12. On the way Kelud

201 89 18
                                    

  Dan kini tibalah hari Sabtu, waktunya pelajar menikmati hari libur.

"READY guys!!"

Tanya Reyhan pada Hanin, Elsa, Talia, Dania, faisal, Dani dan juga Elang kekasih Dania.

"Ready!" balas mereka bersamaan, empat kendaraan beroda dua pun meluncur meninggalkan halaman kos yang dipadati beberapa sepeda

Sesuai perjanjian kemarin, dengan berat hati Hanin pun harus mengorbankan jadwal tidur panjangnya demi kebahagian Reyhan, teman-temannya, dan dirinya sendiri.

"Han selain nilai Toefl apasih mimpi yang pengen kamu kejar dalam waktu dekat." Tanya Reyhan.

"Traveling sih, mumpung dijawa. Di kota aku gak ada pantai, mau daki gunung juga gak dibolehin sama ibu." Memang sih Rencananya Hanin ingin menabung dulu, seusai mendapatkan nilai Toefl barulah ia mewujudkan satu demi satu mimpinya--ber-traveling. Tapi karena Reyhan lebih dulu mengajak ya sudahlah tak apa, karena kata pepatah lebih cepat lebih baik, bukan?

"Ibu kamu sayang makanya ngelarang, kalau kamu mau biar aku yang izin sama ibu buat bawa kamu travelling. Mau?"

"Gak usah Rey, toh besok kamu pulang kan." Mendapat jawaban itu Reyhan terdiam seketika.

"Yaudah kapan-kapan aja."

Perjalanan menuju gunung Kelud menghabiskan waktu nyaris dua jam, setelah berhenti di gapura dan membayar tiket seharga lima belas ribu per kepala kendaraan pun melaju. Dengan melewati jalan berliku dan naik turun, sisi kanan sebagai tebing dan sisi kiri sebagai jurang.

Dalam perjalanan menuju parkiran terakhir--kendaraan beroda dua--pengunjung juga dapat menikmati zona Agrowisata yang berbentuk taman juga pasar Wates yang menjual berbagai macam makanan ringan, buah nanas, beberapa sayuran, juga kedai-kedai yang menyediakan berbagai masakan maupun makanan praktis lainnya.

"Parkir di sini mas." Ujae salah satu penjaga parkir dengan sopan, menunjuk beberapa ruang kosong diantara kendaraan beroda dua lainnya.

"Makasih mas."

Ya hari ini ada delapan personil pelajar kursus Pare yang ngebolang dan diam-diam tercatat dalam cerita sederhana. 

Mereka pun melangkah. Menanjaki jalanan beton yang membuat tubuh pengunjung tak mampu berdiri dengan lurus.

Awan-awan tipis tampak mengambang di bawah sana, pohon-pohon tampak seperti ilalang bergoyang, rumah dan gedung-gedung raksasa terlihat rata seperti tumpukan puzzle yang tertata.

Hanin menyeka peluh di dahinya, napasnya terasa panas dingin dengan tenggorakan yang terasa kering. Saraf kakinya terasa kencang, tubuhnya butuh istirahat sejenak.

"Gue lelah! Arghh!!" jerit Elsa yang terduduk tak berdaya pada pinggir jalan nan berkerikil.

"Ayolah sebentar lagi sampai, El." Reyhan berjongkok di hadapan Elsa yang tampak begitu kelelahan.

"Rehat sepuluh menit, please! Nanti kita lanjut lagi, gue janji sampai puncak gak pakai berhenti."

Mendengarnya Reyhan menghela napas, begitu pula dengan Hanin, Talia, Dania, dan juga Faisal. Keempat remaja itu ikut duduk di pinggir jalan, sedangkan Dani dan Elang terus melanjutkan langkahnya. sembari meneguk air mineral mereka memandangi jalanan yang kian jauh kian berkerikil, lalu lalang ojek motor, sekelompok bunga Edelwiss di tebing sana yang tampak berdebu, juga tebing sumbing yang puncaknya mulai terlihat.

"Emang masih jauh apa Rey?" tanya Hanin sembari memainkan kerikil-kerikil didepannya.

"Gak kok, kita tinggal turun sedikit lagi ketemu terowongan terus masuk. Sampai deh."

"Seriously?" Talia histeris lalu berdiri, wajahnya tampak lebih ceria dari pada sebelumnya.

"Iya!!"

"Yee, bilang kek dari tadi." protes Dania lalu menyusul Talia, Elsa, juga Hanin yang sudah turun lebih dulu.

"Teman lo unik-unik, cantik-cantik lagi." gumam Faisal yang melangkah beriringan bersama Rey, Reyhan hanya tersenyum simpul sebelum akhirnya memasuki terowongan Ampera yang berdiameter kurang lebih 3 meter dan panjang 110 meter dengan cahaya lampu seadanya.

Pare JahatDonde viven las historias. Descúbrelo ahora