Tiga Belas

2.9K 223 5
                                    

Setelah aku selesai menangis Dom membawakan makanan ke kamarku dan menyuruhku tidur, aku sama sekali tidak mengantuk jadi aku terus menatap langit-langit kamar memikirkan perkataan Dom.

Aku bahkan hampir melupakan orang-orang yang ingin menculik ku, pikiranku terlalu penuh dengan Dom sampai aku melupakan keselamatan ku sendiri tapi aku bahkan hampir tidak perduli, tidak jika aku tahu Dom akan menjagaku.

Persetan dengan omong kosong dia pengawal ku dan aku atasannya apa lagi tentang status sosial, pamanku menikah dengan orang Amerika dan mereka luar biasa bahagia sekarang jadi mengapa aku tidak bisa juga?

Aku mendengar suara air menghantam genting rumah lalu semakin lama semakin deras membuatku menikmati bunyinya. Aku keluar dari kamar dan aroma tanah tersiram hujan menyambut ku membuatku tersenyum senang.

Aku berjalan kearah belakang rumah berhati-hati pada perabotan yang ada sampai aku menemukan pintu geser itu lalu keluar dan menikmati angin yang bertiup menerpa tubuhku.

Aku melangkah ke tengah halaman lalu mengadah keatas menikmati tetes-tetes air yang memukul wajahku.

"Lily! apa yang kau lakukan?!" dapat aku dengar Dom berteriak namun aku mengabaikannya sampai aku merasakan dia menarik tanganku, aku menariknya kembali menolak dengan tegas untuk berpindah.

"Kau bisa demam lagi" dapat aku dengar kegusaran di suaranya namun aku menggeleng kecil.

"aku tidak pernah di biarkan di bawah hujan seperti ini oleh orang tuaku karena itu tidak pantas, apa lagi setelah aku kehilangan pengelihatan ku"

Dom terdiam namun aku tersenyum sambil mengadah lagi.

"Sudah terlambat untuk kembali, bagaimana jika kita menikmatinya saja?"

-----------------------

Aku yakin aku sudah gila sekarang! Aku terdiam kaku melihat Lily menikmati air hujan yang mengguyur tubuhnya, gaun tidurnya sudah melekat sempurna ke tubuhnya bagaikan kulit kedua membuat bayangan samar dari lekuk tubuhnya.

Wajah Lily sangat tenang saat butiran air itu mengenai wajahnya, titik-titik air bergelantungan di bulu matanya bagai mutiara dan bibirnya mengecap air itu sambil mengulurkan lidahnya sedikit.

"aku masih berfikir kau harus masuk" ucapku sambil menahan tanganku dari mengangkatnya di pundak ku dan memaksanya masuk namun aku masih ingin menikmati pemandangan ini, Lily terlihat bebas dan senyumnya begitu indah membuatku ingin terus menjaganya seperti itu.

"menarilah bersamaku" Lily mengambil tanganku dan melingkari yang satunya di pundakku, kepalanya bersandar di dadaku membuatku harus menahan diri dari merobek gaunnya.

Kami bergoyang perlahan dan kemudian sedikit berputar yang di hadiahi tawa Lily, perutku menggepal mendengarnya. Aku memandang lekat wajah itu, wajah yang mampu mengusir mimpi buruk ku belakangan ini.

"Cium aku Dom" Lily berkata lembut membuatku memejamkan mata.

Aku pernah membunuh orang saat bertugas, ditangkap dan di siksa oleh musukku bahkan teman-temanku berkata aku adalah orang yang kuat karena berhasil melewati semuanya tanpa kehilangan nyawa dan pikiranku, namun sekarang di taman belakang rumahku sendiri bersama wanita ini aku menjadi lemah.

"Please" ucap Lily lagi sambil mengusap leherku dan menarik kepalaku turun, Aku menyambutnya dan menyatukan bibir kami. Bibir Lily dingin karena hujan membuatku menangkup seluruhnya berusaha menghangatkannya. Ciuman ini tidak seperti tadi pagi, ciuman ini lembut dan perlahan membuatku hampir lupa tentang seluruh dunia dan hanya dapat merasakan saat ini.

Puting Lily menegang dan menggesek dadaku membuatku mengerang dalam, Desahan Lily bersautan dengan suara angin dan erangannya menyatu dengan milikku.

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now