HAPPY 21

74K 6.1K 904
                                    

Selamat membaca.

•••

Tiga hari berlalu tanpa terasa, begitu cepat. Bicara seperlunya dalam tiga hari itu. Aku menoleh ke arah jam yang mengarah pukul delapan pagi. Beringsut, bangun, kemudian mandi.

Alvaro terbangun ketika aku menjatuhkan peralatan make-up di meja rias. Aku kaget, buru-buru merapihkan. Baru juga beli, ngeri bedaknya retak. Tangannya mengucak-ucak mata. Berjalan gontai ke depan jendela. Merenggangkan otot-ototnya.

"Al, mau nemenin jalan-jalan nggak?" Alvaro memutar tubuhnya.

"Ke mana?" tanyanya dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Keliling komplek. Kita belum pernah lho ke tamannya." Alvaro mengangguk, menyetujui permintaanku. Aku tersenyum sumringah.

"Yaudah, ayo."

"Eh? Nggak mandi dulu?"

"Ntar keburu siang. Panas."

Aku mengangguk-angguk. Berjalan menyusul di belakangnya.

"Keliling, Bik. Olahraga, hehehe," jawabku saat Bik Eti bertanya.

Pak Maruf menyapa, aku membalas, Alvaro mengangguk.

Aku berjalan berdampingan. Sesekali menggerakan tangan layaknya orang sedang senam. Alvaro mendelik.

"Ngapain sih, lo?!"

"Olahraga lah," jawabku kemudian mempercepat jalan mendahului Alvaro. Terserah, mau ngomel kek. Bodo amat!

Ternyata bentuk tamannya lebih bagus dari yang dulu. Bunga-bunganya bermekaran lebih banyak. Air pancur di tengahnya dengan dikelilingi bunga kecil yang mengelilingi memanjakan mata. Sepi. Tidak ada orang. Pukul sembilan sudah terlalu siang bagi anak-anak yang hendak bermain. Mungkin, jam segini mereka baru saja pulang.

"Al, kamu suka bunga apa?" tanyaku sambil mendudukan bokong di bangku. Disusul dengan Alvaro.

Alvaro menggeleng. "Gue cowo! Masa suka bunga."

"Apa salahnya? Cowok nggak boleh suka bunga emang?" tanyaku tanpa balasan.

Mataku manja menyorot halaman taman yang cukup luas. Menatap warna-warni bunga yang amat mengindahkan dan meriangkan suasana hati. Selalu begitu. Aku suka kedamaian.

"Aku suka banget sama Daisy Lily. Kamu tau kan?" Aku menoleh, Alvaro mengangguk-angguk ragu.

"Dia itu cantik. Bentuknya bagus. Warnanya cerah. Katanya, konotasi arti dari bunga Lily kuning itu melambangkan perasaan bahagia lho, Al. Makanya, aku suka. Biar perasaan aku bahagia terus," tuturku sambil senyam-senyum sendiri.

"Alasan terkuat lo suka Daisy Lily apa?" Aku mengerutkan kening. Bergaya seperti sedang berpikir.

"Ya itu, karena dia melambangkan perasaan bahagia."

"Tapi setahu gue, Lily kuning itu melambangkan kebohongan?"

Aku menoleh, mengangguk samar.

"Berarti, kebahagiaan lo itu cuma kebohongan?"

Aku terdiam.

Apa iya? Kebahagiaanku selama ini kebohongan? Senyumku selama ini kebohongan? Keceriaanku selama ini kebohongan? Apa iya?

"Itu cuma konotasi, Al," jawabku seadanya. Kemudian, mengalihkan ke pertanyaan yang lain. Itu bukan bahasan yang tepat jika sedang menatap bunga.

Matahari semakin naik. Sudah pukul setengah sebelas siang. Aku memutuskan pulang. Berkali-kali aku mengeluh kecapekan jalan, berkali-kali juga Alvaro menyahut : siapa suruh ke taman!

HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang