ch 8

6.4K 738 116
                                    

UPDATE!!!! JANGAN LUPA VOTE DULU ABIS ITU KOMEN BANYAK-BANYAK YA 🖤

Yeyeyeyeye akhirnya kembali setelah sekian lama berhibernasi wkwk kalian gak marahkan guys, plis jangan 😞 Semoga chapter ini bisa mengobati kerinduan kalian ya. Jujur aku lagi sibuk-sibuknya sekarang trus ditambah mood nulis juga ilang. Tapi pas liat notif komen-komen dari kalian jadi semangat ngetik lagi wkwkwk

Happy Reading!



Jennie berjalan dengan langkah kesal, mengabaikan tatapan para pelayan yang menyambutnya di depan pintu. Gadis itu perlu meminta penjelasan pada Ayahnya. Sangat tidak mungkin Ayahnya tidak tau mengenai perkembangan hubungannya dengan Taehyung dan ia yakin Ibunya pasti juga sudah memberitahu. Tapi dengan kehadiran Sean disini membuktikan jika Ayahnya sangat tidak peduli akan hal itu.

"Mom, Dimana Daddy?"

"Di ruang kerjanya sayang" Emily menatap heran Jennie yang datang tiba-tiba lalu bertanya dimana Erick berada. Walaupun begitu Emily tetap menjawab pertanyaan putrinya yang ia tau alasan kenapa Jennie bersikap seperti itu.

Wanita itu hanya bisa menghembuskan napas panjangnya melihat Jennie yang sudah tergesa-gesa menaiki tangga tanpa pedulikan peringatan Emily untuk berhati-hati. Putrinya yang sangat keras kepala akan sangat sulit untuk Emily bawa bicara baik-baik. Maka dengan tidak ikut campur adalah pilihan terbaiknya saat ini.

Dengan langkah-langkah besar yang ia lakukan Jennie sampai di depan pintu besar ruang kerja Ayahnya. Tanpa mempedulikan apapun. Apakah Ayahnya sedang sibuk saat ini atau bagaimana yang Jennie tau bagaimana ia mencari jalan tengah untuk masalah ini.

"Dad! apa kau bercanda?" Pekik Jennie setelah langkah itu berhenti tepat di sebelah meja besar di tengah ruangan besar tersebut.

Erick tetap melanjutkan pekerjaannya dengan tidak terkejut sama sekali terhadap kehadiran Jennie yang tiba-tiba, seakan-akan ia sudah menduga akan hal ini.

"Dad, cmon... " rengek Jennie lagi.

Erick menatap putrinya datar. Tidak mempedulikan tatapan kesal dan rengekan Jennie padanya.

"Tidak. Tentu saja tidak"

"Lalu?"

"Well, kalau dia memang merasa pantas untukmu tinggal buktikan saja padaku. Buktikan ia lebih baik dari Sean atau siapapun"

Jennie terdiam sesaat karena kalimat panjang yang diucapkan Ayahnya. kalimat-kalimat tersebut membuatnya tertantang untuk membuktikan Taehyungnya jauh lebih baik dari siapapun. Tapi lebih dari itu hati kecilnya tetap tidak terima. Ini bukan sayembara, bukan pula lomba untuk mendapatkan seorang putri kerajaan. Lalu kenapa Ayahnya seakan-akan memperumit hubungannya dengan Taehyung?

"Tidak bisakah Daddy hanya menerima Taehyung dan membatalkan perjodohan itu?" Lagi-lagi Jennie berusaha protes dengan merengek kepada Erick.

Bagaimana bisa ia membuat Taehyung berjuang dan membuktikan dirinya lebih baik. Mungkin dari kebanyakan perempuan, hal seperti ini wajib tapi bagi Jennie dengan Taehyung yang sudah mulai menerimanya saja itu sudah lebih dari cukup.

"Kalau kau bersikap seperti ini, kupikir Sean lebih ba--..

"Oke oke! aku terima tantanganmu Dad" ucap Jennie sambil menaikkan tangannya. Menghentikan perdebatan itu dengan satu kalimat yang ia sendiri ragu akan hal tersebut. Tapi lagi-lagi ini masalah harga diri dan masa depan. Ia harus berjuang lebih keras. Paling tidak untuk sekarang. Atau Erick akan terus berusaha menghalangi hubungannya. Tidak, itu tidak boleh.


***


"Taehyung, kau pulang nak?"Suara seorang wanita yang tertangkap gendang telinganya menyambut kedatangan Taehyung. Lelaki itu menoleh dan mendapati Ana William sedang tersenyum hangat padanya.

Always Be My Maybe [Taennie]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon