Part 10

1.3K 71 7
                                    

"Bagaimana caramu memberikan obatnya ?" Tanya Dokter yang menangani Seya yang juga adalah senior Dwight.

"obatnya ku taruh kedalam larutan air putih."

"Kau juga harus mengatur yang apa yang dikonsumsinya." Ucapnya sambil membaca majalah kesehatan yang ada dimeja ruangannya.

"Aku tahu."

"Kau melakukannya ?"

Dwight mengangguk. Seketika wajah dokter itu berubah terkejut.

"Siapa sebenarnya gadis itu ? kenapa tidak suruh secara langsung saja, malah diam-diam seperti ini aneh rasanya."

Dwight hanya diam lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

"Tak usah khawatir, dia hanya kelelahan." Teriak Dokter itu sebelum Dwight keluar dari ruangan.

"Aku Tahu."

.

.

Aku memang sering mengikuti Seya. Kadang terkesan seperti penguntit yang memakai topi hitam dan jaket tertutup.

Begitulah hari-hariku belakangan ini.

Rasanya tiada hari tanpa berada dibelakangnya. Seperti orang yang tidak ada kerjaan, aku selalu di belakangnya.

Gadis itu bodoh atau apa ? aku selalu berada beberapa langkah dibelakangnya namun dia tak pernah mengetahuinya. Seharusnya dia lebih peka, bagaimana jika ada penjahat dibelakangnya namun dia tak menyadarinya?

Kenapa juga ia harus bekerja diluar jam sekolah dengan kondisi seperti itu?

Sepertinya dia memang bodoh.

Aku menatapnya yang entah sedang melamunkan apa.

"Cowok itu sudah pergi ?"

Ia menatapku.

"Siapa ? .. Ah Garry ? dia barusan pergi."

Aku duduk disampingnya.

"Maaf ya."

"Maaf untuk apa ?" Seya menatapku bingung.

"Maaf untuk semuanya."

Seya tersenyum kecil.

"Aku tahu kau orang baik." Ucap Seya sambil tersenyum.

"tidak. Aku jahat, sebenarnya aku orang yang sangat jahat." Ucapku sambil tertawa.

"Kalau kau orang jahat, kau tidak akan ada disini tersenyum seperti itu." Ucapnya sambil menepuk nepuk kepalaku.

Tak lama kemudian atmosfer pandangan kaku nan kikuk terjadi lagi. Ia dengan gugup menarik tangannya dari kepalaku.

"Ma-maaf." Ucapnya sambil tersenyum kaku.

"jangan mudah percaya pada orang lain."

"Hm?"

Pandangan mataku tertuju kepada gantungan boneka kayu yang tergantung ditasnya yang berada diatas meja.

"boneka itu pemberian ibuku. Ibu memberikannya sambil mengatakan sesuatu yang tak lagi ku ingat." Ucap Seya sambil menatapku. Entah kenapa pandangan matanya membuat hatiku seolah tertusuk.

"Kau harus mengingatnya Seya. Perkataan ibumu."

Seya menatap boneka itu cukup lama.

"Aku akan mencobanya."

.

.

Dwight melangkahkan kakinya kedepan pintu kelas.

Srett

Gadis-gadis yang entah darimana datang dan menyodorkan cokelat serta bunga padanya.

"Untuk mu."

"Ambil ini."

"Terimakasih."

Sejak kapan dia menjadi populer disekolah ?

Akhirnya Dwight duduk dikursinya dengan tenang. Dari sekumpulan cokelat dan bunga yang mereka berikan, ada sebuah surat yang menarik perhatiannya. Ia membuka dan membacanya.

Tak lama kemudian ekspresinya berubah menjadi senyuman sinis. Ia meremas kertas itu.

"Sialan." Umpat Dwight nyaris berbisik.

Tak lama kemudian, Garry masuk kedalam kelasnya ketika suasana hatinya sedang geram. Sepertinya ada urusan dengan ketua kelasnya.

"Aku butuh bicara denganmu." Ucap Dwight.

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berbicara di taman sekolah.

"Ada apa ?" Garry bertanya mendahului percakapan.

"Pelaku yang mengambil gambarmu dan Seya serta menyebarkannya dan akhirnya membuat semua kekacauan ini adalah orang yang mengagumiku."

"Apa ?"

"Aku hanya ingin kau jangan terlalu merasa bersalah. " Ucapnya singkat lalu pergi meninggalkan Garry yang terdiam ditaman itu.

.

To : Dwight

Aku mengambil gambar Garry dan Seya untuk menunjukkan padamu kalau Seya bukan gadis yang baik untukmu. Dia suka mempermainkan hati pria, jadi dia pantas mendapatkannya.

.

Dwight memasuki ruangan tempat Seya berada. Ia tertidur. Dengan langkah pelan ia mendekat berusaha tak membuat Seya terganggu.

Ia memandang wajah tertidur gadis itu yang terlihat damai.

Ia berusaha menggapai rambut gadis itu dan mengelusnya dengan lembut.

"Maaf." Ucapnya Pelan.

Wajah tidurnya yang damai itu mengingatkan Dwight akan masa kecil mereka.

.

'Aku ingin kasih ini pada Seya.' Ucap Dwight kecil sambil memberikan sebuah boneka kecil yang terbuat dari kayu yang dipahat. Boneka itu mempunyai senyum yang lebar.

'Dwight baik sekali.' Ibu Seya mengelus kepala Dwight.

'Jangan bilang itu dariku ya, cukup bilang padanya 'jadilah gadis yang selalu tersenyum'. soalnya kalau aku yang bilang, dia tak mau menuruti kata-kataku' Ucap Dwight membuat ibu Seya tertawa.

'Baiklah. Tapi boleh bibi titip pesan sekalian kan ?'

Dwight mengangguk.

'Seya kemari! Lihat ini.' Ibunya memanggil Seya. Tak lama kemudian anak kecil itu datang.

'Wuaaah! Ini untukku ?'

'Seya..'

'Hm ?'

'Janji sama ibu kau akan menjadi gadis yang selalu tersenyum. Dan ibu harap, kau akan tumbuh menjadi gadis yang sehat dan bahagia.'

'Oke, Janji! Berikan bonekanya.'

Dwight tertawa melihat kejadian itu. Dia hanya benar-benar mau bonekanya.

.

.

Mark berniat melangkah masuk kedalam sebelum sebuah teriakkan menghentikkannya.

"Hei Tuan Mark. Tunggu aku."

Mark menatap seseorang yang dengan cerobohnya berlari menghampirinya.

'Syukurlah.Dia kembali seperti semula.' Setidaknya itu kata hati Mark.

"Ayo." Ajak Keirin.

Dengan santai ia mengajak Mark masuk kedalam Rumah sakit itu bersama.

"Hari ini ceria sekali." Ucap Mark.

"Haha. Aku memang biasa begini."

"Jangan masuk kedalam ruangan secara bersamaan. Ingat, dia tak boleh tahu kita saling kenal." Ucap Mark yang dibalas dengan anggukkan oleh Keirin.

'Haaah.. padahal kau juga tidak tahu yang sebenarnya.' Ucap Keirin dalam hati.

DWIGHT (Completed - Revised)On viuen les histories. Descobreix ara