22. kedekatan pertama

1.4K 177 13
                                    

Degup jantung Raisa berdetak berkali-kali lipat malam ini. Saat ini ia sedang berbaring bersama sang suami di ranjang besar mereka.

Biasanya mereka memilih waktu tidur yan berbeda. Jika Raisa telah duluan masuk kamar, maka Hanan akan masuk satu jam kemudian begitupun sebaliknya. Namun malam ini, mereka memilih untuk berbaring bersama

"Apa guling di tengah ini masih diperlukan?" tanya Hanan. Bukan hanya Raisa namun Hanan pun tak bisa menghilangkan kegugupannya

"Aku enggak tau mas, terserah mas Hanan aja. Apa kita... Kita... harus..."

"Kita harus apa?" tanya Hanan, otaknya terasa beku untuk menebak kalimat Raisa berikutnya

"Ya itu... Apa kita harus melakukan itu?" suara Raisa terdengar menghilang bersama semburan merah yang menghiasi pipinya. Ia bergerak untuk turun dari ranjang

"Mau kemana?" tanya Hanan

"Mau matiin lampu dulu, aku maksudnya Rai tak bisa tidur kalau lampunya menyala terang" ujar Raisa. Ia mulai merubah panggilan diri dihadapan sang suami

" sekalian guling nya di letak disofa ya Rai" pinta Hanan. Mereka harus semakin dekat dan salah satunya menyingkirkan penghalang berupa guling yang menjadi batasan tidur mereka selama ini

"Iya mas" raisa mengikuti perintah hanan sebelum kembali berbaring di samping suaminya

"Apa kamu udah ngantuk?"

" mas ngantuk?" tanya Rai balik

"Belum, emmm... Boleh mas pegang tangan kamu?" tanya Hanan pelan.

"Iya" Raisa berinisiatif untuk menggenggam tangan Hanan yang terasa berbeda dengan tangannya

"Tangan kamu lembut juga dingin banget"

"Apa kita juga akan melakukan itu mas?" tanya Raisa, ia masih penasaran dengan pertanyaan tadi

"Maksud kamu itu... Oh... Hal itu?" awalnya Hanan belum mengerti namun setelah melihat Raisa yang menatap langit-langit kamar dengan pandangan tak fokus. Akhirnya hanan mengerti arah pembicaraan sang wanita

"Iya itu, mas mau melakukannya sekarang?" tanya wanita dewasa nan mandiri

"Kamu mau melakukannya sekarang?"

Raisa langsung menggeleng kuat. Wanita datar ini ternyata masih terlalu polos tersebut

"Mas juga belum siap jika kita lakukan malam ini. Mungkin sekarang cukup dengan pegangan begini aja" Hanan memiringkan tubuhnya untuk menghadap sang istri. Ia juga menarik tangan kiri raisa untuk digenggam dengan kedua tangannya "biar tangannya lebih hangat" bisik Hanan saat raisa menatapnya dengan tatapan tanya

"Tidurlah dan jangan lupa baca doang" Hanan memejamkan matanya dengan berjuta doa dan syukur yang terucap dalam hatinya

Raisa yang melihat Hanan memejamkan matanya ikut memiringkan tubuhnya menghadap lelaki jangkung itu. Seulas senyum sersamar di wajahnya saat melihat wajah lelap sang suami.

Walau awalnya Pria sederhana yang sedang berbagi ranjang dengannya itu. membuatnya berpikir salah dengan pilihannya namun semakin ia mengenal Hanan, ia semakin bersyukur karena mendapati suami yang bisa sabar dengan sikapnya yang bagi sebagian orang menjengkelkan.

Satu yang menjadi beban pikirannya saat ini adalah menjadi istri sempurna seperti harapan sang suami. Dan apakah ia bisa meminta hal yang sama pada Hanan.

😘😘😘

Raisa masih bisa merasakan tangan Hanan yang keras dan hangat melingkupi tangannya yang selalu dingin. Selain tak nyaman dengan degup jantungnya yang meronta-ronta ia merasa semua berjalan sesuai aturannya.

hanan dan RaisaDär berättelser lever. Upptäck nu