"Gimana cara naiknya ka?" tanyaku polos
"Lo tuh lucu banget Bil, polos pisan" katanya diiringin kekehan.
"Ini motor kegedean ka, gue ga bisa naik nya" balasku
"Satu tangan pegang tangan gue, satunya pegang gue. Nah lo naik pelan-pelan"
Aku mengikuti intruksinya, dan yap aku sudah nangkring duduk di motornya.
"Pegangan Bil"
'Gue pegangan kemana ini. kalo ke pundak dikira tukang ojek, kalo ke pinggang dikira modus peluk-peluk. Serba salah kaya raisaa'
"Lah ko bengong?" Tanyanya membuyarkan lamunan ku
"Gue pegangan dimana ka?"
"Dipinggang gue lah, jangan di pundak gue bukan tukang ojek " ucapnya sambil menarik satu tanganku.
Ragu tak ragu aku memegang pinggang nya.
Tak disangka dan tak di duga, dia menjalankan motornya super ngebut mengalahkan Diva telat ke kampus. Otomatis aku memeluk dirinya, saking refleks nya.
'Hangat, nyaman, Degdegan', Itulah kata saat ku peluk dia.
"Oy turun udah sampai, betah amat meluk gue. Nyaman ya" Ucap Ka Yogi
"Astagfirullah kak, nyaman ingus mu. Tadi gue degdegan banget astaga, kaya mo mati inget dosa kak" Desahku
Dia Terkekeh " Ya maaf, lagian disuruh pegangan di pinggang malah dipundak, gue kan bukan ojol"
"Wah lo ngebut modus ya, biar gue refleks meluk lo" tuduh ku
Yang dituduh menyengir kuda.
'Walaupun jantung mau copot gapapa deh yang penting pernah meluk cogan wkwk'
Kami sampai di Alun-alun, Lautan manusia. Banyak pasang mata yang kulihat sedang melakukan keuwuan dengan pacarnya masing-masing, dan membuatku muak karna iri tidak bisa seperti itu.
"Mau apa?"
"Ada seblak ga ka?"
"Ada"
Aku memesan seblak, dan Ka Yogi memesan kopi dan makanan lainnya.
Aku mencoba membuka obrolan, "Banyak yang pacaran ya ka"
"Mungkin karna ini malam minggu, Cowo lo ga marah kan gue ajak lo ke sini?" Tanyanya
'orang cowo gue ada di depan mata' kata-kata itu hanya bisa kuucapkan dalam hati
"Gue ga punya cowo kali kak"
"Syukur deh" celetuknya
" Maksudnya?"
"Jadi gue bisa PDKT sama lo"
--
"Jadi gue bisa PDKT sama lo"
"Jadi gue bisa PDKT sama lo"
"Jadi gue bisa PDKT sama lo"
Kalimat itu, terus terngiang-ngiang di kepalaku. Rasanya seperti memenangkan kartu aksi dalam permainan UNO.
Aku masih heran bahkan tidak sadar, bagaimana bisa kalimat itu diucapkan dengan mudah oleh Kakak tingkat idolaku. Apakah korban selanjutnya aku?.
'Ga boleh baper Billa ga boleh, lo cuman jadi korban selanjutnya aja' kataku dengan nada meyakinkan.
Tapi di satu sisi, aku sangat senang sekali. Aku tak bisa menjabarkannya dengan kata-kata.
Rasanya kepalaku ingin pecah memikirkan semua itu. Aku tau akan resiko berdekatan dengannya, tapi aku terlanjur nyaman.
YOU ARE READING
INSECURE
Teen Fiction"Dia itu terlalu perfect buat lo, jadi jangan berharap ketinggian lo bukan level dia" langsung baca aja yuk! Copy by kelabukata2020
PART 8
Start from the beginning
