Katherine X James (3)

28 4 0
                                    

Dan bagaikan anak panah yang baru saja terlepas dari busurnya, James pun memutuskan untuk tidak algi menunda-nunda atau pun membuang-buang waktu, agar dapat selangkah lebih dekat dengan sang pujaan hati. Segala macam informasi, ia kumpulkan. Mulai dari latar belakang keluarga gadis itu, hingga makanan-makanan yang menjadi kesukaan sang pujaan. Kemudian, selain infromasi, tak lupa juga ia ikuti setiap gerak-gerik gadisnya itu. baik didunia nyata maunpun didunia maya, sehingga sedikit demi sedikit ia pun dapat mengetahui siapakah sesungguhnya gadis pujaannya tersebut. Dan setelah infromasi dasar telah terkumpul, maka barulah dirinya mulai melakukan pergerakan. 

Diawali dengan yang mudah dulu saja, bertukar sapa tatkala keduanya berpapasan. Tak lupa juga, melemparkan senyum manis nan memikat kala kedua mata mereka bertemu. Selain itu, jika ia memiliki kesempatan, akan selalu ia manfaatkan untuk menjalin interaksi yang baik. Sehingga, perlahan-lahan komunikasi itu pun dapat terbangun diantara keduanya. Apalagi jika mengingat keduanya yang sama-sama berada angkatan yang sama, sekaligus lingkungan pertemanan yang sama, maka kesempatanya untuk melakukan penjajakan akan terbuka lebih lebar bukan. Sebab, kata orang-orang cinta itu dapat terbentuk karena terbiasa, dan hal inilah yang sedang James upayakan untuk dapat terwujud.

"Eh, dokter Katherine, kok nggak pulang? Shiftnya udah kelar kan?"

"Iya, tapi, berhubung lagi hujan kayanya nggak jadi deh."

"Lah, emangnya mobil kamu kemana?"

"Lagi dibengkel, jadinya hari ini nggak aku bawa. Tadinya mau pesen taksi online, tapi tarifnya lagi nggak manusiawi. Sedangkan kalau nungguin kakakku, alamat aku nginep di rumah sakit lagi nantinya."

"Nggak barengan sama dokter Farah aja?"

"Nggak, dia lagi mau kencan sama dokter Fadil."

"Yaudah, kalau bareng aku, mau nggak?"

"Bareng kamu? Ngerepotin, nggak?"

"Nggak kok, kan sekalian pulang."

"Emangnya rumah dokter James dimana?"

"Di daerah Kebayoran, kalau kamu?"

"Aku di daerah Senopati, sih."

"Nah, kebetulan tuh. Searah kan jalan pulang kita. Yaudah, yuk bareng aku aja."

"Beneran, nih?"

"Iya."

"Ntar nggak ada yang marah kan?"

"Maksudnya?" Tanya James kebingungan

"Ya, kali aja dokter James udah punya pasangan. Kalau aku main nebeng aja, kan jadinya nggak enak."

"Oh, nggak kok, nggak."

"Yakin?"

"Yakin." Iyalah, wong calonnya aja situ. Gimana bisa marah, coba?

"Kalau begitu, okay deh. Aku numpang ya, dokter James."

"Silakan" Kata James sembari membukan pintu penumpang mobilnya untuk gadisnya yang jelita ini.

Kemudian perjalanan panjang mereka pun, James manfaatkan untuk bertukar pembicaraan. Apa saja, asalkan keduanya dapat terus berbicara sehingga keheningan pun enggan datang untuk melingkupi keduanya. Lagi pula, ini adalah kesempatan langka yang mungkin tidak akan lagi ia dapatkan dikemudian hari. Maka harus ia gunakan sebaik mungkin, tanpa menyia-nyiakannya sedikit pun.

"Nah, rumah aku yang ini. Udah sampai deh, kita. Makasih ya, dokter James, udah nganterin aku pulang. Maaf loh ya, kalau aku ngerepotin."

"Nggak, kok. Kamu nggak ngerepotin." Malah kalau bisa sering-sering aja minta antar jemput aku. Kan lumayan, bisa berdua-duaan.

Way to Your Heart [TAMAT]Where stories live. Discover now