Tiga Puluh Lima

5.1K 299 19
                                    

Still Author POV



Dom berbaring diam sepanjang malam berusaha membuat tubuhnya santai agar Lily tidak curiga bahwa dia belum tidur.

Setelah perdebatan semalam Lily membiarkan Dom tidur bersamanya namun dia hanya memberikan punggungnya pada Dom dan sama sekali tidak berbicara sepanjang malam.

Lily bahkan baru tidur jam empat pagi sementara Dom hanya diam melihat punggung kaku Lily yang semakin lama semakin santai dan mulai tertidur.

Betapa ingin dirinya mengulurkan tangan dan menarik punggung itu ke dekatnya, Namun dia tidak berani takut jika nanti Lily semakin menjauh darinya. Bahkan sekarang ada jarak di antar mereka yang tidak lebih dari satu jengkal namun rasanya seperti puluhan kilometer bagi Dom.

Tubuh Lily mulai terbangun pukul delapan, Lily berbalik perlahan sambil merentangkan tangannya dan menyentuh bahu seseorang. Tubuhnya langsung terdiam dan teringat akan semalam.

Sesak mulai terasa di dadanya karena hati dan akal sehatnya mulai berdebat, Otaknya berteriak untuk segera mengusir Dom jika perlu dia menelpon keluarganya untuk memastikan bahwa dia tidak akan bertemu dengan Dom lagi, Namun hatinya berkata bahwa ini tidak lebih daripada egonya bahwa dia harus mendengarkan Dom dan menerimanya kembali jika tidak ingin menyesal.

Lily menarik nafas dan mulai berbalik kehadapan Dom berharap mengetahui dengan pasti bentuk wajah Dom. Tangannya mulai terangkat dan menaruh satu jarinya di atas kening Dom, Sentuhannya sehalus embun pagi tidak ingin membangunkan pria itu.

Dom menahan nafas saat Lily menyentuhnya, Satu, hanya satu jarinya yang ada di tubuh Dom namun itu cukup membuatnya mengeras. Betapa Dom merindukan ini, Dia teringat akan setiap pagi di rumahnya di Itali, Dimana dia dan Lily akan berbicara ataupun bercinta di atas kasurnya sebelum tertidur dengan saling memeluk dan dia akan bangun dengan di sambut senyuman dan juga ciuman dari wanitanya.

Lily menelusuri wajah Dom sampai dia menyadari bahwa tulang Dom lebih terasa, Tidak mungkin pria ini susah makan karena memikirkannya ini pasti hanya karena dia di dalam pengobatan, Namun saat Lily menyentuh bawah matanya Lily tahu bahwa dia juga tidak bisa tidur.

"Jangan berhenti, Please" Dom berbisik lembut ketika Lily sudah akan mengangkat tangannya. Tangan Lily kaku dan mengambang di atas kulit Dom membuat Dom harus menahan tangannya dari menarik Lily agar menyentuhnya kembali, Dom menarik nafas saat merasakan telapak tangan hangat itu di wajahnya lalu menciumnya.

"Kenapa kau kemari Dom?"

"Karena aku membutuhkanmu"

Lily mulai terisak mendengarnya membuat Dom menarik tubuhnya ke dadanya dan memeluknya erat.

"Jangan menangis Lily air mata mu membunuhku"

Lily memukul dada Dom dengan kepalan tangannya.

"Kenapa kau malah menyebut namanya bodoh?! Yang di sisimu itu aku!"

Dom memejamkan mata dan menerima dengan pasrah pukulan yang terasa seperti pijatan lembut itu.

"Aku benar-benar tidak sadar Lily aku tidak tahu mengapa aku menyebut nama April, Mungkin dia mendatangiku dalam mimpi dan memberikan aku restu bersamamu"

Lily semakin menangis dengan tubuh gemetar membuat Dom makin memeluknya erat tidak ingin melepaskan wanitanya.

"Kau boleh pergi Dom"

Darah Dom seketika berhenti mengalir saat mendengar kata-kata itu, Ini lebih buruk dari mimpi buruk, Telinganya pasti salah.

"Apa?"

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now