Marion X Ardi (2)

Start from the beginning
                                    

'Akhirnya kamu bisa sembuh dan beraktivitas kembali seperti sedia kala Miro. Terima kasih, Ya Allah. Sebab, berkat karunia-Mu lah, Miro dapat sembuh dan kembali melanjutkan kehidupannya dengan hamba. Makasih Miro karena udah mau bertahan sejauh ini buat gue. Gue janji, kedepannya gue akan selalu berusaha untuk menjadi majikan yang baik bagi diri gue dan juga bagi kamu. Sayang kamu, anak bulu gue!'

***

"Eh, mbul, sekarang kan kamu udah sehat, nih. Udah bisa jalan kesana kemari. Terus, udah bisa main-main lagi, sampe manjat-manjat ke tempat yang tinggi juga. Tapi, kok gue masih merasa utang budi banget ya, sama dokter kamu itu?"

"Mmrr?"

"Itu loh, mbul. Si dokter hewan cantik, yang udah nolongin kamu waktu itu. Dokter Anya. Masa gitu aja, lupa? Gue yang udah lama nggak liat aja, masih inget kok" ucap Ardi sembari mengelus-elus lembut kucing kesayangannya ini, "kira-kira itu dokter, apa kabar ya, mbul? Apa dia masih inget sama kita? Atau udah lupa, kaya kamu gini?"

"Miaw!"

"Nah, iya tuh, Mir. Bener kamu. Apa dia makin cantik, ya? Coba aja, dulu pas kita pertama kali ketemu kejadiannya nggak kaya gitu, mungkin udah aku modusin tuh, si dokter cantik. Sayangnya, keadaan waktu itu, nggak memungkin banget, Mir. Jangankan modus, kepikir buat minta nomor kontak juga, nggak. Orang guenya khawatir banget sama kamu, Mir. Saking khawatirnya, aku sempat nekat nggak kepengen pulang loh. Pengen nginep disana aja gitu, bareng kamu. Tapi sih, untungnya nggak jadi. Kalau nggak, udah gentian kali gue yang sakit abis kamu sembuh kaya gini."

"Miaw."

"Menurut kamu, Mir, aneh nggak kalau semisal kita pergi nyamperin si cantik? Sekalian gue kepengen ngasih dia sesuatu gitu, sebagai tanda terima kasih gue karena udah ngebantu sekaligus ngerawat kamu sewaktu sakit kemarin."

"Mmrr."

"Hehe, tau aja, si mbul. Kan sekalian, mbul. Sekalian ketemu, ya sekalian PDKT. Kali aja dia mau dimodusin sama gue. Terus, jadi pacar gue, deh. Hehe" kata Ardi sambil terkekeh malu-malu,"nah, gimana? Mau ya, mbul, nemenin gue PDKT. Ntar kamu aku jajanin Meow Meow Cat Snack dua, deh."

"Miaw!"

"Ho-oh, beneran gue janji, nggak pake boong" ujar Ardi sambil membentuk tanda V dengan kepalan tangannya ini, "Jadi, gimana? Mau kan, nemenin gue pergi?"

"Miaw!"

"Siip, nah kalau gitu, yuk kita siap-siap dulu. Gue ambilin rompi harness kamu dulu, ya. Jangan kemana-mana, loh. Inget, tadi udah janji sama gue. Tunggu, ya!" ucapnya sembari berlari ke dalam menuju kamar khusus untuk kucingnya ini, "nah, yuk dipake dulu harnessnya. Abis itu, kita belanja, ya. Buat beliin jajanan kamu sekaligus buah tangan buat si cantik. Masa gue mau PDKT, dateng begitu aja. Nggak bawa apa-apa. Ntar dikiranya gue tipe cowok pelit lagi. Padahalkan, gue orangnya nggak begitu. Sama kamu aja, gue loyal, kok. Masa sama calon pacar sendiri, nggak? Ya, kan, Mir?"

"Mmrr."

"Sudaah! Sekarang karena rompinya sudah terpasang, yuk mari berangkat!" ajak Ardi dengan semangat yang begitu menggebu-gebu. Namun, sebelum dirinya dan Miro, yang pada saat ini tengah asyik melihat pemandangan dari dalam tas ransel kucing, dirinya harus terlebih dahhulu dikejutkan dengan kedatangan seorang tamu yang tidak terduga-duga ke kediaman mungilnya kini.

"Selamat siang."

"Selamat si-Loh, dokter Anya!"

"Mas Ardi? Oh, jadi Mas-nya juga tinggal disini?"

"Iya, ini emang rumah Saya sih, Dok. Kalau dokter, dokter ngapain kesini? Mau main kerumah temennya?"

"Bukan, bukan. Justru aku kemari tuh, pengen ngenalin diri sekalian ngebawain oleh-oleh buat Mas Ardi."

"Ngenalin diri? Oleh-oleh?"

