HAPPY 13

80.9K 6.4K 97
                                    

"Al. Bangun, ih!"

Berkali-kali aku memanggilnya tapi tetap tidak ada sahutan. Kutengok jam sudah mengarah pukul setengah enam pagi. Sial. Aku sudah menghabiskan tiga puluh menit hanya untuk membangunkan laki-laki ini.

"ALVARO!" teriakku dan berhasil membuatnya menguap menandakan dia akan segera bangun.

"Apaan sih?!" tanyanya dengan wajah kesal.

"Bangun, sekolah, Al."

Alvaro memiringkan tubuhnya. "Gue lagi pusing."

"Eh?" Refleks kupegang dahinya menggunakan punggung tanganku. "Nggak panas, Al."

"Arrgh, bacot banget!" teriaknya kemudian tidur lagi.

Aku berniat untuk memberitahu Sofi untuk mengizinkan bahwa Alvaro hari ini sakit. Entah, padahal aku nggak tau dia sakit apa. Karena katanya pusing, yasudah itu alasan sakitnya.

Setelah selesai mandi, aku langsung turun ke bawah menemui Bik Nani. Kemudian, membantunya membuat sarapan pagi. Hari ini masak ayam goreng, sop bakso, dan sambal kentang—aku yang minta— dan beberapa lauk lain sebagai tambahannya. Aku hendak membawa sepiring nasi untuk kubawa ke kamar. Karena pasti Alvaro tidak kuat untuk berjalan ke ruang makan.

Kusendok beberapa lauk kemudian mengambil segelas air putih. Saat hendak berbalik badan, Alvaro tengah berjalan ke arahku. Dengan wajah layaknya orang yang baru saja bangun tidur, rambut acak-acakan sambil mengucak-ucak mata. Dia duduk kemudian meraih piring yang ada di tanganku. Dan mulai melahapnya.

Aku duduk di sampingnya, melahap mangga yang sejak kemarin aku pingini tapi nggak kesampaian. Aku tidak sarapan, karena aku agak sedikit mual. Entah, Ingin buah yang segar. Sebenarnya aku ingin bertanya tentang Alvaro, tapi kuurungkan karena takut dia ketus lagi. Jadi biarlah dia sibuk melahap makanannya.

Alvaro kembali ke kamarnya meninggalkan piring kotor juga gelas kosong. Segera kucuci kemudian membuat susu hamil untukku. Kemudian menyusul ke kamar Alvaro.

"Jangan terlalu capek, Non," ucap Bik Nani dengan perubahan kata Neng menjadi Non. Aku tersenyum lalu mengangguk.

Aku duduk di kursi sedangkan Alvaro sibuk dengan laptopnya sambil duduk bersila di atas kasur. "Kerjain pr gue," katanya tanpa menoleh kearahku.

"Pr apa?" tanyaku lalu kata dia matematika. Segera kuambil bukunya lalu kuselesaikan.

"Kamu sakit apa sih?" tanyaku sambil berdiri merapihkan rak buku Alvaro.

Dia diam tak menggubris pertanyaanku. "Tolong ambilin dokumen warna kuning di laci." Aku mengangguk lalu mengambil dokumen itu. Aku duduk di samping Alvaro sembari terus menyeruput susu.

"Itu apa?" tanyaku penasaran. Jujur, aku nggak ngerti kenapa Alvaro setiap hari selalu kelihatan sibuk kalau sudah bertemu laptopnya.

"Tolong ambilin berkas di meja gue." Aku mengangguk lalu berdiri mengambil.

"Ini apa sih?" tanyaku sambil membaca sekilas dokumen. Tetap, Alvaro tidak menjawab dan masih fokus menatap layar laptopnya.

"Katanya sakit, kok main laptop?"

Dia menoleh sekilas kemudian kembali menatap layar laptop. "Siapa yang sakit sih?!"

Aku melongo. Bukannya tadi dia bilang pusing? "Tadi pagi bilang pusing?"

"Pusing ngurus dokumen! Bukan sakit!" Mataku terbelalak. Ya ampun! Bodoh banget aku sampai sudah bilang ke Sofi kalau Alvaro sakit. Sakit pusing.

"Aku kira kamu sakit, Al. Sampe aku izinin ke sekolah tadi lewat Sofi," kataku tanpa balasan jawaban.

HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang