Tiga Puluh Tiga

1.9K 195 6
                                    

Jangan lupa votemen gaes udah mencapai bab bab akhir ini.







"Sialan kau!" Bentak ku pada Marco yang di balas dengan senyum lebarnya saat aku melemparkan kartu yang ada di tanganku dengan kesal.

"Sepertinya minggu ini aku memang sedang sangat amat beruntung, Aku memenangkan tender besar di Paris, Mendapatkan rumah impianku dengan harga di bawah rata-rata, menang poker tiga ronde darimu....." Omongan Marco terpotong saat Giana masuk bersama Mamaku membawa makanan dan juga buah. "...Dan tentu saja dapat menikahi wanita impianku enam bulan lagi"

Marco langsung bangun dari kursinya dan memeluk Giana lalu memutarnya di ruangan luas itu membuat adikku terkikik geli dan berlian di jarinya tambah bersinar terkena lampu.

"Satu tahun Marco..."

"Kau membunuhku, Kau yakin tidak ingin memakai tiga jasa WO saja?"

"Satu saja sudah cukup"

"tidak cukup cepat"

Aku bahkan tidak protes saat Marco mencium Giana hingga punggung dia melengkung kebelakang.

"Kau terlihat makin sehat Mio figlio"

Aku hanya tersenyum mendengarnya dan ragu-ragu saat menanyakan pertanyaan yang sudah ku ulang terus menerus selama tiga bulan setelah aku sadar.

"Mama, apa kau mendengar kabar apapun dari Lily?"

Mamaku hanya menarik nafas penuh sesal sebelum menggeleng kecil. Aku mengangguk lemah dan bersandar semakin dalam.

Dari aku membuka mata sampai sekarang Lily sama sekali tidak menjengukku ataupun menyampaikan salam, Keluarga Constara pun tidak menjengukku, Mereka hanya membayar semua biaya pengobatan ku dan juga biaya keluargaku selama di London dengan menginap di salah satu hotel mereka namun tidak pernah menampilkan wajah mereka padaku padahal selama aku koma Mamaku sering berhubungan dengan mereka namun setelah aku tersadar semua orang seperti menghindari ku.

"Ingin bermain lagi? Kali ini aku akan bertaruh restoran mu dengan kebun anggurku bagaimana?"

"Jangan bodoh, Kau tau tadi aku hanya bersikap baik padamu kan? jika kita bermain dengan taruhan kau akan keluar dari ruangan ini hanya dengan celana dalam mu"

Marco tertawa terbahak-bahak mendengarnya, Kurasa selera humor anak ini sudah jatuh ke inti bumi karena dia sedang senang berhasil melamar Giana.

Tawa Marco terpotong ketika pintu terbuka dan menampilkan tiga pria Constara dengan mata biru dan wajah tegang melihatku, kecuali Henry.

"Apa kabar kawan?" Tanya Henry langsung menghampiri Marco yang juga di sambut dengan baik lalu mereka berpelukan ala pria, Dilemparkan kemedan pertempuran bersama memang membuat rasa persaudaraan tumbuh seketika.

"Luar biasa, Kenalkan ini Ibuku dan ini adalah hidupku, Teknisnya tunangan ku, Giana"

Henry mengambil tangan Mamaku dan mengecupnya sambil menyapanya lembut demikian juga pada Giana di sertai kedipan mata mematikan hingga Giana tersipu, Dia player.

"Oke sudah cukup" Ucap Marco langsung menarik Giana menjauh dari Henry.

"Apa kabar?"

Samuel langsung maju kearah Ibuku dan mengambil tangannya untuk di genggam.

"Jauh lebih baik sekarang putraku sudah sadar" Mamaku memberikan senyum lembutnya sambil menatap ku.

"Anda telah membesarkan putra yang luar biasa dan saya selamanya akan berterimakasih"

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now