fourteen

35 10 0
                                    


Revan sedang bekerja part time di sebuah cafe dekat apartermentnya. Sekarang menunjukan pukul 8 malam yang berarti ia harus pulang.

Sekarang adalah waktunya ia mendapat gaji ia masuk ke ruangan pemilik Cafe yang baik padanya. Lelaki paruhbaya itu memberika amplop berisikan uang pada Revan.

Setelah berpamitan dan berterimakasih ia berjalan keluar lewat pintu belakang yang mengarah langsung ke minimarket. Ia masuk kesana lalu menbeli beberapa eskrim bermacam macam rasa.

Untuk siapa lagi jika bukan untuk Reva. Setelah membayarnya ia berlari ke arah gedung Aparterment. Sampainya disana dengan cepat ia menaiki lift lalu menekan bel kamar Reva.

Mereka memilih kamar di aparterment paling murah dan kecil. 2 Aparterment ini di belikan oleh paman Revan sebagai hadiah karna mereka sudah mendapatkan beasiswa untuk belajar.

Reva membuka pintunya lalu menyuruh Revan masuk. Revan masuk ke kamar mandi.  Sedangkan Reva mengambil baju di lemarinya.

Yaa baju Revan banyak tersimpan di lemarinya. Karna Revan terkadang selalu menginap di kamar Reva beberapa hari.

Beberapa menit kemudia Revan keluar. Reva terkekeh saat melihat Revan keluar hanya dengan celana boxer nya.

"Aaaaaa....." teriaknya.

"Allahhhhuaqbarr!! Lo kenapa?! Eh anjir gue belum pake baju.. Yahhh ABS gue terpampang" Ujar Revan sambil memakai baju yang di sediakan oleh Reva.

"Yahh mata gue ga suci lagii" Teriak Reva sambil berbalik.

"Aaaaa yawllah maapin Reva yaa, Reva hilapp soalnya beneran jujur itu ABSnyaa" Teriak Reva dalam hatinya.

Reva berjalan menuju Revan yang sedang membenarkan bajunya. Ia mengambil handuk di pundaknya. Sesekali Reva menatap Revan yang masih merasa aneh dengan Sikap Reva belakangan ini.

Reva mengeringkan rambut Revan dengan handuknya. Setelah selesai, Revan menatap Sahabatnya itu dalam dalam. Mencari satu titik fokus untuk mencari tau apa yang di sembunyikan oleh sahabatnya itu.

Reva terkekeh kecil saat tersadar dalam lamunanya. Mata Coklat pekat Dari seorang Revan terlihat jelas.

Reva segera mengambil handuk nya dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Ahh anjir kenapa gini!!" monolog Reva.

Revan yang melihat tingkah sahabatnya itu tertawa kecil. Sesekali ia berpikir bahwa Reva memang memiliki perasaan padanya setelah melihat setiap tingkah dari Reva yang mulai menunjukan bahwa ia memang menyukainya.

Revan menghempaskan pemikiranya itu setelah Reva datang dengan membawa 2 mangkuk kecil untuk Eskrim.

"Lo kenapa nunduk terus?" Tanya Revan yang sedang membuka tutup eskrim.

"H-hahh?? Ng-nggaaa hehe gapapa" Jawab Reva dengan gugup.

Revan merasa ada yang aneh dari sahabatnya sekarang. Revan berdiri dari duduknya lalu menarik Reva ke dalam pelukanya.

Reva terkekeh kecil. Pipinya mulai memerah sekarang. Gugup, canggung, dan malu, Itu yang di rasakan oleh Reva sekarang.

Ini kesekian kalinya ia merasakan ini saat terahir kali di kelas 11 SMA.

"Ahhh mamahhh guee kenapaa inii?!!! Kok giniii" Gerutu Reva dalam hatinya.

"Rev lo kenapa??" Tanya Revan dengan tangan yang berada di kepala Reva.

"Ga-gapapa..iya gue gapapa" Jawab Reva gugup.

"Kenapa gue jadi gini?? Plis aja gitu yaa" batin Reva.

"Beneran? Jangan bohong ke gue ya? Kayanya sekarang gue udah punya pilihann"  Ujar Revan sambil melepaskan pelukanya.

Revan menatap Reva dengan lekat.

Reva mengedipkan matanya.

Ia menyelipkan beberapa helai rambut kebelakang telinga Reva, lalu tersenyum kecil dan menariknya kembali kedalam pelukanya.

"Pilihan gue sekarang... Itu lo Revv... Gue bakal jagain lo. Gue janji, karna gue sayang sama lo. Walaupun lo tau, kita cuman sahabatan. Tapi gue selalu berdoa, di masa depan setelah gue ngejalani hidup sama lo sejauh ini sampe sekarang, kita bisa jadi jodoh." perjelas Revan dengan halus.

Revan mempererat pelukanya. Sedangkan Reva sedang terjebak dalam pikiranya.

"Jodoh? Pliss aja gitu yaa... Revann kenapa lo jadi gini!! Pipi gue jadi kaya tomat lama lamaa arghhhh..." teriaknya prustasi dalam hati.




Pink BoyWhere stories live. Discover now