10. Perjalanan Sulit

1.1K 129 7
                                    

Belum selesai perdebatannya Andra dengan Bella, Angelo telah memuntahkan hampir seperempat dari isi perutnya.

Uweek ... uweek ... uweeek ....

Suara itu mampu membuat Andra dan Bella menghentikan perseteruannya. Cepat-cepat Bella mengambil kantong kresek yang berada di saku jok kemudi lalu mengelus punggung Angelo. Sangat sabar dia memegang kantong plastik berwarna gelap untuk tempat muntah Angelo.

"Muntahkan semua, hingga perutmu merasa nyaman," perintah Bella bak seorang ibu.

Mau tidak mau Andra meminggirkan mobilnya, namun dia hanya mampu memandangi Angelo dengan penuh perhatian yang tidak mampu direalisasikan melalui perbuatan. Hanya mampu terdiam, membisu menyaksikan sang adik menguras seluruh isi perutnya.

Setelah hampir seluruh sarapan terkuras habis dari perut Angelo. Dia mulai merasa sedikit pusing, Bella dapat membaca hal itu, beberapa kali Bella di situasi tersebut. Seketika dia merangkul Angelo dengan penuh kehangatan. Walau awalnya sedikit risih, tetapi hal ini yang mampu membuat Angelo merasa nyaman.

"Percaya padaku, semua akan baik-baik aja," bisik Bella menyakinkan sahabatnya.

Perjalanan yang sempat terhenti beberapa menit itu kembali dilanjutkan. Kali ini Andra menyetir dengan sangat hati-hati. Sekalipun tidak ada intruksi dari Bella maupun Angelo agar mobil itu lebih stabil.

"Terima kasih, Bel," suara lirih Angelo membuat Bella terbangun dari tidur semunya.

"Kita itu sahabat, sahabat harus saling melengkapi."

"Benar, Tuhan saja menciptakan jari tangan dengan celah-celahnya, yang berarti Tuhan menginginkan kita untuk mengisi celah-celah itu agar tidak kosong."

"Mampu menggenggam jemari sahabatnya untuk saling melengkapi," sahut Bella cepat lalu menggenggan jerari Angelo erat-erat.

Angelo muntah bukan karena mabuk darat. Melainkan efek obat yang tadi pagi dia konsumsi. Rasanya menyakitkan. Di jok supir, Andra hanya mampu memandangi dengan pandangan sinis. Sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam, Andra juga menginginkan hal itu. Namun, dengan siapa, jika selama ini dia selalu ketus dengan semua orang tidak terkeculai dengan saudara kandungnya, Angelo.

***

Jakarta siang ini sangat panas, di dalam Mobilio hitam, seorang pria mengendarainya dengan wajah berseri. Layaknya remaja yang akan menjalankan kencan pertamanya. Padahal masa itu sudah terlalu lewat.

"Maaf, ya, menunggu lama," ucap pria itu membuka percakapan.

"Enggak, baru lima menit," Balas wanita yang masih memakai seragam dokter.

Mereka adalah Danu dan Karina. Mungkin ini bukan kencan di masa SMA. Tetapi, mereka sangat menikmati kebersaman ini. Kebersamaan yang langka karena kesibukan masing-masing. Beberapa menit pertama, mereka asyik mengobrolkan tentang pekerjaan masing-masing, selebihnya banyak cerita yang terbagi.

Danu berbeda dengan kebanyakan pria sukses di sekitarnya. Danu memiliki karisma sebagai seorang pria yang menyandang predikat duda dengan segala prestasi dan juga kecintaannya terhadap keluarga. Inilah yang membuat Karina terpesona oleh karisma itu. Walaupun mereka adalah sahabat lama tetapi dulu mereka belum berjodoh.

"Anak-anak jadi ke Lembang?"

"Iya, keinginan Bella. Aku juga menyuruh Andra untuk ikut, menjaga Angelo dan Bella. Aku juga berharap Andra berubah menjadi Andra yang dulu, yang selalu ceria."

Goodbye Angelo ✔️ (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang