Benedict X Allegra (3)

11 3 0
                                    

"Sini, aku bantuin" tawar Benedict.

"Nggak, usah. Aku bisa sendiri, kamu bawa aja barang yang lain. Masih banyak noh, numpuk di pojokkan. Yang ini biar aku aja yang bawa" tolak Allegra.

"Nggak, siniin barangnya aku bilang."

"Nggak, usah. Aku bisa!"

"Al-"

"Ben, Al, katanya kalau udah ambil barang tolong langsung dibawa ke dapur umum ya."

"Tuh, denger! Langsung dibawa. Kamu bawa aja yang lain, demen banget sih, rebutan barang sama aku. Yang lain kan masih ada, heran."

"Ck!" Benedict berdecak pelan, tanda dirinya tak menyukai perkataan gadis tersebut, namun mengingat sang ketua kelompok sudah memperingatinya untuk bergerak cepat, mau tak mau ia pun pad akhirnya mengalah, dan mengambil barang lainnya yang tersisa, "Yaudah, kamu jalan pelan-pelan. Hati-hati jangan sampai ada yang jatuh."

"Tanpa kamu bilangin juga, aku udah tau kali, Ben."

"Dih, ada ya cewek senyebelin ini" rutuk Benedict jengkel.

Lalu, dengan langkah yang pelan namun pasti para mahasiswa pun mulai berjalan beriringan menuju tempat yang dimaksud oleh para dosen mereka, yaitu dapur umum. Sesampainya disana, para mahasiswa sedikit demi sedikit meletakkan seluruh barang bawaan mereka, sebelum mundur dan berjalan menuju ke tempat dimana kelompok mereka berada. Sedangkan bagi para mahasiswa yang sedang bertugas piket, tetap bertahan di tempatnya sembari menunggu instruksi selanjutnya dari para dosen.

"Eh, bro! jangan diliatin aja, datengin dong kalau emang demen."

"Ah, lo, Kal. Gue kira siapa."

"Segitunya banget ngeliatin. Liat siapa, sih?" tanya Haikal sambil menelusuri arah pandang Benedict, "Allegra?"

"Bukan, bukan siapa-siapa?"

"Masa? Tapi, lo ngeliatnya serius banget tadi."

"Nggak, gue Cuma ngerasa aneh aja. Soalnya, pas di sini tuh dia kaya beda gitu. Kaya lebih dewasa dan kalem aja. Terus, bertanggung jawab juga."

"Emang kenapa lo, ngomong kaya gitu?"

"Ya, gue kira dia itu Cuma cewek manja yang biasanya ngeluh doang. Apalagi pas kemarin belanja barang sama gue, beuh rempongnya. Nggak Taunya, dia bisa diandalkan juga."

"Maka, bro, jangan menilai sestau hanya dari covernya doang. Bisa aja, yang selama ini lo pikirin, belum tentu itulah kebenarannya"

"Iya, sih, bener juga lo, Kal."

"Ho-oh. Kecele kan, lo?"

"Haha, banget, Kal."

"Nah, berhubung nggak ada lagi yang bisa lo lakuin di sini. Sana gih, bantuin Allegra. Kayanya dia lagi kerepotan, deh" usul Haikal sambil berkedip genit.

"Nggak ah, ntar gue yang ada gue berantem lagi sama dia. Gue disini aja, Kal, sekalian ngaso."

"Ya, makanya jangan diajak berantemlah. Dibaik-baikin, biar lo-nya bisa deket. Udah sana, kapan lagi lo bisa modus semulus ini? Kalau dikampus mah, jangan harap deh lo bisa ketemu. Orang jurusan kita aja beda. Sono, buru."

"Beneran nih, nggak apa gue kesana?"

"Ya, nggak apalah. Asal lo bantuin juga, dikit."

"Yaudah, gue kesana deh. Thank's ya, bro."

"Sama-sama, bro! Sukses PDKT-nya, hehe."

***

"Ngapain kamu disini?"

Way to Your Heart [TAMAT]Where stories live. Discover now