26. Percakapan mereka

97 43 1
                                    

Suasana hangat tadi telah menemani mereka hingga tujuan utama, di lapangan tandus dengan hamparan pasir bak gurun. Mobil merapat menuju sebuah perkempingan. Tampak dari dalam mobil beberapa orang beramai-ramai mengerjakan sesuatu diluar tenda sana, tak hanya api unggun, beberapa pencahayaan dan properti yang tak asing dimata--terpajang di lapangan tandus itu.

Hanin turun setelah memasang sepatu bot nya. Tangan Reyhan menyambut hangat lengan nya.

"Nanti jatuh, banyak pasir." Jelas Reyhan seperti mengerti dari tatapan gadis itu. Hanin pun manut karena selain dia suka setiap perlakuan kecil Rey. Hanin juga takut jatuh karena bot yang dikenakan mempunyai hak setinggi 3 cm ini juga milik Talia.

Sesampainya didepan tenda Hanin terkejut, begitu banyak teman-teman Nakama project disana. Nakama adalah nama organisasi seni sastra yang Rey geluti saat ini. Melihat itu Hanin menahan langkahnya membuat Reyhan buru-buru mencoba menjelaskan.

"Han Sebelumnya aku minta maaf kalo bikin kamu kaget bahkan gak romantis sama sekali. kita memang gak berempat aja datang kesini selain ada pak supir, ada bang Sufban juga yang baru nyusul dari Yogya," Tunjuk Reyhan pada salah satu penumpang jeep yang tak bersuara dan selalu tidur selama di jeep tadi dikarenakan mabuk perjalanan.

"Ada juga Nakama team. Kebetulan kita ada scene yang take di sini, maaf banget kalau ini diluar ekspetasi kamu yang jelas tujuan aku ngajak kamu kesini mau buat kamu senang sebelum aku pulang ke yogya untuk ngurusi cuti dan ambil scene disana." Hanin terkejut mendengarnya. Namun buru-buru dia alihkan dengan tawa kecil yang dia buat serenyah mungkin.

"Kamu lucu tau, kamu pikir aku bakal marah? Iya gak dong malah aku senang bisa nge-camp disini ramai-ramai, bisa liat kalian syuting, bisa main bareng sahabat aku sebelum dia pulang, kamu bantu aku nyelesain satu demi satu mimpi aku. Itu udah lebih dari apa pun kok Rey. Aku suka, ini kejutan bagi aku. Makasih ya." Hanin berbicara jujur, rambutnya yang diterpa angin beberapa kali menutupi wajah yang dihiasi senyum manis itu dari pandangan Reyhan. Membuat Hanin beberapa kali menyisikan rambutnya kebelakang.

"Makasih ya Han, kamu istirahat dulu sama Devi nanti ada yang mau aku omongi sama kamu."

"Iya sudah urus sana team nya pak sutradara," Reyhan tersenyum, setelah mengantar Hanin dan Devi, juga Rio ke tenda masing-masing Reyhan kembali ke lapangan. Mulai sibuk dengan aktifitasnya, memeriksa beberapa teks juga scene yang sudah di ambil dua jam yang lalu tanpa dirinya. Hasilnya sesuai kali ini dia memuji keseriusan Mamta dan kecantikan gadis itu. Terakhir dia lihat rambut gadis itu berwarna ungu dan bergelombang, tapi hari ini sudah lurus dan hitam pekat. Suasana dingin yang menyerang membuat Mamta tampak lebih lembut dan elegan malam ini. Dia tak banyak bicara seperti biasa, terlihat lebih santai tetapi tetap pokus.

"Mam, makasih ya lo udah keren banget kali ini."

"Makasih juga traktiran salon gratis, uang lu habis buat gua pedicure-an."

Rey terdiam, tak lama kemudian menarik napas dengan dalam lalu menghembuskan nya lamat-lamat.

"Pertama dan terakhir nya gua ambil lo jadi talent! Besok-besok mau bapak lu yang sarani, mau paman lu yang rekomendasiin terserah Mam gue nyerah." Yang Reyhan maksud bapaknya Mamta adalah Dosen fakultas nya, sedangkan pamannya adalah wakil Rektor di kampus Reyhan sendiri.

"Tapi kalo misal paman gue yang kasih sponsor pribadi puluhan juta? Nah lho yakin gak mau?"

Reyhan berpikir sejenak, "hem boleh deh lho jadi figuran."

"Gak tau diri emang lu ya!"

Reyhan tertawa mendengar itu, tawanya sangat renyah sampai mendarat di telinga Hanin yang tengah berbincang dengan Devi didalam tenda. Gadis itu jadi teringat percakapan dirinya dan Reyhan diluar tenda, Rey akan pulang ke Yogya dalam waktu dekat. Ini bukan kabar yang baik buat Hanin, belum lagi Hanin harus mencari sisa uang 50% diluar beasiswa nya itu. Mana orang tuanya sedang sedikit sulit ekonomi dikampung, membuat mood gadis itu jadi menurun drastis.

"Dev aku tidur duluan boleh? Capek banget soalnya."

"Eh jangan entar Reyhan mau ada yang diomongin tau."

"Kata siapa? Dia aja masih ketawa-tawa gitu diluar, gak syuting-syuting kalo dia ngomong terus sama aku." Devi menyerah, benar juga yang dikatakan Hanin bahkan badannya terasa begitu lelah untuk menunggu hingga syuting kelar. Pikirnya nanti jika Reyhan jadi meneruskan rencananya pasti yang Rey bangunkan adalah Devi terlebih dahulu barulah Hanin.

***

Pare JahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang