8. Rindu

1.2K 130 2
                                    

Lekat-lekat gadis ini mengamati sesosok laki-laki yang tidak jauh darinya. Apa mungkin Andra masih memiliki hati terhadap Angelo? Ketus juga acuh tak acuh. ataukah Angelo seperti ini karena ulah keji Andra? Semua pertanyaan itu seakan memenuhi otak Bella. Kali ini bukan urusan Bella, tapi seandainya Bella melihat sendiri kekejian Andra, dia langsung mematahkan tulang rusuk Andra.

Tidak menghirauakan pertanyaan Andra, Bella seperti angin. Seakan tidak mengetahui keberadaan Andra, dengan santai Bella berlalu begitu saja tanpa memperhatikan sekitar. Andra dibuat muak, namun dia tidak bisa lebih mengulik Bella.

Deretan ruang VVIP cukup sepi, Danu dengan setia menemani Anggelo kamar rawatnya. Tidak sekejap pun Ayah ini memejamkan matanya. Dia takut ketika matanya terpejam sang putra malah pergi meninggalkannya untuk selamanya. Danu rela terjaga sepanjang malam tanpa mengeluh, asal Angelo tetap di sisinya.

Dari balik jendela kaca yang tertutup oleh gorden bening transparan, Andra mengamati keadaan di dalam ruang itu, sangat tenang. Andra ingin masuk untuk menggantikan posisi Ayahnya, namun ketakutannya menguasai sedikit keberanian dirinya. Dia memutuskan untuk kembali ke rumah. Mungkin dengan begitu pikirannya akan lebih tenang.

***

"Mas Andra, bagaimana keadannya, Mas Angelo?" serbu Mbak Tika sesaat setelah membukakan pintu rumah.

"Baik."

"Tapi, kok belum pulang, Mas?"

"Opname."

"Mas–"

"Kenapa?" tungkas Andra cepat, "Aku capek banget, jangan diganggu!" lanjutnya dengan nada kasar sambil mulai menaiki anak tangga.

"Maaf, Mas."

Mbak Tika mengurungkan niatnya untuk bertanya banyak hal mengenai kondisi Angelo. Dia terllau takut dengan kegarangan Andra. Diam dan kembali ke dapur adalah langkah terbaik yang dapat dia ambil.

Kamar berdekorasi Iron Man itu terlihat sangat sepi. Walaupun masih dua hari Andra berada di rumah itu, tetapi dia hafal betual situasi kamar, ketika penghuninya menghuni kamar itu. Cukup ragu dia mencoba melangkah masuk ke dalam kamar.

Kamar itu berbeda tiga ratus enam puluh derajat dengan kamarnya. Ruang kamar begitu ramai, dekorasi kamar sangat kontras. Banyak poster Avangers. Tokoh pahlawan super hero imajinasi anak-anak.

"Kekanak-kanakan," gumamnya sinis.

Paling banyak Iron Man, bukan poster tapi gambar dari pensil yang ditempelkan di dekat meja belajarnya. Tempat itu seperti kamar anak usia tujuh tahunan yang tergila-gila dengan pahlawan super, tapi adiknya sudah hampir tujuh belas tahun.

Aromanya bukan lavender ataupun kasturi. Melainkan bau rumah sakit seperti yang dia cium tadi sore. Andra mencoba semakin mendekati sesuatu yang berbau Angelo. Banyak botol obat yang tergeletak di atas meja kecil di dekat tempat tidurnya. Tempat sampahnya dipenuhi tisu yang sedikit banyak ada bercak darahnya.

Dia tertegun ketika melihat sesuatu yang sangat familiar dengannya, "Milikku?" Andra keheranan, "Dapat dari mana dia?"

Andra mengambil sebuah benda berwarna coklat dari tempat tidur itu. Teddy Bear.

"Sudah kubuang, tapi dia malah memungutnya," cetus Andra dengan mengangkat boneka itu, "Astaga, kukira dulu boneka ini benar-benar hilang ketika rumah ini direnovasi, tapi malah diumpetin Angelo."

Goodbye Angelo ✔️ (Tamat) Where stories live. Discover now