"26"

3.4K 302 47
                                    

Ketika tidak bisa bicara, mereka memintaku pergi. Kupikir karena kekuranganku itulah, lama-kelamaan mereka jengah.

Ketika aku menjadi manusia normal, mereka memintaku pergi. Karena perbuatanku yang tampak tidak berarti hingga mereka lelah.

Sekarang... ketika aku tahu akan pergi, apa aku masih harus mendengar pinta yang sama? Ketika aku putuskan pergi tanpa memberi tahu, apa aku harus mendengar mereka yang masih keras menyuruhku pergi?

Setidaknya dengan aku tidak memberitahu mereka tentang kapan kepergianku, aku tak akan mendengar kalimat bahagia yang nanti merayakannya.

Apa karena kekeras kepalaanku itu, untuk tak memberitahu mereka yang menginginkanku pergi, hingga Tuhan yang jadi memaksaku menurutinya lebih cepat?

Terlalu banyak percaya dan berharap, rasanya sakit sekali.

Apa aku... tidak boleh berharap lagi?

Apa aku... memang seharusnya pergi saja?

-o0o-

"Maaf... Hyung... karena mengganggumu. Kalau begitu aku...keluar saj—"

Grep.

Ucapannya terpotong oleh sebuah peluk.

Entah bagaimana kaki lemas Leeteuk melangkah turun dari ranjang. Dengan lengan terbentang yang kini merengkuh tubuh adiknya. Tubuh Kyuhyun terasa semakin habis. Memancing pelupuknya mengerjap hangat.

Leeteuk mengusak hidungnya di perpotongan leher sang adik. Mengeratkan pelukannya. Menghirup bau adiknya meski kini hanya bau-bauan obat yang tercium oleh hidung.

"—Hyung?"

Kyuhyun memanggil pelan. Pandangan kosong dan rasa kaget melingkupi. Desiran hangat yang meluap tiba-tiba. Meletupkan rasa yang sejak lama tak pernah terjawab.

Rindu.

"Teuk... Hyung..." ulang Kyuhyun kembali. Memastikan bahwa ini bukan mimpi. Terus terang kebingungannya mengalahkan rasa rindu di dalam hati.

Sebelah lengan yang menggenggam tiang infus mengerat sekejap pada besi penyangga tersebut.

Srak.

Sebelum akhirnya jatuh terkulai. Bocah pucat itu ingin membalas peluk. Namun kekagetan disertai rasa senangnya berkumpul jadi satu membuat Kyuhyun tak begitu siap. Tak sampai berani untuk membalas.

Pandangan kosong nan sendunya mendadak buram. Kyuhyun menarik-hembuskan napas pelan. Menyamai dentuman dadanya sendiri yang tidak karuan...bahagia.

Harapannya...terjadi?

Grep.

Di samping itu pelukan Leeteuk mengerat dan terus mengerat. Berjalan mengusap punggung dan surai lembut adiknya. Sudah berapa lama ia tak merengkuh tubuh tinggi ini?

"Kyuhyun-ah." Leeteuk memanggil lirih.

"Kyuhyun-ah... Kyuhyunnie..."

Bola mata Kyuhyun mengerjap. Dipanggil begitu pelupuknya mendadak penuh. Kedua telapak tangannya yang terkulai tak berani membalas pelukan sang kakak. Hanya mengepal lemah demi menetralkan debaran dada.

"Bukan aku, tetapi kau..." ucap pelan Leeteuk menggantung.

"...kaulah yang jangan sakit, eung? Jangan sakit, Kyuhyunnie."

Tes tes tes tes.

Luruh sudah.

"Jangan sakit, arra?"

AGONLESS • [CKH]✔️Where stories live. Discover now