Sepuluh

2.9K 314 10
                                    

Coba di sentuh bintangnya biar aku makin semangat gitu loh....

Happy reading ya'll!!!










Jangan membuatnya berharap? apa maksudnya itu? sial aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran wanita.

Aku bahkan tidak menyadari aku memanggilnya cara itu semua terjadi begitu saja, Aku bahkan jarang sekali memanggil April cara karena dia tidak terlalu suka hal-hal berbau romantis, tapi demi apapun juga aku masih merinding menginat rasa tangannya meyentuh kulitku, tangannya kecil tapi lembut dan kuat pada saat yang bersamaan membuat hatiku bergetar di bawah sentuhannya.

Aku berusaha mengabaikan segala pemikiran itu lalu mandi air dingin sampai aku menggigil kemudian memasak makan siang untuk kami berdua. Aku bersyukur memiliki Mama yang luar biasa, dia mengajarkanku dan Giana memasak dari kecil agar kami dapat memberi makan diri kami sendiri dan menjadi mandiri.

Aku berjalan ke kamar Lily dan mengetuk pintunya.

"My lady? makan siang sudah siap" Aku terkejut karena pintu langsung di buka menampakan wajah Lily yang terlihat kesal.

Lily berjalan mendahuluiku membuatku mengejar langkahnya. Aku masih tidak dapat mengerti bagaimana cara dia mengingat rumah ini dengan begitu cepat, Lily langsung menemukan meja dan meraba kursi sebelum duduk.

"Saya memasak ikan tuna dan salad" Aku menginformasikan sebelum menaruhnya di depan Lily, Lily terlihat makan dengan tenang membuatku bingung akan sikapnya. Kurang dari satu jam yang lalu dia berteriak marah padaku dan sekarang dia makan seolah sedang di jamu ratu Inggris.

"Anda ingin makanan penutup my lady?"

"aku ingin kau diam Dom"

Aku terkejut mendengarnya, suaranya tenang namun tajam dan diwajahnya terdapat senyum tipis. Dia tersenyum saat marah?

"Kau ingin menjadi formal lagi denganku? baiklah mau bagaimanapun kau tetap bawahan ku"

Aku terkejut mendengarnya terlebih karena dia masih terpasang senyum manis di bibirnya, Lily bangkit perlahan lalu menuju kamarnya lagi dengan anggun.

Aku terdiam selama satu menit penuh sebelum menyadari apa yang terjadi, dia murka. Dia yang bilang tidak ingin di panggil sayang lagi itu maksudnya kembali menjadi formal bukan?

Aku hampir menghantam kepalaku kemeja, namun aku segera bangun dan mencuci piring sebelum ketukan di pintu terdengar.

"Dom!"

"aku tidak tuli Giana" ucapku sambil membukakan pintu melihat senyum merkah adikku.

"apa yang kau inginkan?" tanyaku malas.

"aku hanya ingin melihat kakakku yang baru pulang apa tidak boleh?"

Dia langsung masuk kedalam dengan santainya sambil menaruh sebuah tas di meja.

"Aku punya hadiah untukmu" ucapnya sambil membuka tas dan mengeluarkan sebotol anggur merah.

"sejak kapan kau memiliki uang untuk membeli anggur?" tanyaku padanya sambil melihat botol itu, ini anggur bagus.

"bukan aku yang membelinya" ucapnya tidak ingin menatap mataku.

"lalu?" pancingku menaikkan satu alis.

"Marco memberikannya padaku"

"dan siapa Marco ini?" tanyaku menatapnya tajam.

"pacarku" Suara Giana berubah menjadi cicitan membuatku melotot seketika.

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now