Angeline X Javier (4)

34 5 2
                                    

"Wah, ini indah banget, Jav! Nggak nyangka loh aku, kamu tau tempat ini."

"Bagus ya? Kamu seneng?"

"Seneng bangetlah! Wah, udaranya seger banget."

"Iya."

"Terus, tempatnya juga cantik. Eh, kita kesana yuk."

"Iya, tapi kamu hati-hati, An, jalannya. Pelan-pelan aja."

"Hehe, aku nggak sabar, Jav. Abis tempatnya bagus banget, sih."

"Yaudah sini gandeng aku, biar kamunya nggak jatuh."

"Gandeng?"

"Iya, atau mau peluk? Lumayan nih, kan dingin-dingin."

"Ih, modusan. Gandeng aja, nggak usah peluk-peluk."

"Iya, iya, tuan putri. Sini, gandeng."

Lalu, sambil bergandengan tangan, layaknya kedua pasangan yang tengah kasmaran, Javier dan Angeline mulai menyusuri jalan setapak di Orchid forest yang terletak di cikole ini. Tempat yang tidak hanya menyuguhkan pemandangan indah tetapi juga alam yang masih hijau dan juga asri kepada setiap pengunjung yang menjejakkan kaki di tempat tersebut. Sehingga, sejauh mata memandang hanya aka nada rasa takjub yang begitu menggebu tatkala memandangi keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Jav, naik ke sana, yuk." Kata Angeline sambil menunjuk kepada sebuah jembatan gantung yang terletak tepat di bagian atas dari hutan tersebut, "Akum au ngeliat gimana cantiknya tempat ini kalau diliat dari atas."

"Ayo. Tapi jalannya hati-hati, ya. Ntar kamu jatuh, lagi."

"Kan ada kamu yang meganggin aku. Nggak bakalan jatuh, dong."

"Iya, deeeh." Tapi, walau kamu belum jatuh, akunya udah. Udah jatuh hati ke kamu, An. Mentok di kamu aja. Gimana dong?

"Jav? Jadi nggak keatasnya?"

"Ha? Iya, ayo."

Perlahan-lahan dengan langkah kaki yang ringan, kedua insan tersebut mulai mendaki setiap undakan-undakan kecil yang akan membawa kedunya untuk menuju ke jembatang gantung yang tengah mereka tuju. Dan sesampainya disana, kedunaya pun lagi-lagi harus terpaku terpesona atas keindahan alam yang sedang terjasi di hadapan keduanya kini. walaupun, dirinya harus terengah-engah dalam usahanya menuju keatas, tapi pemandangan ini tuh terlalu berharga untuk dilewatkan begitu aja. Rasanya sangatlah setimpal dengan usaha yang ia lakukan, sampai-sampai ia rela deh kalau disuruh melakukannya lagi.

"Indah banget, Jav!" pekik Angeline gembira.

"Iya, indah."

"Iya, kan?"

"Iya, kamu indah, cantik banget malah."

"Hutannya, Jav. Bukan aku."

"Buat aku, kamu lebih indah, An."

"Ih, gombal!" Seru Angeline sambil tersipu malu.

"Nggak, kok. Kamu inget nggak pertemuan pertama kita?"

"Yang dibutik aku waktu itu?"

"Ya, dan pertemuan sebelum-sebelumnya."

"Sebelumnya?"

"Iya, sebelumnya kita udah pernah ketemu, tapi entah kenapa aku tuh selalu aja grogi kalau mau ngomong sama kamu. Jadinya, alih-alih kenalan, aku malah malu-maluin diriku sendiri."

"Maksud kamu? Kita udah pernah kenal sebelumnya?"

"Iya, bahkan jauh sebelum kita bertemu dibutik, aku udah lama menyimpan hati buat kamu. Tapi, aku yang pemalu nggak pernah punya keberanian buat ngedeketin kamu, sehingga aku harus berpuas hati ngeliatan kamu dari jarak jauh aja. Hingga pada akhirnya kesempatan itu datang. Kesempatan yang diatur oleh mama dan juga ibu kamu. akan tetapi, sayangnya lagi-lagi aku menyia-nyiakan kesempatan tersebut. sebelum pada akhirnya, Tuhan berbaik hati untuk benar-berna mempertemukan kita berdua di butik kamu itu. dan dari sanalah aku memupuk keberanian aku, buat datang dan menemui kamu. bertemu dan berbicara denganmu aja udah terasa seperti keajaiban buat aku, sedangkan mendapatkan kontakmu secara langsung adalah sebuah berkah yang nggak akan pernah aku pikirkan sekalipun dimimpi aku."

Way to Your Heart [TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя