya. Ia segera berpamitan pada nenek yang berada di sampingnya lalu turun dan masuk ke area gedung Aparterment nya.

Ia berjalan menuju lift. Sampainya diatas ia berjalan menuju kamarnya. Lalu berjalan masuk kedalam kamarnya.

Sampainya di dalam, ia menyimpan tasnya di atas meja belajar. Wanita berambut hitam pekat itu langsung menjatuhkan badanya ke ranjangnya.

Mulai terdengar isakan kecil yang tertekan. Lalu ia membuat badanya terlentang sambil memeluk bantal berbentuk Tata dari BT21 yang di belikan oleh Revan.

"Gue gatau perasaan gue!!" Berteriak sambil menatap bonekanya.

"Tapi yang gue tau..." Reva memberi jeda "gue Cemburu!! Iyaaa gue benerann Cemburuu!! Lo begoo Vannn arghh!" lanjut Reva sambil melempar boneka tersebut.

Pink BoyWhere stories live. Discover now