"Iya, soalnya sejak hari ini Mas Ardi akan menajdi tetangga baru aku, Mas."

"Tetangga? Maksudnya, dokter Anya pindah rumah ke sebelah?"

"Iya, Mas. Makanya aku kesini buat mengenalkan diri, sekaligus beramah-tamah dengan tetangga sebelah rumah baru aku ini. Eh, nggak Taunya tetangga sebelah rumah aku malah Mas Ardi."

'Akhirnya! Pucuk dicinta ulam pun tiba. Alhamdulilah, ya Allah. Terima kasih, karena Engkau mengabulkan semua doa-doaku! Ini sih Namanya rejeki nomplok. Baru aja keinget sama si cantik, eh, orangnya malah langsung muncul begini di depan rumah. Pake tetanggaan pula. Udah, nih. Alamat lancar jaya PDKT gue sama si cantik.'

"Iya, iya, bisa pas begini, ya. Yaudah deh, masuk dulu, dok. Kita duduk-duduk seklaian ngobrol dulu" kata Ardi sambil mempersilakan tamu cantiknya ini untuk memasuki pintu rumahnya tersebut.

"Iya, permisi."

"Santai aja, dok. Anggap aja kaya rumah dokter sendiri. Eh, iya, oleh-olehnya Saya terima, ya."

"Iya, Mas."

"Terus, dokternya mau minum apa?"

"Apa aja, Mas. Asal nggak ngerepotin Mas-nya."

"Kalau jus botolan, mau?"

"Iya, nggak apa."

"Yaudah, tunggu sebentar ya. Saya ambilin dulu di kulkas" ujar Ardi sambil berlalu meninggalkan Anya yang tengah terduduk dengan nyaman di ruang tamunya kini, "nih, diminum dulu jus-nya."

"Wah, makasih ya, Mas Ardi. Pas banget nih, jusnya dingin begini. Emang ya, kalau panas-panas, enaknya minum-minuman yang dingin. Soalnya menyegarkan dan bikin haus cepet hilang."

"Ah, si dokter bisa aja. Terus dok, ini gimana ceritanya sih, bisa pindah rumah ke komplek ini? Emangnya rumah dokter yang lama kenapa?"

"Awalnya juga Saya nggak mau pindah, Mas. Tapi, semakin lama Saya semakin nggak sanggup menjalani rutinitas harian Saya. Soalnya jarak apartemen dan klinik itu, terlalu jauh. Jadinya, saya keburu kecapean dijalan. Belum lagi, Jakarta kan macetnya naujubilah, ya Mas. Ya, makin rontoklah badan Saya, jadinya. Oleh karena itulah, Saya pun mulai berniat untuk pindah dari apartemen dan membeli sebuah hunian mungil yang jaraknya jauh lebih dekat dengan klinik tempat Saya bekerja pada saat ini. Pas saya sedang nyari-nyari, kebetulan salah seorang temen ada yang nawarin rumahnya untuk di beli ke Saya. Gara-gara keluarganya itu, sedang mengurus kepindahan ke luar kota mengikuti pekerjaan suaminya tersebut. Nah, waktu saya survei, kebetulan banget nih, lokasi rumahnya tuh nggak terlalu jauh dari klinik tempat kerja Saya. Terus, rumahnya juga bagus dan lingkungannya pun menunjang. Yaudah, langsung Saya samber aja, penawaran dari temen Saya itu. Dan voila! Sekarang kita berdua tetanggaan, deh."

"Oh, begitu ceritanya. Terus semenjak hari ini, dokter Anya bakalan menghuni rumah sebelah?"

"Iya, tapi meski rumahnya bagus, rumah sebelah itu minim perabot. Sedangkan perabotan plus barang-barang Saya yang lainnya, masih OTW. Jadilah Saya memutuskan untuk berkenalan dulu dengan penghuni sekitar rumah."

"Oh, gitu."

"Eh, iya, Mas Ardi, sekarang mau ngapain? Mau keluar ya, bawa si Miro jalan-jalan?" kata Anya seraya menilik barang bawaan pria tersebut.

"Itu, iya, Kami mau jalan-jalan sebentar di taman. Em, dokter Anya mau ikut? Biar sekalian Saya ajak keliling kompleks sekaligus berkenalan sama penghuni-penghuni yang lainnya."

"Boleh, nih, Mas? Ntar ganggu acara jalan sore kalian, lagi."

"Ya, nggaklah. Wong, Saya sama Miro Cuma mau jalan-jalan sebentar aja. Jalan sebentar juga, si Mironya udah keburu capek, ntar."

"Hm, yaudah deh, ayo kalau begitu. Tapi, sebentar, Saya kunci rumah dulu, ya."

"Siap!"

'Yes! Ya, Allah, Bisa juga akhirnya gue PDKT sama si cantik. Emang ya, kalau jodoh itu pasti nggak kemana. Ihiw.'

***

Way to Your Heart [TAMAT]Where stories live. Discover now