1 - ARUNA DAN GENG ABC

Mulai dari awal
                                    

"Plis Run masih pagi," tambah Cica menghela napas berat.

Aruna memeletkan lidahnya tak mempedulikan gumaman sang Kakak dan Cica. Aruna memamerkan senyumnya ke Bana.

"Gimana penampilan gue? Udah kelihatan dewasa kan? Kelihatan anak SMA kan?"

Kak Bana mengangguk singkat. "Iya."

"Udah cantik belum?"

"Lumayan."

"Kok lumayan?" heboh Aruna.

"Iya cantik," jawab Bana tak mau memperpanjang drama paginya.

Aruna bersorak senang dalam hati. "Gue udah siap lo buat jadi pendamping hidup lo Kak," ucap Aruna malu-malu. "Lahir batin siap Kak."

Arjuna, Bana dan Cica saling berpandangan seolah mereka sudah tidak kaget dengan pengakuan Aruna seperti ini.

"Nggak usah halu. Bana udah punya pacar, ayo sek..."

"Punya pacar siapa? Risa? Lauren? Maya? Atau Dara?" teriak Aruna memercikkan api di kedua matanya.

"Lo hapal banget nama mantan-mantannya Bana?" tanya Arjuna takjub.

"Hapal dong, jangankan nama mantan-mantannya, gebetannya yang kecentilan aja gue tau!" ketus Aruna.

"Serem amat lo Run!" gidik Arjuna.

"Wah... Gue kira setelah ditolak Bana dua bulan yang lalu lo bakal insyafRun, nggak taunya mak..."

"Kak Bana nggak nolak gue Ca, dia nggak pernah nolak gue. Kak Bana belum siapa aja nerima gue," ucap Aruna memberikan alasan tingkat halunya. "Benar kan Kak Bana?"

Bana menatap Aruna sembari tersenyum licik. "Lo udah gue tolak."

"Aish!" umpat Aruna kesal sembari mengibaskan rambutnya, udara mendadak terasa panas. Tidak apa-apa, ini bukan pertama kalinya Aruna ditolak oleh Bana. Aruna yakin semakin dia berusaha keras, suatu saat Bana pasti akan melihat kesungguhannya dan menerima hatinya.

"Jadi minta anter ke sekolah nggak?" tanya Arjuna.

"Jadi, tapi yang nganterin harus Kak Bana," ucap Aruna sembari menunjuk Bana.

Bana menunjuk dirinnya dengan kaget.

"Gue?"

"Iya, kan calon pacar harus belajar nganterin pacarnya kemana-mana. Biar nggak gugup nanti kalau udah pacaran," ucap Aruna malu-malu.

Semuanya terdiam dan hanya bisa menghela napas kasar. Aruna mulai tambah gila!

"Run, mau Kakak seret dari kamar atau jalan sendiri ke mobil kakak?" tajam Arjuna.

Cica mengusap-usap lengannya, merinding hebat. "Benar-benar di dengkul otak nih bocah!"

"Runa maunya Kak Bana yang anterin!" kekuh Aruna.

"Bana sibuk, hari ini jadwal dia jaga cafe," jelas Arjuna.

"Sejak kapan pemilik café jaga cafenya sendiri!" protes Aruna.

"Itu namanya pemilik café yang totalitas!" jawab Arjuna.

"Yaudah, Kan café-nya dekat sama sekolah Runa. Searah lagi," sahut Aruna tak mau kalah dari sang kakak.

"Kalau gitu gue aja gimana yang nganterin Aruna sekolah?" tanya Cica menawarkan diri.

"Nggak sudi!" teriak Aruna

"Dia nggak sudi!" serempak Arjuna dan Bana.

Cica mendesis kesal, mengambil satu langkah mundur. Tidak akan mencapuri pertikaian rumah tangga tak direstui ini.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang