#21 - Bunga Matahari

37 12 5
                                    

Beberapa hari setelah pertandingan basket itu, Josia semakin semangat mengejar prestasi di bidang basket. Namun, semenjak hari itu pula, perasaan Arthur sering menjadi janggal. Apalagi mengenai orang yang waktu itu hendak berapapasan dengan Josia sembari mengulurkan tangannya kedepan. Entah mengapa, Arthur menjadi agak cemas dengan adik-adiknya. Terlebih lagi, beberapa kali Arthur melihat orang yang berpakaian sama persis dengan orang yang waktu itu pula. Ia seperti sedang mengintai sesuatu. Ia merasa ganjil dengan orang itu. Namun Arthur tidak mau berburuk sangka dan memikirkan hal tersebut secara berlebihan.

Hari ini hari sabtu. Jam 6 pagi, ia sudah bangun dari tidurnya. Bukan tanpa alasan, Arthur bangun pagi untuk pergi berbelanja di tukang sayur. Membeli berbagai kebutuhan untuk memasak. Semenjak ibu dan ayahnya bekerja di luar negeri, ia yang harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, dibantu dengan kedua adiknya. Salah satunya ialah memasak. Tidak selalu Arthur yang memasak. 3 orang kakak adik ini saling bergantian untuk memasak. Namun untuk hal berbelanja, Arthur lah yang biasa melakukannya. Insting berbelanjanya pun sudah dapat disamakan seperti ibu-ibu.

Sesampainya di tempat tukang sayur mangkal di kompleknya, banyak ibu-ibu menyapa Arthur yang datang kesana.

"Eh, Arthur. Gimana kabar adek-adek kamu?" tanya salah seorang ibu-ibu disana.

"Sehat, bu." jawab Arthur sembari menampakkan senyuman khasnya.

"Rajin banget kamu ampe mau belanja buat masakin adek-adek kamu nak." puji salah seorang dari ibu-ibu disana.

"Hehe. Kan mama sama papa saya lagi kerja diluar negeri, bu. Jadi ya, saya yang paling tua kudu bisa dong tanggung jawab buat ngurusin adek-adek saya." ucap Arthur menimpali pernyataan ibu-ibu itu.

"Kamu kakak yang baik banget, nak. Udah ganteng, pinter, rajin ibadah, wah banget deh." ujar salah seorang ibu-ibu yang lain. Arthur hanya membalasnya dengan senyumannya.

Setelah selesai berbelanja, Arthur kembali ke rumah dan mulai menyiapkan makanan yang akan ia masak. Ia memang tidak terlalu mahir dalam memasak. Tapi setidaknya, ia dapat memasak masakan rumahan. Dengan beberapa bahan makanan, jadilah makanan rumahan yang terlihat lezat.

Setelah selesai memasak, Arthur naik ke lantai 2 dan pergi ke kamar Josia untuk membangunkannya. Begitupun dengan Elizabeth. Arthur masuk ke kamar Elizabeth dan membangunkannya. Ternyata, Josia sudah bangun dan sedang asyik bermain HP diatas kasurnya.

"Eh turun dulu. Makan."

Terlihat wajah Josia yang menampilkan ekspresi seperti masih agak mengantuk dan malas untuk beranjak dari kasurnya.

***

"Eh, btw. Nanti gue mau ke rumahnya papa dulu, mau bersih-bersih disono. Ada yang mau ikut ga?" tanya Arthur pad kedua adiknya itu.

"Ga ah, males. Pengen rebahan aja." jawab Josia cepat.

"Kapan-kapan aja dah kak. Lisa masih banyak PR. Nanti juga Lisa mau ke rumah temen Lisa buat kerja kelompok." ucap Lisa meresponi pertanyaan Arthur tadi.

"Ya udah."

***

Motor Arthur terparkir di halaman rumah ayahnya. Rumah yang sering ia kunjungi untuk sekedar dibersihkan dan ditinggali sesaat. Selama ayahnya pergi bekerja diluar negeri, ia diminta untuk sesekali mengunjungi rumah ini dan membersihkannya. Jika perlu, ayahnya meminta agar kedua adiknya diajak ke rumahnya itu.

Arthur mengambil kunci rumah dan membuka pintu depan rumah tersebut. Terlihat ruang tamu yang lumayan megah, tak kalah megah dengan rumah ibunya yang sekarang ia tinggali. Ia menyalakan satu-persatu lampu-lampu yang sempat dimatikan, dan mematikan beberapa lampu yang sudah menyala sebelumnya. Arthur mengambil sapu dan mulai menyapu ruangan tersebut. Sembari menyalakan TV agari suasana rumah terasa lebih hidup.

Spring Day [COMPLETED]Where stories live. Discover now