5. Temanan?

332 131 30
                                    

Tubuh semampai Hanin menumbur tubuh tegap seseorang.

"Aww," ringis Hanin "sorry sorry gak sengaja,"

"Gak sopan banget, salah bukannya minta maaf!" Hanin yang hendak melangkah pun mengurungkan niat. Dan betapa terkejutnya dia ternyata laki-laki itu adalah Reyhan.

"Ih kamu lagi!"

"Bosan gue," sambung Reyhan.

"Sama." balas Hanin lalu kembali ke mejanya.

"Eh Han, gue ikut gabung boleh gak?"

"Gak!"

"Yee pelit."

"Biarin," balas Hanin, Reyhan hanya berdecak lalu segera masuk meninggalkan teras.

"Kenapa sih berantem mulu?" tanya Elsa yang dibalas Hanin dengan kedikan bahu.

***

Suasana Pare di pagi hari, adalah suasana baik sebaik-baiknya hari yang Hanin lalui selama satu minggu ini. Tak ada debu yang dibawa terbang angin, tak ada derap langkah pelajar Eagle yang berbondong bubar, tak ada ketukan es batu keliling, tak ada seruan tahu bulat dengan pengeras suara yang lantang, juga kecrek dan gendangan pengamen yang berlalu lalang.

Hanin memejamkan matanya saat baru keluar dari pintu besi berwarna hitam, pintu tempat lalu lalangnya para penghuni kos. Dihirupnya udara nan segar lagi terjaga, seketika bau basah embun menyusup indera penciumannya. Refleksi yang sederhana.

Gadis itu melangkah tak mengenakan sepeda, bermodal langkah cepat dalam menit ke lima Hanin pun sampai.

Gadis itu mengeluh ketika menemukan Rey sudah berada di tempat biasanya, entah mengapa setiap melihat Reyhan Hanin ingin marah dan enggan banyak bicara.

Padahal Reyhan tak pernah menyakiti fisiknya, tapi entah mengapa Hanin merasa risih setiap laki-laki itu mencoba akrab dengannya.
Iya risih saja, apa mungkin karena gaya bicara Rey yang menjengkelkan? namun berbanding terbalik dengan covernya yang macco dan tampan.

"Mau gak entar bantuin gue cari novel romance? soalnya gue udah bosan makan genre fantasi dan sejarah." tanya Rey ketika Hanin merapatkan diri disampingnya.

"Aku sibuk"

"Malam loh Han, masa lo gak ada waktu istirahatnya?!"

"Iya aku banyak homework, besok sudah harus dikumpul."

"Idih bopong, jelas-jelas besok sabtu, libur cuy" ujar Rey lalu tertawa.

Sial! Gerutu Hanin menyesal karena saat berbicara lupa menggunakan logikanya, jelas-jelas setiap hari sabtu dan minggu kursusan di Pare diliburkan.

"iya, dengan berat hati aku temani. Tapi di toko buku berkah aja, jangan maksa aku kemana-mana lagi."

"Iya tenang, gue ikuti semua pinta lo Hanin Nadhira. Asal mulai detik ini lo mau temanan sama gue, ya?" wajah Reyhan memelas, Hanin yang melihatnya hanya memutar bola mata dengan malas.

"Mau ya, Han? please!!" kini kedua telapak tangannya mengatup di depan Hanin. Hanin yang merasa menjadi sorotan beberapa temannya yang sadar pun langsung mengiyakan permintaan Reyhan, si pria banyak bicara itu.

"Dengan satu syarat kamu gak akan buat aku marah sampai periode kelas ini selesai, ngerti?"

"Oke deal ya, detik ini kita temanan."
Hari itu di bulan Juni 2018 Reyhan resmi menjadi teman Hanin. Teman yang nantinya rela sakit demi kebahagian Hanin Nadhira.

Tutor Sofi tiba sesaat kemudian, dan langsung memisahkan tempat duduk Hanin dan Reyhan dengan sudut satu ke sudut lainnya lagi.

Oke, itu lebih baik bagi Hanin.
Risih saja jika harus duduk berdempetan dengan pria yang bukan siapa-siapanya.

***

Pare JahatWhere stories live. Discover now