Dua

3.4K 275 4
                                    

"Dom kemasi baju dan perlengkapanmu kau akan pindah tugas"

Aku sedikit terkejut mendengarnya lebih lagi karena Samuel Constara langsung yang menghampiriku.

"yes sir"

Aku tidak bertanya apa-apa namun segera berjalan ke belakang rumah tempat kamar para pelayan dan penjaga.

"Kau pindah?" Tanya salah satu pelayan wanita baru yang selalu menggodaku.

"perintah atasan" Jawabku singkat, aku tidak punya waktu untuk urusan percintaan. Aku melihat dia cemberut dan segera berlalu, astaga sikapnya membuatku jijik kita bahkan belum pernah bercumbu.

Aku sudah empat tahun bekerja di keluarga ini karena agensi tempatku bekerja mengirimku kesini. Aku hanya membawa satu tas ransel karena memang barangku tidak banyak lalu segera berjalan ke depan rumah yang sudah ada tiga mobil yang menunggu, apa ada yang di culik atau dibunuh?

"Dom masuklah ke mobilku" Aku mengangguk lalu duduk di samping supir sementara Samuel dan Diana Constara duduk di belakang.

"Anak itu terlalu keras kepala" Seru Diana sambil menggepalkan tangan yang langsung di ambil oleh suaminya.

"Aku akan membujuknya sayang, Dom" Lanjutnya memanggilku.

"yes sir?"

"Aku menugaskanmu menjaga Lily di rumahnya kau harus mengawasinya 24 jam"

Tubuhku segera menegang mendengar nama putri mereka, Lily Constara adalah buah terlarang bagiku.

"saya sendiri saja?"

"iya, aku percaya padamu dan apakah kau bisa keluar dari agensimu dan bekerja pribadi untukku? aku akan membayarmu dua kali lipat"

Mataku melotot mendengarnya dan aku juga tahu supir di sampingku tersenyum mendengarnya.

"Tentu, saya akan buat surat pengunduran diri besok"

Samuel mengangguk lalu bersandar ke isterinya. Lily Constara, aku pertama kali melihatnya saat dia mengunjungi orang tuanya beberapa bulan setelah aku mulai bekerja, Wanita itu sangat menawan dengan tubuh mungil dan rambut coklat panjangnya namun aku terkejut saat melihat dia bersama seekor anjing pemandu, dia buta.

Aku yakin bukan hanya aku saja yang tertarik padanya, Karena di lihat dari segimanapun dia sangat menarik. Untuk ukuran orang buta matanya sangat indah dan sama sekali tidak ada masalah membuatku bingung apa dia memang benar buta?

Kami sampai ke rumah satu lantai sederhana yang membuatku tersenyum dalam hati kurasa memang bukan hal yang bijaksana membuat tangga bagi gadis buta.

Diana sama sekali tidak mengetuk dan langsung masuk yang di ikuti oleh suaminya dan dokter pribadi keluarga mereka.

Aku mendengar Diana mengomel panjang lebar sementara Lily sedang di obati. Lily bersikeras bahwa dia sudah dewasa dan mandiri yang membuatku mau tidak mau menaruh hormat pada dirinya. Aku melihat dia dibawa oleh Ayahnya untuk berjalan-jalan sementara sang Ibu hanya menghela nafas lelah dan duduk dengan kepala yang di tahan oleh tangannya.

Aku melihat dia seperti menanggung beban berat padahal umurnya belum setengah abad. Aku melihat sekeliling, rumah ini nyaman dan sangat rapi untuk ukuran orang yang tidak bisa melihat dan aku tahu jika Lily jarang sekali memanggil pelayan.

Anjing pemandu Lily menggaruk-garuk pintu melihat majikannya pergi namun Diana segera memanggilnya dan mengelus kepalanya membuat dia tenang.

Aku melihat Ayah dan anak itu kembali namun wajah Lily cemberut membuat dia terlihat seperti berusia sepuluh tahun.

"Jadi" tanya Diana menyambut mereka

"dia mau"

"Bagus"

"Kalian merencanakan ini?" Wajah Lily terlihat sangat kesal membuatku sedikit tersenyum.

