10. cv

1.4K 148 7
                                    

"walau Rai tak bisa menjadi menantu ibu, tapi Rai tetap putri ibu kan? Ibu tak akan membuang Rai kan?" Tanya Raisa, ia menghapus air mata di wajah pucat ibu Ratih. " Walaupun Rai tak sebaik, sesempurna Ariana tapi Rai masih bisakah terus menganggap ibu Ratih juga ibu nya Raisa" tanya Raisa tergugu

" Kamu akan tetap menjadi putri sulung kami. Ingat Raisa, keluarga bukan hanya berasal dari orang yang memiliki hubungan darah atau pernikahan tapi keluaran adalah orang yang terikat hatinya dalam suka maupun luka" jawab laki-laki paruh baya yang dari tadi hanya diam menyaksikan interaksi antara istrinya dan juga gadis malang berjilbab Dongker itu.

Raisa hanya menganggukan kepalanya. Pertanda ia menerima pernyataan mantan calon ayah mertuanya itu

"Suatu saat akan ada laki-laki yang lebih baik yang akan menerima kamu sebagai istrinya" Ujar ibu "ibu akan mencarikannya untuk kamu" lanjut ibu dengan wajah yang mulai cerah. Otaknya mulai memilah-milah kenalannya yang memiliki anak laki-laki lajang yang siap menikah

"Ibu tak perlu khawatir. Insyaallah Raisa bisa mencarinya tapi mungkin akan butuh waktu yang lumayan lama" bisik Raisa menenangkan,

"Ibu bisa melakukan nya secepat mungkin. Setelah pulang kerumah nanti, kita mulai menyeleksi bakal calon yang kita temui"

Secara otomatis kening Raisa berkerut menandakan ia tak suka dengan ide wanita paruh baya yang ada sedang menggenggam tangannya ini. Namun, seperti biasa ia tak bisa menyatakan ketidaksukaannya itu secara gamblang

"Yang penting sekarang ibu sehat dulu. Urusan jodoh itu sudah ada yang mengatur" ayah yang menyadari rasa tak nyaman Raisa menengahi. Sebagai laki-laki yang telah hidup puluhan tahun bersama ratih, ia tahu bagaimana egois dan keras kepala sang istri.

💔💔💔

Aroma tumisan bawang menyapa Hanan saat ia memasuki dapur sang ibu. Seperti ibu rumahtangga kebanyakan, jam sepuluh pagi gini sang ibu memang lebih sibuk didapur untuk menyiapkan makan siang anggota keluarganya.

Semenjak dua tahun yang lalu, setelah ia resmi menjadi pegawai perusahaan konstruksi. Hanan memilih tinggal terpisah dengan kedua orangtuanya. Padahal jarak antara kantor dan rumah orangtuanya tak sampai duapuluh kilometer dan tak menghabiskan waktu satu jam dalam perjalanan. Tapi karena macet Jakarta telah menular ke daerah sekitarnya, Hanan lebih memilih kost di daerah kantornya agar ia tak merasa letih dijalan.

"Assalamualaikum ibu" sapa Rasyid, ia langsung menuju ibu mawar yang sedang menggoreng kerupuk. Pria termuda dikeluaga itu melewati Hanan yang dari tadi hanya duduk tenang mempergatikan sang ibu di hadapannya.

"Waalaikummusalam, mandi sana. Kamu bau" ibu menjauhkan wajahnya dari serangan ciuman Rasyid

"Dasar manja" ledek Hanan

"Biarin. daripada situ, jaim" acuh Rasyid. Ia menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu yang lebih pendek darinya

"Mandi sana gih. Kamu bau loh dek, ibu eneg jadinya. Lagian kepalamu berat, ibu jadi sulit untuk masak" ibu mawar berusaha melepaskan belitan tangan sang putra bungsunya yang memang terkenal paling manja melebihi sang adik perempuan

"Ibu ah, kan mumpung aku masih jomblo loh Bu bisa manja gini sama ibu" rengek Rasyid. Pria muda iku semakin mengeratkan pelukannya

"Rasyid. Ibu mau masak, ibu doakan biar kamu cepat ketemu jodohnya biar enggak jomblo lagi" ujar ibu mawar kesal. Terkadang anak lelakinya satu ini bisa lebih merepotkan daripada ketiga saudarnya yang lainnya

" Emang ibu mau aku nikah lebih dulu dari pada mas Hanan?" Rasyid menatap Hanan dengan raut wajah meledek

"Udah sana mandi. Ntar ibu panggil bapak loh, kalau kamu masih gangguin ibu" tegas bu mawar.

hanan dan RaisaWhere stories live. Discover now