3. Menunggu

1.8K 164 3
                                    

"Iya, Sayang, tante sudah pulang." Jawab wanita berusia empat puluh tahun sambil berjalan menuju tempat bermain play station. Tersenyum menyapa Angelo dan Bella di sana.
"Tante bohong, ya, katanya tiba di Indonesia satu minggu lagi?"

"Ini, 'kan, surprise, untuk yang ulang tahun Bella, ini kadonya." Wanita itu dengan cepat sambil menyodorkan kotak besar berbungkus kertas kado bercorak bunga.

"Terima kasih tante sudah repot." Suara Bella terdengar serak sambil menahan air mata yang hampir tumpah.

Bella menerima kado itu, dia pegang erat-erat. Wanita itu memeluk Bella dengan penuh cinta. Bella kalut dalam perasaan sedih, senang, haru, bercampur menjadi satu. Lantaran keluarga Danu sangat menghargai keberadaannya, sedangkan kedua orang tuanya mungkin telah melupakan kehadiran Bella.

Benar, wanita berparas Indo-Jerman ini sangat mengerti akan kebutuhan Bella dan Angelo. Dia adalah kerabat dekat dari keluarga Angelo. Karina Larasati namanya, wanita berparas cantik, berkulit putih, dan memiliki tinggi kurang lebih seratus tujuh puluh senti meter adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam. Namun, akhir-akhir ini dokter Karina menjadi dokter pribadi keluarga Danu.

Kebersamaan mereka sangat erat. Dokter Karina sudah menganggap Bella, Angelo, dan juga Andra sebagai anak kandung sendiri. Wajar saja pernikahan dokter Karina bersama suaminya terdahulu tak menghasilkan buah cinta. Pasalnya suami Dokter Karina, Dokter Hendra harus terpisah dengannya ketika tugas menjadi relawan di daerah tertinggal. Namun naas sebuah kecelakaan harus dialami Dokter Hendra, hingga nyawanya tak dapat terselamatkan.

Ketabahan hati Dokter Karina menerima kenyataan pahit ini tak lepas dari dorongan juga kekuatan dari Vinna dan Danu, sahabat karib Dokter Karina sekaligus orangtua kandung dari Andra dan Angelo. Namun saat ini Dokter Karina telah mengubah sebuah kesedihan menjadi canda tawa bahagia bersama keluarga kecil Danu.

Tak terasa hari telah beranjak malam. Setelah hampir seharian menghabiskan waktu untuk bermain bersama Angelo. Bintang pun seakan telah menampakan keriuhan cahaya malam dalam sunyi namun penuh kedamaian. Bella memutuskan berpamitan pulang.

Hari ini sangat mengesankan bagi Bella. Sebuah kejutan kecil akan membuat hari-harinya dalam setahun ke depan penuh warna. Setidaknya walaupun kedua orangtuanya mungkin lupa akan hari bahagianya, namun Bella bahagia dengan caranya sendiri.

***

Alarm jam digital Bella telah membuyarkan tidur nyenyaknya. Bella membuka mata sambil meraba sebelah kanan tempat tidur untuk mematikan alarm yang membisingkan telinganya. Pukul lima tepat, dia bangun, namun masih bermalas-malasan di atas ranjang empuknya. Pagi ini dia bangun sangat pagi, bukan untuk pergi ke sekolah agar tidak terlambat seperti biasanya. Melainkan, telah membuat janji dengan Angelo untuk menjemput Andra di Bandara.

Bella memulai pagi dengan perasaan suka cita. Mandi dengan cukup cepat, lalu bergegas mencari pakaian yang cocok dikenakan untuk bertemu dengan Andra. Tidak seperti biasanya, hari ini Bella menyisir rapi rambut hitam sebahunya lalu sedikit memberikan sentuhan feminin dengan sebuah pita yang dia pasang di sisi kiri rambutnya. Sangat cantik untuk ukuran gadis seumuran Bella.

Tanpa berpamitan kepada bibi Minah maupun pak Odang, Bella melajukan Agya merah dengan kecepatan rata-rata. Kali ini Bella tak mengendarai motor matic kesayangannya karena pergi ke bandara. Sepanjang perjalanan otak Bella hanya berfokus dengan khayalannya. Dia berharap Andra tampan, maskulin, dan memiliki hati sebaik Angelo.

Setelah lima menit menyusuri jalan kompleks yang cukup sepi, akhirnya Bella sampai di depan sebuah rumah berpagar gold. Beberapa kali Bella membunyikan klakson mobilnya, seakan memberikan perintah kepada penghuni rumah untuk keluar.

Goodbye Angelo ✔️ (Tamat) Where stories live. Discover now