#4 - "Aku Mengagumimu"

100 38 7
                                    

Bunyi alarm menggema di dalam kamar. Agnes yang masih mengumpulkan kesadarannya diatas tempat tidur perlahan mengerjapkan mata untuk memfokuskan diri untuk mulai beraktivitas. Namun, seperti remaja zaman sekarang, hal pertama yang ia cari setelah bangun tidur ialah HP kesayangannya. Membuka HP dengan segudang notifikasi chat dan DM membuatnya sedikit penasaran, sebab belum pernah HP nya mendapat notifikasi sebanyak ini sebelumnya. Namun setelah dicek, isi dari notifikasi-notifikasi tersebut rata-rata hanyalah pesan-pesan yang sebenarnya tak begitu penting. Namun satu hal yang mulai menarik perhatiannya, ialah instastory milik Arthur yang berisi potongan video pendek berdurasi 15 detik yang menampilkan bagian dalam mobil yang sedang melaju. Tak berselang lama, sorotan kamera berubah menjadi menyorot seseorang yang ia kenal, Remi. Terdengar suara Arthur yang terekam di dalam video tersebut bahwa ia dan Remi sedang dalam perjalanan ke Bandung bersama.

"Wihh coba liat ini siapa yang ngikut gue pulkam ke Bandung? Bagusnya gue culik terus gue jual aja kali ya? Biar dapet duit banyak. Hahahaha."

Terdengar Remi hanya tertawa sedikit mendengar candaan Arthur itu. Lalu video singkat itu pun berakhir. Ia sempat mengulang-ulang beberapa kali rekaman video instastory tersebut. Tak lama setelah mengulang-ulang video tersebut, Agnes mulai berandai-andai dan berimajinasi berbagai hal. Dan sesekali terlihat Agnes mengembangkan senyuman penuh arti di wajahnya sembari membayangkan banyak hal.

"I'll get you soon."

***

Satu jam perjalanan berlalu, mobil berisi 3 orang itu sedang melaju menuju Bandung. Dua anak cowok SMA kelas 10 dan seorang bapak-bapak yang menjadi supir mereka. Arthur dan Remi sibuk dengan ponselnya masing-masing. Membuat postingan story di berbagai akun sosial media mereka dan juga sesekali berselancar ria di internet. Suasana mobil tidak terlalu ramai sebab musik yang diputarkan di music player mobil tersebut rata-rata adalah musik-musik melankolis dan bernada lembut. Tiba-tiba, ponsel Arthur berdering. Josia meneleponnya.

"Halo? Kak Arthur?"

"Iya Jo, kenapa?"

"Kakak udah dimana?"

"Udah deket kok, dikit lagi sampe."

"Kuenya udah dibeli?"

"Udah gue duga lu pasti nanyain kue. Iye udah gue beli ini."

"AZEK. OKE KAK GUE TUNGGU DIRUMAH. HEHE."

"Hmmm."

Arthur mematikan sambungan telepon. Seharusnya ia sudah menyadari kalau Josia meneleponnya hanya sekedar menanyakan pesanan kuenya saja. Namun dari itu semua, Josia tetaplah adiknya. Se menyebalkan apapun, Josia tetaplah adiknya. Adik laki-laki pemberaninya. Serta Elizabeth adik tercantiknya. Ia sangat menyayangi kedua adik-adiknya itu, sama seperti Arthur menyayangi dirinya sendiri. Ia takkan pernah membiarkan adik-adiknya mengalami hal-hal buruk sendirian. Ketika salah satu dari mereka mengalmi suatu hal, pasti masing-masing dari mereka akan membantu sebisa mereka, apalagi Arthur yang merupakan kakak tertua diantara kedua adiknya, maka ia merasa sangat berperan pula dalam membantu adik-adiknya. Sama seperti Arthur, kedua adiknya pun akan selalu siap membantu kakak mereka ketika kakak mereka mulai kesusahan dengan suatu hal atau permasalahan. Misalnya saja ketika Arthur harus mengerjakan banyak sekali hal sampai-sampai Arthur kewalahan dengan segala tugas-tugasnya, Josia dan Elizabeth siap membantu sebisa mereka untuk membantu kakak mereka. Walaupun yang dapat mereka lakukan hanyalah menghibur dan menyemangati kakaknya, namun mereka tetap berusaha sebisa mungkin untuk meringkankan beban di pundak kakaknya. Bagi mereka, ketika kakaknya dapat tersenyum lega dan sungguh-sungguh tertawa, sudah membuat mereka merasa senang pula.

Setelah sekitar satu setengah jam, Arthur membuka pembicaraan

"Cuy, entar ampe sono enaknya ngapain nih?"

"Yaa terserah lu."

"Et, gue juga pengen tau pendapat lu."

"Hmm. Gimana jalan-jalan aja? Sekalian tuh ajak adek-adek lu sama mama lu."

"Tapi jalan-jalan kemana?"

"Kemana kek gitu. Mal, waterpark, atau apa kek gitu."

"Hmm yaudah entar aja diomongin lagi pas udah nyampe disana."

Segera setelah menyelesaikan kalimatnya, Arthur langsung membuka bukunya yang selalu ia bawa kemana-mana. Ia mulai menulis-nulis sesuatu. Remi tidak terlalu peduli pada saat itu sebab ia mulai mengantuk.

Arthur kemudian membuka instagram nya. Sekedar iseng untuk mengisi kebosanannya itu.

***

Di ruang makan, Josia dan Elizabeth membantu ibunya untuk mempersiapkan kedatangan Arthur. Josia yang membantu ibunya memasak makanan, dan Elizabeth membantu menyiapkan alat-alat makan seperti piring, sendok, garpu, dan gelas. Bisa dibilang, Josia lumayan pandai dalam memasak. Ia belajar secara otodidak hanya dengan memperhatikan ibunya memasak dirumah serta sesekali menonton program demo memasak dan lomba memasak di salah satu stasiun televisi yang sangat terkenal itu. Baginya, memasak merupakan sebuah hobi. Walaupun ia tidak berencana untuk menjadi koki di masa depan, ia tetap menyukai kegiatan masak-memasak di dapur. Setelah semua persiapan selesai, Josia ke teras untuk sekedar duduk-duduk mendengarkan lagu-lagu dari playlist nya di HP sembari menunggu kakaknya datang. Tak lama, Elizabeth juga ikut duduk-duduk santai di teras rumah. Elizabeth mulai membuka percakapan dengan Josia mengenai beberapa hal.

"Kak, nanti Kak Arthur dateng bawa apa ya?"

"Bawa baju, celana, HP, chargeran, terus..." belum sempat Josia menyelesaikan kalimatmya, Elizabeth langsung memotongnya.

"Ih apaan sih kak? Bukan itu maksudnya. Maksud Lisa tuh kayak bawa kue atau apa gitu." potong Elizabeth dengan raut wajah sedikit bete.

"Hahaha. Iyaa, dia bawa kue. Gue yang minta bawain." balas Josia ringan.

"Ohh."

"Oh iya, ada orang lain juga yang ikut sama kak Arthur juga lho."

"Siapa kak?"

"Kak Remi. Tau kan?"

"Ohh. Wah Kak Remi juga ikut sama Kak Arthur kesini?"

"Iya."

"Yey, bakal seru nih kayaknya." balas Elizabeth bersemangat.

"Yaudah tungguin aja."

10 menit kemudian, sebuah mobil putih datang dan berhenti di depan rumah mereka. Mereka sudah tahu bahwa itu adalah mobil yang membawa Arthur dan Remi. Segera setelah Arthur dan Remi keluar dari mobil dan mengambil barang-barangnya di bagasi mobil, mobil tersebut pergi meninggalkan mereka. Josia dan Elizabeth yang sudah sangat antusias akan kedatangan mereka berdua langaung cepat-cepat menghampiri mereka berdua. Josia dan Elizabeth membantu Arthur dan Remi membawakan barang-barang mereka masuk ke dalam rumah. Setelah Arthur memasuki ruang tamu, Mama Tasia langsung berlari menghampirinya dan memeluknya erat. Setelah seselai melepas rindu berdua, Mama Tasia membantu membereskan barang-barang Arthur dan Remi untuk dimasukkan ke dalam kamar yang akan mereka berdua tempati selama berada di Bandung. Kamar dengan dua bed dengan ruangan yang luas dan bersih terasa sangat nyaman. Merekapun mulai mengeluarkam dan menata barang-barang mereka di dalam kamar itu satu persatu.

Spring Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang