9. sakit

1.6K 162 4
                                    

"mbak yakin mau menjual butik ini?" Tanya Rasya saat ia mengunjungi butik Raisa yang telah seminggu ini ditutup

"Mbak bukan menjualnya, mbak hanya menutupnya sementara" ujar Raisa. Ia terus saja membereskan meja kerjanya dan memasukkan file-file ke dalam kardus berukuran sedang

" Apa bedanya mbak, yang jelas apa mbak serius dengan rencana mbak Rai ini? Karena aku enggak mau kalau akhirnya mbak menyesal "

"Insyaallah mbak enggak akan menyesalinya" ujar Raisa optimis "kamu tau sya, hijrah itu enggak boleh setengah-setengah. jika kita ingin melakukan sesuatu harus total dan yakin dengan keputusan yang kita buat, jangan memberi celah untuk setan menggoda karena perasaan gak yakin itu" lanjut Raisa pasti dan jangan lupa senyum tipis yang mulai sering hadir di bibir mungilnya menambah kesan manis pada wajah yang dulu terkenal jutek dan kaku

" Iya ibu ustadzah," jawab Rasya dengan penuh hormat dan senang. Ia merasa senang melihat sang kakak yang mulai sering tersenyum dengan wajah yang lebih cerah walaupun makeup yang digunakannya saat ini lebih natural daripada biasanya.

Namun menurut Rasya,Raisa saat ini jauh lebih cantik berkali-kali lipat daripada Raisa yang baru keluar dari salon kecantikan langganannya dua bulan yang lalu. Ada sedikit rasa dihatinya untuk mengikuti jejak sang kakak berhijrah. Tapi melihat pengorbanan yang dilakukan oleh Raisa ia merasa jika hatinya belum mantap dan belum mampu untuk melakukan itu.

"Ntar pulang kita singgah ke toko buku dulu ya" suara lembut Raisa membuyarkan lamunanku Rasya

"Lagi?"

" Iya, masih banyak buku yang pengen mbak beli"

"Raisa si shopaholic telah berganti menjadi Raisa si kutubuku. Asal jangan jadi Raisa si Upik abu ya"

"Its good?..."

" Perubahan yang fantastik. Aku hanya harap mbak bahagia" puji Rasya tulus, kehangatan jelas tergambar di mata adik laki-laki Raisa itu

🍑🍑🍑

Menikah adalah menyempurnakan agama. Dari tadi Kalimat itu terus terngiang di pikiran Raisa. Sudah sebulan ini Raisa memikirkan hal itu, dan semakin ia memikirkannya semakin yakinlah ia untuk menikah.

Ia juga telah membeli beberapa buku tentang pernikahan. Mulai dari yang tebalnya setara kotak TWC powder nya hingga yang lebih tebal dari batako yang digunakan untuk bengun rumah.

Dalam Islam tak ada istilah pacaran. jika seorang wanita ingin menikah, maka kewajiban walinya lah untuk mencarikan calon yang sesuai dengan si wanita.

Ayahnya, ibu, adiknya, ataupun keluarganya yang lain. Namun, hal itu mustahil dilakukan dalam keluarganya. Ayahnya yang masih terpaut dengan nafsu duniawi, ibunya yang lebih fokus pada kekayaan tanpa memikirkan perasaan. Dan kalau mengikuti Rasya adiknya, mungkin ia tak akan menikah karena begitu banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi calon saudara ipar versi adiknya itu.

Trett... Trett... Trett

Raisa menatap layar handphonenya dengan wajah berkerut, tak biasanya Indry menelponnya duluan. Kecuali ada hal penting.

"Hallo... Assalamualaikum" sapa Raisa, walaupun melalui telpon. Ia sedang membiasakan diri untuk mengucapkan salam terlebih dahulu

"Ha..llo... mbak Rai..." Ujar Indry dengan suara serak seperti sedang menahan tangis

"Hey, ada apa? Kamu baik-baik aja kan? Ibu baik-baik kan?" Tanya Raisa mulai gelisah, mendengar  suara Indry otaknya langsung memikirkan ibu, wanita yang telah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri

hanan dan RaisaWhere stories live. Discover now