Sembilan Belas

2.3K 199 7
                                    

"Kau terlihat bahagia Mio figlio"

Aku tersenyum kecil sambil mengangguk setuju. Kami datang pada sore hari untuk makan malam sekaligus berpamitan pada Mama dan Giana, mereka sedikit terkejut karena kami terlihat tergesa-gesa namun aku hanya berkata bahwa Lily memiliki urusan di rumahnya.

Mamaku segera membuat makan malam besar untuk kita dan mengundang Marco berkata bahwa setidaknya dia ingin memiliki satu malam bersama semua anak-anak dan kekasihnya, aku dan Lily sama sekali tidak membantah mengenai hubungan kita.

"Aku bahagia karena tahu Giana memiliki kekasih yang terlihat sangat mencintainya"

Aku memandang ke sebrang halaman belakang di rumah mamaku dimana Lily sedang tertawa bersama Giana mendengar lelucon Marco, Aku memang belum sepenuhnya mempercayai Marco namun jika melihat bagaimana Marco memandang Giana aku hanya berharap yang terbaik.

"Bukan Mio figlio Kau bahagia karena Lily, kau jatuh cinta"

Aku terdiam mendengar Mamaku, andai Mamaku tahu siapa Lily sebenarnya aku mungkin dapat meminta saran darinya namun dia hanya mengira Lily temanku dan aku tahu dengan pasti apa yang akan di katakannya.

"Jika kau benar mencintainya katakan padanya dan buat dia juga jatuh cinta padamu"

Kami sudah melewati tahap itu namun yang terburuk belum datang.

"Dia tidak tahu tentang Papa" bisik ku pelan dan melihat mata Mamaku melembut.

"maka beritahu dia, akupun dulu tidak tahu apa-apa tentang Papamu sampai dia ingin melamar ku, tapi aku terlalu mencintainya untuk melihat keburukannya"

Aku menghembuskan nafas kasar memikirkan bagaimana nanti Lily akan bereaksi.

"Dom! mainkan gitarmu aku ingin menari" Giana tiba-tiba memberikan aku gitar lama milikku dan berjalan ke tengah halaman.

"Dom bisa main gitar" tanya Lily bingung.

"oh ya jemari dia cukup terampil"

"Aku yakin akan hal itu"

Aku melihat Lily dengan tajam mengetahui makna ganda di dalamnya.

"Mainkan sesuatu yang cepat Dom" Marco berteriak sambil mengambil pinggul Giana.

"Jangan tanganmu Marco aku masih punya senjata jika kau lupa"

Mama menepuk lenganku sambil melihatku dengan penuh peringatan.

"Oke oke"

Aku bermain dengan cepat dan melihat Lily berjalan ke arahku dan duduk di sampingku, Senyum terkejut bercampur bangga terlukis di wajahnya.

Aku merasa lengkap sebagai pria, aku memiliki Mama yang menyayangiku, Adik yang sudah menemukan suami masa depannya dan wanita yang tersenyum penuh cinta dan bangga padaku.

Aku mengakhiri permainan gitarku dan melihat Giana dengan nafas memburu memandang Marco dengan penuh cinta yang di balas sepenuh hati oleh pria itu.

"Mama aku lupa jika kaki meja rias di kamarku goyang, aku ingin melihatnya sebentar" Giana sama sekali tidak berani melihat ke mataku dan langsung berlari kedalam rumah dengan cepat.

Aku melihat Marco dengan tatapan membunuh membuat dia berdiam di tempat dengan pandangan ragu.

"mengapa kau tidak membantu Giana Marco? aku yakin meja riasnya berat" Bola mataku hampir keluar saat aku menoleh kearah Lily.

"Jang..." Mulutku langsung di bungkam oleh tangannya ketika Marco mengucapkan terimakasih dan berlari seolah ada anjing neraka yang mengejarnya.

"Aku akan membunuhnya" Aku sudah ingin bangkit namun Mamaku menggunakan bahuku sebagai tumpuan ketika dia berdiri membuatku otomatis duduk lagi.

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now