"14"

2.3K 297 170
                                    

"Aku sering melihatmu berbelanja buku-buku di sini. Apa kau senang membaca, Nak?"

Seorang paman yang selalu menjaga toko sekaligus pemilik toko tersebut mengajak Kibum berbincang santai. Kibum tengah menyerahkan bukunya pada kasir. Dan kasir di hadapannya tidak terganggu seakan memang jadi rutinitas si paman jika mengajak bicara pembeli setianya.

Kibum tersenyum amat tipis, menunduk ke samping—pada si paman—seraya menyerahkan uang yang tertera di layar mesin kasir, "Iya, Ahjussi."

"Kau sepertinya bukan mahasiswa dilihat dari buku yang sering kau beli di sini, ya. Berapa umurmu?"

Kibum menjawab sopan, "17, Ahjussi."

"Tidak suka percintaan tapi suka buku-buku pelajaran dan novel tentang persaudaraan?"

Ditanya begitu Kibum mengangguk ragu. Mungkin karena yang dibelinya sekarang adalah kisah tentang Light and Dark Knights yang tidak mengandung unsur romansa sama sekali.

"Teruskan ya," tepuknya dua kali pada pundak Kibum.

Yang tentu saja membuat desir aneh membekukan tubuhnya.

Hangat.

Kibum suka ditepuk paman seperti itu. Ingin memintanya lagi kala si paman menurunkan telapak tangan. Akan tetapi ego Kibum terlalu tinggi. Tentu saja, malu.

"Membaca banyak bisa membuat pikiranmu terbuka untuk memikirkan hal yang harus atau pantang dilakukan."

Huh?

Sret.

Paman mengambil buku yang Kibum pegang—buku yang sama yang tadi dirinya bayar. Lalu pria tua dengan keriput sama seperti ayahnya tersebut menatap buku milik Kibum sambil tersenyum.

"Ada satu halaman yang aku suka dari buku ini," jelasnya penuh sorot hangat.

Kibum menaikkan alisnya. Jadi ia akan mendapat bocoran cerita?

"Setiap hari adalah hari yang baik. Mereka yang sedang marah, hentikanlah. Mereka yang sedang sedih, sudahilah. Mereka yang sedang kecewa, redakanlah."

Apa maksudnya?

"Setiap hari adalah hari yang baik, jika kau memandangnya dengan baik."

Pria tersebut tidak menunggu Kibum keluar dari raut terhenyaknya. Telapak Kibum pun diambil oleh paman pemilik toko. Kemudian buku yang sempat dipegangnya itu diserahkan kembali pada Kibum. Paman kembali menepuk pelan bahu Kibum dua kali. Dan kini ditambah dengan usapan halus di kepala yang membuat hangat itu kembali menjalar hingga ke dalam lubuk terdalamnya.

"Pada dasarnya tidak ada gelap atau terang. Semua orang adalah orang yang baik pula, jika kau memandangnya dengan baik."

Deg.

Paman tersenyum pada Kibum. Membukakan pintu toko kemudian.

"Semoga kau menyukai bukunya, Nak. Tumbuhlah menjadi anak baik, ya!"

Kibum menunduk sopan tanda terima kasih. Akan tetapi pandangannya kosong ke arah trotoar jalan. Tepukan itu seperti masih terasa membekas di pundaknya.

Dapat insting darimana seorang Kibum ingin berjalan kaki lagi pagi-pagi untuk ke toko buku. Ia bahkan bangun berbarengan dengan adiknya yang sudah berkutat lagi di dapur. Kibum disiapkan sarapan dengan cepat di atas meja makan. Berhubung dirinya lapar, jadilah ia memakannya.

AGONLESS • [CKH]✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя