Epilog

1.3K 143 19
                                    

Matahari hampir terbenam di arah barat ketika hanya tersisa kami berenam di sekolah. Para Polisi itu sudah pergi beberapa menit yang lalu. Aku memang ada di antara mereka. Tetapi, aku tak ada di antara pembicaraan mereka. Yah, bagaimana akan terlibat sedangkan aku tidak mengerti pembicaraan.

"Hei, Steve! Tidak masalah jika kau tidak mau memberitahuku rencanamu. Tapi, tolong beritahu aku kenapa kau merahasiakan penyelidikan ini dari Mia," tanya Kevin penasaran sembari merangkul bahuku.

"Oh ya. Kenapa kamu tidak beritahu? Aku kan bisa membantu kalian," sambung Mia lalu berjalan mendekat dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

"Ayahmu sendiri yang memintaku," jawabku singkat. Mia tampak terperanjat. "Dokter Hary sangat khawatir padamu. Dia tidak ingin suatu hal buruk terjadi karena kau terlibat penyelidikan ini. Jadi, aku tidak bisa menolaknya," jelasku. Gadis itu termenung selama beberapa saat, kemudian mengucapkan terima kasih. Kuharap dia bisa mengerti tentang itu.

"Udah sore nih. Ayo pulang," ajak Sisi.

Aku hanya menurut tanpa banyak komentar. Lagipula, hanya itu satu-satunya cara agar Ibu tidak semakin khawatir. Mia melambaikan tangan saat harus berbelok ke rumahnya yang terletak paling dekat dengan sekolah. Dengan riang dia memasuki gerbang rumahnya. Aku menghela napas panjang. Sepertinya dia merasa tidak masalah dengan yang dilakukan ayahnya. Berbeda denganku.

Tapi sudahlah. Aku senang bisa menuntaskan kasus ini. Walaupun ini mungkin akan menjadi kasus terakhir yang kuhadapi, setidaknya aku sudah menunjukkan arti sebenarnya dari keadilan. Aku hanya berharap semoga kasus semacam ini — kasus kejahatan yang mengatasnamakan keadilan — tak pernah terulang.

"Oh ya. Kenapa kita tidak memberi kasus ini nama?" Aku mendengar Kira yang berjalan di dekatku bergumam. Gadis oriental tampak berpikir serius. Padahal menurutku itu bukan hal yang penting. Namun, entah mengapa tiba-tiba timbul keinginan untuk membantunya.

"Bagaimana dengan 'Cinereous Case'? Kelabu, bukankah warna yang indah?" usulku. Kira memandang cukup lama. Sorot matanya tampak sedikit berbeda dari biasanya.

"Hmm ... kau suka warna itu ya?" tanyanya lirih. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah kalau begitu. Aku setuju," sahutnya sambil tersenyum. Tanpa sadar, ujung bibirku ikut tertarik ke atas.

"Aku pulang dulu," pamitku kemudian segera berbelok meninggalkan mereka saat sampai di persimpangan jalan. Sebenarnya, aku menamai kasus ini dengan warna kelabu, bukan hanya karena aku menyukainya. Tetapi, aku memiliki alasan tersendiri.

Kelabu, warna yang merupakan gabungan dari warna hitam dan putih. Hitam memang tak selamanya buruk. Putih pun tak selamanya baik. Keduanya menggambarkan dua hal yang berbanding terbalik. Hanya itu yang bisa kusimpulkan. Tetapi kelabu, adalah gabungan dari keduanya, sulit dipisahkan. Karena itulah, kelabu terkadang menimbulkan kebingungan.

Kelabu, merupakan warna yang sangat cocok untuk menggambarkan kasus ini. siapa pun tidak bisa menentukan warna itu sebagai hitam, ataupun putih. Dalam kasus ini, idealisme-lah yang menciptakannya. Membuat seseorang yang telah lama mendambakan keadilan menggabungkan kedua warna itu, sehingga menjadi kelabu. Namun, intinya hanya satu.

"Keadilan memang harus ditegakkan. Namun cara yang ditempuh juga harus sesuai dengan keadilan."

*

Alhamdulillah, cerita ini kelar juga. Maap ya, epilognya nggak sepanjang dua seri sebelumnya. Berhubung lagi mager bikin kata-kata penutupnya, hehe .... 😅 BTW, kalian mau Ichi bikin side story nggak?

Kalo iya, bisa nggak ngasi contoh ide? Ichi lagi bingung mau pake apa jadi side story saking banyaknya ide 😀. Yang pasti sih, Ichi akan nulis salah satu side story tentang rencana Riyan sama alter egonya Steve di belakang.

Oke, jangan lupa vote dan comment ya 😊.

[END] High School of Mystery: Cinereous CaseWhere stories live. Discover now