2. Pelukis jalanan

626 162 74
                                    

Tahu bulat, tahu bulat!
Suara serak, kurang bersemangat, namun mampu menyita pendengaran banyak umat, terdengar dari bawah sana. Hanin yang tengah menjemur pakaian di loteng mendongak ke bawah, untuk kali keempaatnya dia mendengar seruan itu.

Sebuah kendaraan roda empat berwarna hitam dengan pengeras suara diatasnya, melintas pelan di bawah sana. Gadis itu tersenyum.

Kampung Inggris Pare, Daerah induk kursus bahasa inggris terbesar di nusantara. Yang mana setiap jalannya menyimpan rahasia dan kenangan.

"Han," suara melengking dari sahabat Hanin bernama Talia.

"Iya."

"Ikut aku sama Elsa ke Tansu yuk?"

"Apa Tansu?"

"Itu lho kedai penjual Ketan susu yang selalu ramai dikunjungi"

"Gak srek ah, masa iya ketan di campur susu," protes Hanin sembari menuruni anak tangga menuju kamar mereka di lantai dua, yang diikuti Talia dibelakangnya.

"Itu makanan terkenal disini lho, gak cuma ketan susu kok ada nasi goreng sama mie rebus dan lain-lainnya!"

Hanin berbalik badan menatap Talia, gadis mungil itu menghentikan langkahnya.

"Berapa harga tansunya?"

"Shhh, tiga ribu rupiah ke atas"

"Oke aku mau."

***

Hanin tak hanya bersama Talia, juga ada Elsa si cantik berhijab panjang.
Ketiga gadis itu emang sudah bersahabat sejak sekolah menengah pertama, hanya saja tak lagi bersama ketika melanjutkan sekolah di menengah atas.

Alasannya karena Talia memilih melanjutkan sekolah di SMK dan Elsa menjabat banyak ketua organisasi waktu itu, membuat dia dan Hanin yang berbeda ekstrakurikuler jadi jarang sekali bersama.

Keadaan kedai yang terkenal dengan makanannya ketan susu itu sangat ramai dikunjungi para pelajar kursus bahasa Inggris tersebut, ketiga sahabat itu sudah memesan dan duduk dalam keheningan, Talia si mungil cantik berwajah glowing itu sibuk membalas pesan WhatsApp dari pacarnya. Elsa si cantik beralis tebal sibuk menulis--menyelesaikan tugasnya yang harus dikumpulkan esok pagi, melihat itu Hanin berdehem membuat Kedua temannya melirik.

"Mau sampai basi tu ketan dibiari?" sindirnya sembari memainkan sendok di atas piring berisi ketan susu.

"Hei, Hanin Nadhira." baru saja hendak menyantap tansu seorang laki-laki menghampirinya. Talia dan Elsa saling berpadangan, matanya mengerling pada laki-laki dihadapannya yang begitu maskulin dan tampan.

Hanin menghela napas "kalau gak ada kepentingan mending sana deh!" ujar Hanin terang-terangan, wajahnya langsung tak bersahabat setiap bertemu Reyhan.

"Idih percaya diri amat lu, siapa juga yang mau nyampirin lo huhh!" Reyhan pun melipir menuju meja lainnya dengan membawa kanvas dan kotak berisi kuas.

"Ganteng Han," satu kalimat Talia yang berhasil membuat Hanin memasang wajah heran.

"Itu kok dia bawa kanvas, pelukis jalanan ya?" tanya Elsa serius namun mampu membuat Hanin tertawa lepas.

"Ya kali ganteng gitu dibilang pelukis jalanan," sanggah Talia tak terima.

"Emang kamu pikir berkarya itu mandang rupa? gini ni pemikiran kaum netflix, yang ganteng cocoknya jadi artis yang jelek cocoknya jadi pekerja jalanan."

"Mulai! Baru juga ketemu dia satu kali, udah ribut kalian. Apa lagi aku yang harus ketemu sampai sembilan pertemuan mendatang."

"Oh sekelas? Hati-hati cinlok kamu Han." timpal Elsa.

"Apaan ih cinlok, cinde kali. Cinta periode," ralat Talia dengan aksen britishnya di kalimat 'periode'.

Hanin hanya menggeleng lalu melemparkan tatapan sinis pada Reyhan di ujung ruangan yang sibuk memainkan kuas dengan pandangan yang sesekali tertuju padanya.

***

Pare JahatWhere stories live. Discover now