Part 11

976 59 6
                                    

Hari ini sepertinya tidak akan hujan. Sepertinya akan cerah. Begitu pikiran Dwight saat melihat keluar jendela.

"Mau jalan-jalan sebentar ?" Tanya Dwight sambil membuka jendela menunjukan kepada Seya bahwa cuaca sedang cerah hari ini.

Seya dengan cepat mengangguk dengan semangat. Dwight tersenyum hangat lalu memapah lengannya, membantunya lebih mudah untuk berjalan.

Dan tentu saja, udara sore diluar sangat cerah hari itu. Untuk pertama kalinya Dwight melihat senyum cerah Seya yang melelehkan hatinya.

Banyak sekali anak-anak berlarian disana.

BUK

Seorang anak nampak tak sengaja menabrak Dwight saat berlarian.

"Kau tidak apa-apa ?"

Anak itu mengangguk lalu kembali berlarian dengan teman-temannya.

"Hey.."

Dwight menoleh.

"Ngomong-ngomong, kau sepertinya tak pernah memanggil namaku. Selalu saja Hey, Kau, kau tak ingat namaku atau apa ?"

Seya tertawa.

"Namamu.. seperti nama seekor kelinci. L.." Jawab Seya membuat Dwight terdiam.

"Nama satu huruf saja kau tak bisa ingat." Ledeknya membuat Seya mengerutkan keningnya lalu berjalan duluan kedepan.

"Hati-hati infusnya, dasar ceroboh."

Mereka kembali berjalan dan tiba di taman belakang.

Seya tiba-tiba tertawa.

"Ada apa lagi ?" Dwight bertanya bingung.

"Aku hanya bingung kenapa kita sering sekali datang disebuah taman. Biasanya ditaman sekolah."

"Benar juga" Dwight memegang tangan Seya dan mengajaknya duduk ditaman rumah sakit.

"Seya.."

"Hm.?"

Dwight mengambil sesuatu di sakunya.

"Oh ? Itu kan gantungan kunci tasku. Itu pemberian ibuku." Ucap Seya sambil mengambil benda itu dari tangan Dwight.

Dwight membuka telapak tangan Seya dan menaruh gantungan boneka kayu itu ditangannya.

"Janji sama ibu kau akan menjadi gadis yang selalu tersenyum. Dan ibu harap, kau akan tumbuh menjadi gadis yang sehat dan bahagia." Ucap Dwight membuat Seya sontak membeku ketika perkataan yang familiar itu keluar dari mulut Dwight.

"L.. itu.."

"Akhirnya kau ingat namaku."

"Bagaimana kau tahu--

"Seya!" Teriakan Keirin membuat perhatian mereka teralih. Seya dengan terpaksa menyimpan kembali pertanyaannya itu.

Seya membalas teriakan Keirin dengan lambaian. Tak jauh dibelakangnya nampak Mark yang juga turut datang kearah mereka.

"Semuanya jadi berkumpul disini." Lirih Seya sambil tersenyum.

"Kami mencarimu kemana-mana." Ucap Keirin dengan sebal.

"Kami ?" Seya mengerutkan keningnya.

Ah.. Keirin bodoh.

"Maksudku a-aku. Aku mencarimu kemana-mana" Jelas Keirin dan Seya hanya menganggukan kepalanya.

Mark juga mulai mendekat kearah mereka.

"Mark, ini temanku Keirin." Ucap Seya pada Mark ketika ia sudah berada dekat dengan mereka. Namun,

BUAGH

Entah apa lagi yang terjadi pada dua orang bodoh ini hingga Mark dengan tiba-tiba datang memukul wajah Dwight.

Kedua gadis itu sontak berteriak.

"Mark apa yang kau lakukan ?!" Seru Seya.

"Oh, hi Seya kau sudah baikkan ?" Apa apaan si bodoh ini? Bertanya dengan wajah tersenyum manis setelah baru saja memukul wajah seseorang dengan keras.

"Hei pukul lagi." Mark menatap sepupu didepannya sambil terkekeh.

"Dasar gila.." ia kembali mengangkat tangannya bersiap memukulnya lagi.

SRET

"Hentikan!" Seya menahan lengannya.

"Jika kalian berkelahi, aku tak akan menemui kalian lagi."

Perkataan Seya itu sontak membuat kedua pria itu terkejut dan mengubah ekspresi mereka seolah tak ada apa-apa.

"Astaga Mark, aku rindu sekali padamu. Muaah" Dwight tiba-tiba berdiri dan memeluk Mark dengan erat membuat Mark juga turut memasang senyum paksanya.

"Sialan." Bisiknya sambil tertawa.

Sedangkan Keirin ? Menatap mereka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kau harus istirahat." Ucap Keirin lalu menarik Seya untuk masuk kedalam.

Setelah memastikan kedua gadis itu tak ada lagi disana, Mark melepaskan pelukannya sambil menatap Dwight dengan pandangan dingin.

"Apa?" Dwight memandangnya sinis.

"Sekali saja."

BUAGH

.

.

Seya berbaring ditempat tidurnya sambil mengingat kejadian dimana Dwight memberitahu perkataan ibunya yang sudah ia lupakan. Bagaimana ia bisa tahu ? Seya hanya mengenal dirinya dengan nama samarannya, White L. Tentu saja ia sama sekali tak mengerti bagaimana bisa temannya itu tahu perkataan ibunya.

"Apa dia ke dukun ?" Lirihnya.

"Siapa?" Keirin bertanya bingung ketika Seya tiba-tiba bicara sendiri.

"Ah tidak mungkin."

"Apanya yang tidak mungkin ?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Keirin memutar bola matanya dengan malas.

"Aku mau ke toilet dulu." Ucap Keirin sambil membuka jaketnya dan menaruhnya di sandaran kursi.

Sebuah lembaran foto terjatuh dari saku jaket itu. Seya berniat memungut foto itu.

Ia mengambil dan melihat foto itu.

DEG..

"Ini..."

DWIGHT (Completed - Revised)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant