16. Tersayang

850 107 0
                                    


Langit malam terasa sepi tanpa hiasan bintang-bintang dan rembulan di wajahnya. Lampu kamar berwarna kuning menyala memberikan penerangan seadanya. Ini lebih terang dari hati Bella. Sejak kejadian siang tadi, hati Bella terusik. Tubuhnya lelah, namun tidak ada niatannya untuk memejamkan mata.

Pintu kamar terbuka.

"Permisi, ada surat buat Non Bella." Suara Bibi membuyarkan kerisauannya.

"Dari siapa, Bi?"

"Tidak tahu Non, ini suratnya."

Terang saja Bibi tidak dapat memberitahukan surat itu dari siapa, beliau buta aksara.

"Tadi siapa yang mengantarnya?"

"Tukang pos, Non."

"Ya, sudah, terima kasih, ya, Bi."

"Iya, permisi, Non."

Surat itu bersampul putih. Tertera nama instansi di sampul itu. SMA Nusantara Pelita. Berarti surat itu berasal dari sekolahnya. Dalam hati Bella mencoba memprediksi, pasti isi surat itu tentang kenakalannya selama ini.

Tanpa rasa bersalah Bella melempar surat tidak berdosa itu hingga membentur lantai. Dirasanya surat itu tidak penting untuknya. Hal terpenting saat ini adalah yang ada di dalam otaknya, Angelo, Angelo, dan Angelo.

Syalala ... la ... la ....

Ponsel Bella berdering. Tangan kanannya mencoba meraba meja kecil di samping ranjangnya. Di layar ponselnya tertera sebuah nama Mama. Itu panggilan dari ibunya, wajah Bella semakin murung. Tidak ada keinginan untuk mengangkatnya. Ponsel itu kembali dia letakkan di tempatnya. Bella mulai menenggelamkan wajah dalam kehanghatan selimutnya. Berkali-kali ponsel itu berdering untuk memanggilnya, namun Bella yakin panggilan itu tetap dari orang yang sama seperti tadi. Mau tidak mau, Bella memejamkan kedua matanya untuk mengusir dering ponselnya yang semakin menganggu.

***

Bau wangi tercium dari dapur rumah Angelo. Mbak Tika sedang memasak nasi goreng jawa kesukaan Angelo. Pagi ini ada acara sarapan yang berbeda dengan jamuan sarapan seperti biasanya.

"Mas Angelo sudah pagi, ayo bangun!"

"Masih ngantuk."

"Ada Tuan Danu dan Dokter Karina di bawah," tegas Mbak Tika membuat mata Angelo yang terpejam seketika membelalak.

"Serius?"

"Iya, saya juga masak nasi goreng jawa kesukaan Mas Angelo."

"Asyik ..., oke sebentar lagi aku turun."

Di kamar yang lain, Andra telah bangun lebih pagi dari semua penghuni rumah. Pagi ini Andra memutuskan untuk meninggalkan rumah sepagi mungkin sebelum semua penghuni rumah yang lain sadar akan kepergiannya. Dia ingin pergi kesuatu tempat. Tempat yang membuatnya damai.

"Pagi Ayah, pagi Tante Karina!"

"Pagi Angelo, gimana liburannya?" sahut Danu antusias.

Belum sempat Angelo membuka mulutnya untuk memjawab pertanyaan Ayahnya, sudah disambung dengan pertanyaan dari Karina. "Di sana ngapain aja? kok liburannya cepat banget?"

"Liburannya enak, pokoknya beda seperti liburan-liburan sebelumnya. Oh, iya, aku lupa," suara antusias Angelo terputus melihat Mbak Tika lalu lalang mempersiapkan sarapan di meja makan, "Mbak, tolong ambilkan toples kaca yang ada di kamarku, yang ada kupu-kupunya."

Goodbye Angelo ✔️ (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang