ch 2

7.5K 784 66
                                    

UPDATE!!!! JANGAN LUPA VOTE DULU ABIS ITU KOMEN BANYAK-BANYAK YA 🖤


Happy Reading!




"Kau hampir membuatnya menangis" kalimat pertama yang Hejin ucapkan setelah lelaki itu memasuki mobil yang sama dengan Taehyung.

Dan hal itu membuat Taehyung membuka matanya, mengkerutkan kening bingung ketika menoleh kearah Hejin yang sudah mengambil posisi; hendak melajukan mobil yang mereka naiki. 

"Siapa?"

"Kau tau siapa yang kumaksud"

"Aaah, gadis itu?" Taehyung ingin sekali tertawa mendengar apa yang Hejin ucapkan. Hell! Apa seorang Hejin sudah melupakan apa yang pernah terjadi di hidupnya?! ucapan lelaki ini seakan-akan Taehyunglah sosok antagonis dalam cerita ini. Padahal.., ah sudahlah mengingat itu membuat Taehyung sesak oleh rasa marah dan ia tidak mau hal ini terus berlanjut kalau tidak ingin membatalkan meetingnya siang ini.

Benar sekali., diam adalah cara terbaik untuk menghentikan perdebatan antara dirinya dengan Hejin. selamanya lelaki ini akan selalu berpihak kepada wanita yang tidak pernah berhenti menganggu hidupnya itu. Jadi memilih memejamkan matanya adalah hal bagus yang ia lakukan.

Land Ranger Rover itu berhenti di Basement mewah tempat dimana mobilnya yang lain terparkir rapi disana. Taehyung keluar dengan keadaan yang sudah kembali rapi setelah sebelum ini ia singgah terlebih dahulu di Penthousenya yang berada di Manhattan.

Melangkahkan kakinya menuju private lift dimana itu akan mengantarkannya langsung keruangannya di lantai paling atas bangunan megah tersebut. Keheningan melanda dengan Hejin yang begitu sibuk dengan ponsel ditangan dan Taehyung yang sibuk dengan pikirannya. Tidak perlu menunggu waktu lama untuk mereka sampai di tujuan. Hejin kemudian pamit pada Taehyung untuk mengurus sesuatu dengan Grace; sekeretaris Taehyung.

Ketika membuka pintu besarnya, Taehyung sedikit terkejut ketika mendapati Ayahnya sudah duduk santai di sofa empuk ruangannya. Sedikit tidak biasa, tetapi Lelaki itu berusaha mengatur ekspresinya kembali sedatar mungkin.

"Tidak biasanya kau kesini Dad?" sapa Taehyung dengan tangannya yang sibuk membuka beberapa berkas yang sudah tersusun rapi disana. Membuka satu persatu, membaca lalu menandatangani beberapa kontrak kerjasamanya dengan para Investor perusahaan.

"Kapan kau akan menikah son?" Ucap Ayahnya to the point. Tidak ada kaitan dengan pertanyaan Taehyung sebelum ini tetapi Ayahnya lebih memilih menanyakan hal sensitif kepada anak lelaki satu-satunya ini.

Taehyung menghembuskan nafas kasarnya, harusnya ia sudah tau tanpa bertanya apa alasan Ayahnya itu mendatanginya siang terik begini kalau tidak dengan mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang Taehyung yakini tidak bisa ia berikan jawabannya.

"Aku terlalu sibuk hanya untuk memikirkan hal itu" ucapnya tanpa menoleh.

"Berhentilah bermain-main dengan jalangmu, Taehyung dan menikahlah"

"cmon Dad.. kau tenang saja. Aku akan menikah tapi yang jelas itu bukan sekarang"

William menatap Taehyung lekat-lekat dari sofa tempat ia duduk. Sifat Taehyung betul-betul menurun darinya. Pembangkang, pemberontak dan keras kepala. Tiga sifat yang begitu melekat dengan dirinya dulu, jadi tidak salah jika Taehyung sekarang juga seperti ia waktu muda dulu.

"Carilah wanita yang seperti Ibumu, setidaknya kau harus memiliki penerus nak" 

Dan itu kalimat terakhir Ayahnya sebelum tubuh itu menghilang dibalik pintu, bersamaan dengan Grace yang masuk mengantarkan beberapa berkas lagi yang yang harus Taehyung tinjau dan tanda tangani.

Always Be My Maybe [Taennie]Where stories live. Discover now