"Kami membicarakannya dalam perjalanan kemari, kau memang harus memiliki seseorang yang mengawasimu 24 jam"

Dia mengangkat tangannya tanda menyerah lalu menjatuhkan dirinya di sofa. Samuel menyuruhku menghampirinya dengan lambaian tangan.

"Namanya Dominic, Dia akan tinggal disini bersamamu sehingga dia dapat mengawasimu dan menjagamu" Samuel menepuk bahuku membuatku sedikit merasakan rasa bangga pada diriku.

"Senang bertemu dengan anda My Lady" Aku menyapanya dengan sopan yang di tanggapi dengan anggukan kepalanya.

"Dom sudah menjadi Bodyguard ku selama empat tahun dan aku mempercayainya"

"Kau bisa tidur di kamar tamu Dom, biar aku tunjukan" Aku mengikuti tubuh kecil itu menuju kamar, Lily terlihat sangat percaya diri seolah tidak takut jika dia menabrak sesuatu.

"Kamar ini kecil kuharap kau nyaman" Ucap Lily menunjukan kamar kecil tapi nyaman di samping dapur.

"tidak masalah My lady"

Lily lalu berbalik menghadapku membuatku terkejut dengan mata coklat itu. Dia memandang ke arah leherku membuatku percaya dia buta.

"dimana matamu Dom" Tanyanya sambil mengangkat tangan.

"Maaf?"

"Tunjukan aku dimana kepalamu sehingga aku tahu seberapa tinggimu dan dimana aku harus memandangmu"

Aku kembali terkejut mendengarnya astaga malam belum larut tapi sudah banyak sekali hal yang membuatku terkejut, Tangan Lily masih tergantung di udara membuatku harus mengambilnya.

"Maaf jika saya menyentuhmu" Ucapku sebelum menyentuh tangannya, dapat aku rasakan tubuhnya tersentak ringan namun dia segera menguasi diri.

Tangannya sangat lembut membuatku memejamkan mata merasakan jempolnya menyentuh pelipisku.

"terimakasih" Mataku terbuka lagi melihat Lily berjalan melalui ku kembali kepada orang tuanya, Aku segera melempar ranselku ke tempat tidur sebelum kembali ke ruang tamu.

Aku mendengar Diana mengomeli Lily tentang tata krama. Setelah satu jam semua orang bersiap pulang.

"Dom" Samuel memanggilku di samping mobilnya dimana isterinya sudah menunggunya.

"yes sir?" Tanyaku menghampirinya.

"terus awasi dia dan jangan lupa untuk keluar dari agensimu"

"baik" Aku menutup pintu mobil menyaksikan mereka menghilang dari pandangan.

Aku kembali ke dalam rumah memperhatikan Lily yang masih duduk di ruang tamu merenung.

"Apa anda perlu sesuatu my lady?"

"tidak Dom kurasa aku ingin tidur"

Aku mengangguk lalu langsung menyadari bahwa dia tidak dapat melihatku.

"Baik"

Aku mendengar geraman di bawah kakinya lalu melihat anjing itu menatap tidak suka kearahku.

"tenanglah kawan" Ucap Lily mengelus anjingnya.

"Kau sebaiknya berteman dengan Gypsy jika tidak semuanya akan sulit" Ucap Lily sebelum berjalan ke kamar, Anjing itu bangun mengikutinya namun sebelum masuk kedalam kamar dia menyalak sekali kearahku, apa dia memiliki masalah denganku?

Aku menggelengkan kepala tidak ingin memikirkannya lalu mengecek semua pintu dan jendela di rumah memastikan mereka terkunci lalu berjalan kedalam kamar dan mengganti bajuku.

Aku membongkar tasku saat sebuah foto sepasang kekasih menyenggol tanganku, Aku tersenyum melihat mereka. Pakaian tentara dan wajah penuh debu sama sekali tidak mengurangi kencantikannya.

"Selamat malam April" Ucapku mengelus foto itu sebelum menaruhnya di meja. Aku bersyukur aku memiliki kamar pribadi disini sehingga aku dapat memajang fotonya disini.

Aku mengetik surat pengunduran diriku yang akan aku kirim besok setelah semua terlihat rapi aku segera naik ketempat tidur dan berusaha memejamkan mata berharap mimpi buruk tidak menghampiriku malam ini.






Tbc.

The Lady And The BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang