Emiko X Daniswara (1)

9 2 0
                                    

"Tes, tes, Nis, lo bisa denger suara gue, kan?"

"Denger, kenapa emangnya, Lif? Si Miko udah sampe?"

"Nggak, gue Cuma mau bilang, kalau persiapan di rooftop apartemen, semuanya udah siap ya. Tinggal beraksi aja lo pada."

"Oh, kirain. Bikin gue kaget aja, lo. Yaudah, makasih ya, Lif, atas bantuannya."

"Yoi, sama-sama. Inget, jangan gemeteran lo. Harus yang santai dan jangan lupa PD. Okay?"

"Siap, laksanakan, Komandan!"

"Eh, eh, Nis. Suara gue masuk, nggak nih?"

"Apaan lagi sih, tempelan kulkas?"

"Sembarangan! Gue punya nama, oi! Nama gue bagus-bagus, seenaknya aja lo ganti jadi tempelan kulkas. Gue rusakin juga nih, surprise party lo ini" rutuk Dimas tak terima.

"Wii, santai bro, santai. Becanda, gue. Sensian aja lo, kaya testpack!"

"Lagian, seriusan ini gue, mau ngomong sama lo. Malah di becandain, dasar kang cilok."

"Hehehe, ya maap. Biar nggak tegang gitu gue-nya, Dim. Abis, gemeter nih. Kayanya gue bisa beneran pingsan deh, bentar lagi pas mau ngelamar si Miko."

"Yaelah, lebay lo" sahut Alif melalui alat komunikasi walkie-talkie yang memang sengaja mereka pilih di bandingkan ponsel, lantaran rencana mereka yang akan terlalu mudah untuk dicurigai atau di utak-atik oleh orang-orang terdekat mereka. Sehingga mereka pun memutuskan untuk menggunakan media penghubung lainnya yang dapat menghubungkan ketiganya kini.

Selain itu, pemilihan walkie-talkie juga dirasa lebih efektif dalam menjalankan kegiatan rahasia yang tengah di garap oleh ketiganya itu. Kegiatan rahasia yang tentunya berhubungan dengan keinginan Danis untuk mengadakan acara lamaran bagi sang kekasih, Emiko. Dan sebagai sahabat yang baik, tentu saja Alif serta Dimas pun setuju untuk terjun langsung membantu pelaksanaan acara sakral nan spesial bagi sahabatnya tersebut.

lagi pula, kapan lagi coba, Alif dan Dimas dapat melihat wajah gugup Danis yang diiringi dengan keringat dingin yang mengucur deras si sepanjang pelipisnya itu? belum lagi, sikap grogi dan juga getaran ketakutan yang selalu saja menyerang wajah sang sahabat, lantaran dirinya yang panik tatkala menghadapi perubahan waktu yang semakin dekat dengan waktu pelaksanaan acara lamaran itu. Kan lumayan, dapat tontonan dan juga hiburan gratis sekaligus bahan olok-olokan yang dapat mereka gunakan sepanjang masa nanti.

"Lo berdua mah enak ngomongnya, mesti PD-lah, jangan grogilah. Lah, gue? Gue yang ngerasain serasa mau pingsan ini."

"Yaudah, kalau gitu ganti aja sama gue. Biar gue yang ngelama si Miko, gimana?" balas Alif.

"ENAK AJA! Pacar, pacar gue. Kok lo yang ngelamar."

"Ya, makanya jangan banyak bacot. Kan lo juga yang mau ngehalalin dia. Dan sebagai laki, lo-nya harus kuat, mamen. Masa baru ngelamar ke dia aja, lo udah mau semaput? Apa kabar lo lamaran resmi ke keluarganya coba? Auto kejang-kejang yang ada lo-nya."

"Nggak gitu juga dong, bro, perumpamaannya. Kasih gambaran yang baik-baik kek ke gue. Udah tau, gue lagi panik gini. Masih aja, di kasih gambaran yang bikin gue makin jantungan. Kalau gue tiba-tiba jantungan terus pingsan, dan nggak jadi lamaran, gimana? Emangnya lo-"

"WOY, LO BERDUA BERISIK TAU NGGAK! SI MIKO UDAH MAU MASUK ITU KE DALEM! Bukannya siap-siap malah ribut sendiri."

"Eh, seriusan lo, Dim?" tanya Alif gelagapan.

"Iyalah. Wong gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri, si Miko udah ngubek-ngubek tas. Nyari kunci apartemen."

"Yaudah deh, kalau gitu gue siap-siap lagi dah. Mastiin kalau semuanya udah bener-bener aman. See you, Dim, Nis. Goodluck ya Nis, lamarannya."

"Sama, gue juga mau balik nugas. Goodluck bro, lamarannya."

"Eh, si duo kampreto. Ini gue gimana nasibnya? Masih gemeteran ini, woy!

***

Way to Your Heart [TAMAT]Where stories live. Discover now