"13"

2.5K 294 103
                                    

Beijing, satu kota di Negeri Tirai Bambu, yang menjadi tempat Cho Seungyeon menetap untuk pekerjaannya. Pria di usia pertengahan abad itu tengah berdiri memandang jendela besar kamar. Hari ini ia putuskan untuk beristirahat dari banyaknya rapat dan kertas saham. Sehingga berdiam diri di apartemen menjadi pilihan si pria tua untuk menyisir waktu.

Seungyeon memasukkan tangan ke dalam saku celana. Dari lantai tinggi kamar apartemennya, ia bisa melihat banyak hal. Seungyeon berkedip pelan. Menatap jalan raya Beijing yang ramai akan lalu-lalang transportasi.

"Apa kau berhasil membuka kuncinya, sayang?"

Bibir dengan gurat keriput di sekitarnya itu berucap lantas menghembuskan napas pelan.

Seungyeon melangkah lebih dekat pada kaca, lalu menyentuh permukaan bening tersebut dengan telapak tangan. Bola matanya bergulir ke atas. Melihat sekawanan burung di langit yang cukup cerah menembus awan. Tiap bertemu momen kebersamaan, yang ia ingat hanya anak-anaknya.

"Uri adeul (anak-anakku)... apa kalian semua makan dengan baik? Apa kalian semua tidur dengan nyenyak? Apa kalian semua hidup bersama dengan saling menyayangi?"

Pertanyaan-pertanyaan Seungyeon katakan entah untuk mendapat jawaban dari siapa.

"Appa merindukan kalian..."

Seungyeon menunduk. Mengubah telapak tangannya menjadi terkepal pada kaca. Di saat kelopaknya memejam, bayang-bayang itu muncul lagi.

'Jangan, Appa...'

Seungyeon menatap senyum layu di wajah pucat anaknya. Anak bungsunya tengah berbaring. Kyuhyun menunggu jadwal yang sudah ditentukan bersama Seungyeon. Gerak isyarat yang Kyuhyun berikan padanya berarti mencegah Seungyeon melakukannya.

"Tapi jika tidak Appa lakukan, Appa tidak tahu bagaimana Hyungdeul-mu nanti, Kyuhyun-ah."

'Jangan.'

Kyuhyun menggeleng pelan usai memberi gerak isyarat singkat. Lalu setelahnya ia mengangkat kedua tangan yang sebelumnya terkulai lemas untuk membentuk gerak isyarat penuh pada sang ayah. Cukup panjang dan pelan gerakan tangan yang kini ia bentuk untuk bicara pada Seungyeon.

Dari bahasa itu Seungyeon mampu menerjemahkannya dengan jelas.

'Biar aku yang melakukannya. Beri aku waktu untuk membuat Hyungdeul mengerti. Appa harus berjanji padaku dulu. Jika tidak, aku tidak mau menuruti Appa.'

Detik itu, yang Seungyeon lihat hanya sorot memohon si bungsu. Serta senyum manis yang meyakinkan dirinya untuk mengangguki keinginan Kyuhyun.

"Baiklah, Appa janji."

"Hah...." hembus napas pun keluar bersama memori yang terhenti.

Seungyeon berjalan ke samping. Mengambil figura foto berisi dirinya, seorang wanita cantik, dan 5 orang anak lelakinya. Satu orang anak lelakinya tak ikut dalam sesi pemotretan tersebut.

Ibu jari Seungyeon mengusap wajah wanita cantik di sana, "Bokyung-ah..." panggilnya lirih.

"Sudah 3 tahun semenjak kepergianmu... terima kasih karena telah mengizinkanku membawa mereka semua bersamaku, tapi ternyata aku masih tidak bisa menjadi ayah yang baik..."

Seungyeon menatap wajah putra-putranya bergantian, "Mereka sudah besar. Dan karena telah berjanji, aku belum bisa menemui mereka. Apa aku salah melakukan hal ini, Bokyung-ah?"

Bruk.

Pria 50 tahun itu meletakkan figura di tangannya. Jatuh berlutut dengan tangan memukul tepi meja putus asa.

AGONLESS • [CKH]✔️Where stories live. Discover now